Beras Abung, Beras Lokal Khas Mahulu yang Dihasilkan dari Pertanian Lahan Kering, Apa Keunggulannya?

Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) akan mengembangkan produk Padi Abung yang merupakan penghasil beras khas Mahulu.

Penulis: Febriawan | Editor: Syaiful Syafar
TRIBUNKALTIM.CO/FEBRIAWAN
Kabid Ketahanan Pangan dan Pertanian DKPP Mahulu, Petrus Ngo, saat diwawancarai menjelaskan keunggulan Beras Abung, beras lokal khas Mahulu yang dihasilkan dari pertanian lahan kering. TRIBUNKALTIM.CO/FEBRIAWAN 

TRIBUNKALTIM.CO, UJOH BILANG - Bekerja sama dengan Kementerian Pertanian melalui Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Pemerintah Kabupaten Mahakam Ulu (Mahulu) akan mengembangkan produk Padi Abung yang merupakan penghasil beras khas Mahulu.

Kabid Ketahanan Pangan dan Pertanian DKPP Mahulu, Petrus Ngo, mengatakan, Beras Abung merupakan beras lokal yang memiliki ciri khas sendiri.

Beras yang banyak dihasilkan di Kampung Datah Bilang ini berasal dari padi pada lahan kering.

"Berasnya bersih, pulen dan aromanya harum. Semacam beras Adan yang dari Krayan," kata Petrus, Selasa (14/10/2020).

Baca juga: Tanam Padi di Mahulu, DKPP Maksimalkan Pengelolaan Lahan Kering Menggunakan Teknologi

Selama ini, lanjutnya, padi ini masih dikelola secara tradisional oleh para petani sendiri.

Diakuinya masih belum ada sentuhan pengembangan secara modern atau instensif.

"Nah saat ini baru akan kita kembangkan serius. Bersama BPPT nanti akan dilakukan penelitian terhadap benihnya. Untuk selanjutnya, nanti apakah akan dilakukan kawin silang atau bagaimana, untuk supaya bisa menghasilkan lebih maksimal. Itu nanti dari BPPT,” ujar Petrus.

Baca juga: DKPP Mahulu Optimistis Produksi Pangan akan Terus Meningkat

Dengan produksi yang cukup besar, yaitu dari satu blek benih bisa menghasilkan 100 blek hasil padi kering, menurut Petrus, padi Abung cukup potensial dikembangkan.

Apalagi padi Abung punya ciri khas sendiri dengan memiliki keunggulan-keunggulan dibandingkan dengan beras lainnya.

"Padi Abung ini sudah ada sejak dahulu. Dibudidayakan secara turun temurun oleh masyarakat. Hanya saja, selama ini pengelolaannya masih dilakukan secara tradisional. Mulai sekarang akan kita kembangkan. Dengan harapan nanti akan bisa menjadi komoditi pertanian andalan dari Mahulu," tambah Petrus.

(TribunKaltim.co/Febriawan)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved