Berguru pada Pandemi Covid-19

BELAJAR di rumah dan bekerja dari rumah sudah dilakukan sejak awal tahun 2020 ini. Di saat inilah peran kita sebagai orangtua sangat dibutuhkan anak s

Editor: Tohir
Warta Kota/Alex Suban
(ilustrasi) 

BELAJAR di rumah dan bekerja dari rumah sudah dilakukan sejak awal tahun 2020 ini. Di saat inilah peran kita sebagai orangtua sangat dibutuhkan anak selama melaksanakan belajar di rumah, yaitu menjadi orangtua yang baik dan benar.

Banyak orangtua yang merasa sudah melakukan yang terbaik untuk anak-anaknya, tetapi kenyataan yang ada adalah sebaliknya. Perlu selalu diingat bahwa orangtua tidak hanya perlu baik dalam memenuhi kebutuhan sandang dan pangan anaknya saja, tetapi mereka wajib menjadi orangtua yang benar dalam semua bentuk didikannya.

Selama pandemi Covid-19 ini diharapkan seluruh orangtua dan siswa tetap bersemangat dalam menjalankan kegiatan belajar dalam jaringan di rumah saja, tentu saja hal itu perlu didukung dengan fasilitas yang lengkap.

Permasalahan yang dihadapi saat ini adalah masih banyak orangtua yang justru sangat kesulitan dengan cara belajar dalam jaringan ini. Tidak semua orangtua mampu menyediakan gawai ideal yang setara dengan android, apalagi harus terus menyiapkan dana untuk membeli kuota datanya.

Tetapi, belakangan ini tersiar kabar dari kementerian pendidikan mengenai kucuran dana Bantuan Operasional Sekolah yang sebagian dapat dialokasikan bagi siswa berkenaan dengan kebutuhan belajar dalam jaringan tersebut. Semoga menjadi solusi terbaik untuk terselenggaranya kegiatan belajar dalam jaringan ini.

Demi terselenggaranya kegiatan belajar di rumah, tidak semua kegiatan tersebut dilakukan dalam jaringan yang memerlukan gawai android, kuota, akses internet dan lainnya. Berbagai macam cara dilakukan agar proses kegiatan belajar mengajar, yang tanpa tatap muka antara guru dan siswa, tetap terlaksana dengan baik dan tuntas.

Banyak sekolah yang sudah memfasilitasi siswanya dengan menyediakan materi dan penugasan dalam bentuk fotokopi, salinan, dan buku pendamping. Fotokopi, salinan dan buku pendamping tersebut diberikan dan dipinjamkan secara berkala.

Materi pelajaran dan tugas dari guru pun dapat diselesaikan oleh siswa tanpa kendala yang berarti. Hal tersebut karena tidak semua orangtua siswa siap dengan gawai dan kuotanya, sementara materi pelajaran perlu dituntaskan.

Kualitas belajar anak saat ini masih sepenuhnya menjadi tanggung jawab kita bersama sebagai orangtua dan guru. Bila sebelumnya kita sepakat membatasi interaksi anak dalam penggunaan gawai, karena penggunaan gawai yang hanya untuk bermain dan bersosial media, hanya menyita waktu belajar mereka, maka kini keadaan malah sebaliknya.

Pada saat proses belajar hingga menyerahkan tugas, penggunaan gawai menjadi salah satu yang paling mudah selain laptop. Walaupun demikian, orangtua tetap wajib bisa mengawasi anak dalam penggunaan gawainya dengan membuat kesepakatan dengan anak.

Begitu mudahnya akses belajar dalam jaringan ini pun tetap harus kita waspadai bersama. Banyaknya iklan vulgar yang bisa muncul pada saat anak mencari informasi materi belajar menggunakan gawainya. Orangtua semaksimal mungkin mendampingi buah hati mereka saat proses belajar dalam jaringan ini.

Untuk orangtua yang bekerja di pagi hingga sore hari bisa meminta izin pada sekolah untuk mendampingi anaknya belajar pada malam harinya. Jangan pernah membiarkan anak ‘berselancar’ sendirian dengan gawainya.

Kita semua pasti tidak menginginkan buruknya akhlak anak karena terus terpapar tayangan yang tidak senonoh dan tidak sesuai dengan usianya. Di sini besar harapan kita agar pemerintah, pihak operator seluler, dan yang terkait bisa memberikan solusi terbaik.

Peran guru sangat penting dalam memantau siswanya dari jauh. Para guru dituntut menyiapkan materi ajar yang sesuai dan menyenangkan. Mereka terus secara berkala mengevaluasi satu persatu tugas yang dikerjakan oleh siswanya.

Di luar jadwal pelajaran pun mereka siap merespon berbagai macam pertanyaan para siswa, mulai dari membahas materi pelajaran hingga ada yang ‘curhat’. Menguras waktu, energi, dan kuota? Tentu saja. Tetapi para guru terus tulus kepada siswa-siswanya. Semoga tidak ada lagi istilah ‘guru makan gaji buta’, karena sesungguhnya mengajar dalam jaringan justru lebih merepotkan guru.

