Virus Corona
Strain Mutasi Virus Corona Lebih Menular dan Sudah Ada di Indonesia, Bagaimana Cara Pencegahannya?
Strain mutasi virus corona lebih menular dan sudah ada di Indonesia, bagaimana cara pencegahannya agar tidak tertular virus mematikan tersebut?
Penulis: Christoper Desmawangga | Editor: Doan Pardede
TRIBUNKALTIM.CO - Strain mutasi virus corona lebih menular dan sudah ada di Indonesia, bagaimana cara pencegahannya agar tidak tertular virus mematikan tersebut?
D614G merupakan strain mutasi virus corona yang diyakini lebih menular terdeteksi sudah ada di Indonesia.
Temuan ini disampaikan Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio.
"Dapat kami sampaikan saat ini memang sudah diidentifikasi dan sudah dilaporkan," kata Amin dalam konferensi pers virtual, Jumat (28/8/2020) lalu.
Wakil Kepala LBM Eijkman Bidang Penelitian Fundamental, Herawati Supolo Sudoyo menyebut bahwa perubahan atau mutasi pada virus SARS-CoV-2 ini menyebabkan virus menjadi lebih menular.
"Strain ini sangat menular (high infectivity)," kata Herawati kepada Kompas.com, Senin (31/8/2020) sore.
Baca juga: Mutasi Virus Corona D614G 10 Kali Lebih Menular dan Sudah Ada di Indonesia, Simak Fakta-faktanya!
Baca juga: Temuan Ahli: Ada Mutasi Virus Corona Baru di Indonesia, Lebih Ganas, Juga Terdeteksi di Malaysia
Baca juga: Indonesia Dikepung Covid-19 yang Lebih Ganas, Mutasi Virus Corona Terdeteksi di Negara Tetangga
Baca juga: Pakar Ungkap Soal Mutasi Virus Corona, Tak Perlu Takut, Ada Manfaat Penting Potensi Hentkan Covid-19
Namun, sebagai catatan, transisi ini berbeda di setiap wilayah di dunia, mulai dari Eropa, Amerika Utara, Oceania, hingga Asia.
Pengembangan Obat dan Vaksin
Sebagaimana diketahui, berbagai pihak termasuk Indonesia tengah berupaya untuk mengembangkan vaksin corona untuk membantu memutus rantai penularannya.
Terkait penemuan strain ini, Herawati mengatakan, tidak akan berimplikasi pada obat atau vaksin yang tengah dikembangkan.
"Penemuan ini tidak berimplikasi pada obat maupun vaksin," kata dia.
Alasannya, mutasi yang ditemukan ini disebut tidak terdapat pada fragmen maupun lokus yang penting.
Herawati mengungkapkan, meski sudah ditemukan di Indonesia, whole genome sequencing (WGS) yang dibagikan oleh Indonesia masih sangat terbatas.
"Jumlahnya baru 22 dari beberapa lembaga, LIPI, Unpad, Unair, UGM, dan Lembaga Eijkman. Padahal, waktu masih 15 jumlahnya tanggal 31 Juli, baru satu yang ada mutasi D614G, lainnya clade L," jelasnya.
Ada 7 Tipe
Perlu diketahui, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan virus SARS-CoV-2 penyebab covid-19 menjadi tujuh tipe atau clade, yakni S, V, L, G, GH, GR, dan O.
Adapun tipe GH merupakan yang paling agresif.
Baca juga: Vaksin Corona Buatan China dan Rusia Disebut Ilmuwan Punya Kelemahan,Tak Miliki Kemanjuran 70 Persen
Baca juga: Mendadak Heboh, Jadi Trending Topic, Klarifikasi Tara Basro tentang Unggahannya soal Vaksin Covid-19
Baca juga: Ridwan Kamil Jadi Mudah Ngantuk Seusai Disuntik Vaksin Covid-19, 2021 Jadi Target Erick Thohir
Baca juga: Pasca Disuntik Calon Vaksin Covid-19, Ridwan Kamil Mengaku Mudah Mengantuk
Menurut Herawati, distribusi clade yang ada di Asia memang sangat beragam, termasuk di Indonesia.
"Ini mengundang pertanyaan apa penyebab variasi tersebut apakah ada kemungkinan lingkungan berpengaruh ataupun inang juga berperan? Betul-betul banyak yang belum diketahui tentang virus ini yang layak diteliti lebih lanjut," kata dia.
"Karena belum ada data dari lembaga di luar Jawa. Jadi, sekarang, tentulah perlu dari sudut penelitian, melihat asosiasi antara D614G pada virus yang terdeteksi dengan klinik," lanjutnya.

Tingkatkan Kepatuhan Protokol Kesehatan
Dengan terdeteksinya strain virus corona yang diyakini jauh lebih menular ini, Herawati mengingatkan agar ada peningkatan kepatuhan protokol kesehatan dari yang sebelumnya telah dilakukan.
"Betul-betul di sini, protokol kesehatan yang ketat harus dijalankan," tutur Herawati.
Menurut dia, pendekatan sosial budaya dan antropologi perlu diterapkan untuk dapat melakukan penetrasi terhadap perubahan perilaku masyarakat.
Baca juga: Sempat Dirawat Satu Minggu, Pejuang Garda Terdepan Melawan Covid-19 RSKD Balikpapan Meninggal Dunia
Baca juga: UPDATE Virus Corona di Berau, 31 Kasus Positif Covid-19 Kini Isolasi Mandiri di Rumah Masing-masing.
Baca juga: Anies Baswedan Sudah Lapor ke Jokowi, Rencanakan "Kurung" Semua Pasien Covid-19 Tanpa Gejala
Baca juga: Kasus Positif Covid-19 Harian di Ibukota Terus Melonjak, Anies Baswedan Klaim Sepekan Ini Menurun
Herawati menilai, perlu dilakukan pendekatan ke grassroot (akar rumput) untuk meningkatkan kepatuhan ini.
"Kepatuhan perlu ditingkatkan. Nah, pendekatannya itu ke grassroot mestinya," ujarnya.
Tepat enam bulan pandemi covid-19 di Indonesia hari ini, Rabu (2/9/2020), sejak diumumkan kasus pertama pada 2 Maret 2020, belum ada tanda-tanda berakhir.
Bahkan, Satuan Tugas Penanganan covid-19 justru mencatat peningkatan kasus dalam beberapa waktu terakhir. Kondisi ini dikhawatirkan juga disebabkan oleh faktor strain mutasi virus corona yang lebih menular ini. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Strain Virus Corona Lebih Menular Ada di Indonesia, Bagaimana Pengembangan Vaksin?", Klik untuk baca: https://www.kompas.com/tren/read/2020/09/02/131700065/strain-virus-corona-lebih-menular-ada-di-indonesia-bagaimana-pengembangan?page=all