Kisah Bocah di Bontang Diterkam Buaya, Kakak Korban Ada Firasat dan Ambil Parang Ingin Balas Dendam
Mengetahui adik kandungnya diterkam buaya muara. Ian Setiawan, kakak dari bocah yang leher dan pinggangnya digigit buaya naik pitam,
Penulis: Muhammad Fachri Ramadhani | Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTIM.CO, BONTANG - Mengetahui adik kandungnya diterkam buaya muara. Ian Setiawan, kakak dari bocah yang leher dan pinggangnya digigit buaya naik pitam.
Tanpa pikir panjang ia mencari parang di rumah. Usai dapat ia kemudian bergegas menuju air tempat dimana buaya tersebut menerkam adiknya.
Namun, emosinya berhasil diredam warga. Hingga akhirnya urung melakukan hal tersebut.
Begitulah situasi kebatinan Ian Setiawan setelah mengetahui adiknya jadi korban serangan buaya.
Baca Juga: Pembatasan Aktivitas Jam Malam Lantaran Pandemi Covid-19, Begini Tanggapan PHRI Samarinda
Baca Juga: Bangun Ibu Kota Negara, Penajam Paser Utara Strategis, Jadi Bahan Penelitian Universitas Pertahanan
Hal itu diungkapkan saat TribunKaltim.co bertemu di Rumah Sakit Pupuk Kaltim.
"Saya tidak terima adik saya digigit, saya langsung pulang mengambil parang. Kesal, tapi dilarang oleh warga," katanya.
"Jadinya kami langsung bawa adik ke rumah sakit menggunakan mobil warga," sambungnya.
Diungkapkan Ian, sekitar 17.00 Wita, adiknya AN (14) bersama 2 temannya turun ke laut berenang. Tak berselang lama, ia mendengar suara teriakan dari arah perairan.
Baca Juga: UPDATE Virus Corona di Berau, Pasien covid-19 Kembali Bertambah 8, Didominasi Klaster Pertanahan
Baca Juga: Bangun Ibu Kota Negara di Kalimantan Timur Ditunda, Garap Masterplan dan Infrastruktur Dasar Saja
"Saya lagi main game, ada yang teriak-teriak, katanya adik saya digigit buaya dan sudah berdarah. Saya langsung lari," kenangnya.
Ia bersama warga lainnya mencari bantuan. Nah, beruntung ada kapal warga yang siaga, mereka menggunakan perahu tersebut untuk mengevakuasi AN. Sebab lokasi serangan buaya itu sekira 20 meter dari daratan.
Lebih lanjut, ia melihat adiknya dalam kondisi pucat. Bocah SMP 15 itu mengeluarkan banyak darah.
Beberapa bagian tubuhnya robek lantaran digigit buata. Dari bagian lutut sebelah kanan, juga rusuk sebelah kiri, leher dan bagian tubuh lainnya yang luka.
Baca Juga: Percobaan Vaksin covid-19 Sinovac, Diklaim Aman Digunakan oleh Kalangan Lansia
Baca Juga: 16 Kasus Baru covid-19 di Yogyakarta, Berasal dari Klaster Warung Solo Sudah Meluas
"Daging di lututnya, seperti hilang sebagian karena dalam betul ku liat," bebernya.
Ian sempat berpikir dan pasrah bahwa adiknya dibawa lari buaya itu. Namun, memang nasib, adik keduanya itu selamat dari maut.
Dengan nada tinggi, Ia mengatakan sebelum berenang, AN sebenarnya sudah dilarang turun ke laut. Lantaran ia punya firasat tak enak.
"Saya mandi saat itu. Lihat adik sudah tidak ada, pasti mandi dia. Tapi untungnya dia kuat bisa melepaskan gigitan buaya itu," tuturnya.
Pemberitaan TribunKaltim.co sebelumnya, warga yang tinggal di perairan Kampung Mandar Loktuan geger, Kamis (17/9/2020).
Buaya kembali teror warga. Leher dan pinggang seorang bocah berusia 14 tahun diterkam buaya.
Adalah AN (14) diterkam buaya saat berenang bersama dua rekannya di perairan Kampung Mandar Loktuan, Bontang Utara menjelang maghrib.

Bocah yang tinggal di RT 24 Loktuan itu mengalami luka serius pada bagian leher dan pinggang. Saat ini terpaksa mendapat perawatan medis serius di RS Pupuk Kaltim.
Bhabinkamtibmas Loktuan Aipda Ahmad Bajuri menguraikan, korban saat itu asik berenang. Secara mengejutkan leher pelajar kelas 3 SMP itu tiba-tiba disambar buaya muara.
Tak berhenti di sana pinggang AN juga kena gigit buaya tersebut.
Baca Juga: DPR Tegaskan Harus Segera Dibumikan Larangan Pakai Masker Scuba dan Buff, Kain Tipis tak Aman
Baca Juga: Inilah Daftar Masker yang Aman Dipakai, Tipe Buff dan Scuba Tidak Maksimal Cegah Penyebaran Covid-19
Beruntung gigitan itu berhasil lepas, lantaran AN masih punya tenaga memukul kepala predator tersebut.
"Waktu pinggangnya digigit, bocah itu pukul pukul kepala buayanya. Akhirnya lepas," kata Bajuri.
Hingga berita ini diturunkan, AN masih mendapat perawatan intensif di Rumah Sakit Pupuk Kaltim.
(Tribunkaltim.co/Fachri)