Di berbagai daerah, khususnya Indonesia, banyak sekali guru dan siswa yang terpapar virus Covid-19 ini, di antara mereka bahkan banyak yang meninggal dunia. Sekolah pun banyak yang ditutup lagi dan siswa kembali melaksanakan belajar di rumah.

Orangtua/ wali siswa hendaknya tidak menuntut pemerintah untuk mengijinkan kegiatan belajar di sekolah secara normal. Alasan mereka adalah anak akan bodoh bila hanya belajar di rumah. Dalam hal ini, orangtua/ wali wajib tahu bahwa imbauan untuk tetap belajar di rumah sudah sesuai dengan Surat

Keputusan Bersama beberapa Menteri untuk memutus penularan Covid-19 ini. Belajar di sekolah akan diizinkan pemerintah bila status zona daerah tersebut sudah kembali hijau.

Berguru pada pandemi

Momen yang meresahkan ini telah mengajarkan kita banyak hal. Orangtua/ wali bisa menjadi lebih sabar dan telaten dalam mendampingi anaknya belajar. Bila sebelumnya kita sebagai orangtua/ wali menyerahkan hampir sepenuhnya transfer ilmu dari guru mereka di sekolah, maka saat ini orangtua/ wali yang langsung berada di samping mereka.

Bila sebelumya orangtua/ wali mungkin pernah tidak terima karena anaknya dihukum oleh gurunya di sekolah, maka saat ini orang tualah yang lebih mengenal karakter belajar anaknya secara utuh. Bisa kita bayangkan perjuangan seorang guru yang menghadapi puluhan anak di kelasnya. Tidak sebanding dengan kita yang hanya menghadapi satu atau dua anak saja di rumah.

Pendidikan anak adalah proyek kerja bersama, guru, orangtua, dan lingkungan sekitar. Kualitas pendidikan generasi penerus bangsa ini tidak hanya diwakili dengan semua angka yang ada di rapor anak setiap akhir semester dan kenaikan kelas, melainkan bentuk mental dan akhlak mereka yang terbaik.

Masih ada saja orangtua/ wali yang hanya fokus pada meningkatnya angka rapor, daripada kualitas budi pekerti anaknya. Apalah artinya semua angka tinggi yang tertera di rapor bila adab dan perilaku anak jauh dari harapan. Bangsa ini akan maju dengan generasi muda yang cerdas dan berbudi pekerti baik.

Mendampingi dan belajar bersama anak adalah hal yang sangat menyenangkan. Para ayah dan ubu pun bisa turut mengingat kembali pelajaran saat mereka di bangku sekolah dulu. Belajar bersama anak dapat memperbarui ilmu dan mencerahkan pikiran.

Tidak ada yang sia-sia dalam menimba dan mentrasfer ilmu. Ayah dan Ibu adalah nahkoda kapal, di mana anak-anak mereka adalah penumpangnya. Ke arah mana kapal akan dikemudikan dan berlabuh, ayah dan ibulah yang menetukan dan bertanggung jawab.

Jangan sampai kapal menjadi salah arah apalagi karam. Mari kita bimbing anak-anak hingga berhasil, tidak menjadi generasi yang gagal apalagi tertinggal. Pandemi Covid-19 ini telah memberikan pelajaran bagi kehidupan kita semua. Menghadapi situasi pandemi yang tidak nyaman ini sebaiknya tidak dengan mengeluh. Bila terus berkeluh kesah, maka akibatnya kita sendiri yang akan tertinggal jauh.

Kita semua harus bersemangat dan turut menularkan semangat itu kepada orang-orang di sekitar kita dalam masa pandemi ini. Berikanlah contoh yang baik walaupun dalam hal yang sederhana, yaitu tentang menjaga kesehatan dan mematuhi protokol kesehatan dan mengunggah banyak hal positif lainnya di berbagai sosial media.

Beragam aplikasi android sudah banyak disematkan pada gawai kita saat ini. Hampir semua aplikasi pun bisa dengan mudah diakses. Bila sebelumnya kita tidak pernah mencoba beberapa aplikasi, sebut saja zoom, google classroom, meet dan lainnya, maka kini walaupun dengan terpaksa akhirnya mengerti bagaimana mengoperasikan berbagai macam aplikasi tersebut.

Hanya dengan sentuhan jari, semua informasi bisa didapat, dan anak bisa menyelesaikan tugas sekolahnya dengan baik. Kita semua sudah belajar banyak hal pada momen pandemi ini, yaitu lebih memahami teknologi informasi.

Pandemi ini pasti berakhir, tentu saja tergantung pada pola hidup sehat dan perilaku hidup baik kita semua. Jauhkan sikap pesimis dan tak acuh pada sesama di lingkungan sekitar kita untuk keadaan bumi yang lebih baik. Dan dengan bimbingan yang terbaik pada anak kita, maka generasi penerus bangsa kelak akan menjadi yang terdepan. (*)

Oleh: Dwi Yenie Kumala Sari Sulaiman, M. Pd
Guru SMKN 20 Samarinda

Tags
Opini
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved