Pengamat Menilai Jembatan Pulau Balang tak Matikan Nelayan dan Transportasi Laut
Salah satu pembangunan infrastruktur penting dalam koridor trans Kalimantan, yakni Jembatan Pulau Balang, menunjukkan perkembangan konstruksi
Penulis: Heriani AM | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Salah satu pembangunan infrastruktur penting dalam koridor trans Kalimantan, yakni Jembatan Pulau Balang, menunjukkan perkembangan konstruksi yang signifikan.
Jembatan terbentang sepanjang 1 kilometer dengan tinggi 29 meter, ditarget rampung akhir tahun ini.
Selain jembatan utama, rencananya juga akan dibangun Jembatan Sungai Riko untuk menyempurnakan operasional.
Bahkan, Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) XII Kalimantan Timur -Utara, Direktorat Jenderal Bina Marga akan mengusulkan pembangunan beautifikasi di sekitar wilayah jembatan.
Baca Juga:Jembatan Pulau Balang Menghubungkan Balikpapan Penajam Punya Potensi Wisata BPJN Bangun Beautifikasi
Baca Juga:Tinggal 89 Meter Lagi Jembatan Pulau Balang Tersambung, Target Rampung Akhir Tahun 2020
Jembatan ini merupakan akses penghubung trans Kalimantan di sisi selatan, menghubungkan Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan Kota Balikpapan.
Jembatan Pulau Balang digadang akan berdiri megah nan indah. Terlebih jika ditengok dari lokasi Ibu Kota Negara (IKN) baru di Kecamatan Sepaku, PPU.
Lalu bagaimana dampak sisi ekonomi dari pembangunan senilai Rp 1,3 triliun ini?
Menurut Pengamat Ekonomi kota Balikpapan Dr Didik Hadiyatno, adanya jembatan tersebut, tentu memudahkan mobilitas masyarakat.
Dengan demikian, multiplayer effect nya adalah akan tumbuh dan berkembang perekonomian, baik di PPU, Balikpapan termasuk di Kabupaten Paser, dan Kalimantan Timur secara umum.
"Kalau transportasi mudah, sudah pasti ada pergerakan orang. Pergerakan ekonomi tentu meningkat," ujarnya, Rabu (16/9/2020).
Pro dan kontra dalam pembangunan infrastruktur pemerintahan, tentu tidak luput. Termasuk pembangunan jembatan yang sudah direncanakan lebih dari 12 tahun ini. Yang paling umum adalah, dengan keberadaan jembatan, bagaimana dengan transportasi kapal yang ada sekarang? Apakah akan mematikan aktivitas nelayan lokal?
Didik memandang, tidak ada masalah. Bukan mematikan, nantinya juga akan dibuat tempat wisata, sehingga transportasi yang mulanya hanya mobilitas secara umum, akan bertransformasi juga menjadi angkutan wisata.
"Kalau orang-orang berpikirnya, nanti akan mematikan nelayan. Padahal jembatan didesign agar kapal bisa lewat. Selain itu, tidak semua orang nanti akan lewat jembatan itu. Tentu tatap ada yang menggunakan sarana transportasi yang sebelumnya sudah ada," urai pria yang juga Dosen Fakultas Ekonomi, Universitas Balikpapan ini.
Pembangunan perekonomian justru diharapkan semakin bagus. Selama ini di PPU sudah ada spot-spot wisata. Hanya saja, permasalahannya utama di transportasi.
Meski ada kapal feri, klotok maupun speedboat, tetap tidak melancarkan aktivitas wisata. Padahal diketahui, kabupaten yang sudah berumur 17 tahun itu, kaya akan potensi sumber daya alam.
Dengan adanya jembatan yang hampir jadi ini, akan menjadi penghubung baik dari Balikpapan - PPU, ke arah Paser, bahkan Kalimantan Selatan, sehingga untuk perekonomian, maupun pariwisata dampaknya akan lebih positif," pungkasnya. (Tribunkaltim.co/Heriani)
Baca Juga:Pemkot Balikpapan Tak Punya Wewenang, Jalan Pendekat Jembatan Pulau Balang Ditentukan Pemprov Kaltim
Baca Juga:Jembatan Pulau Balang Terpanjang Kedua di Indonesia, Hubungkan Balikpapan ke Daerah Ibu Kota Negara