Penanganan Covid

Prof Kusnaedi Pastikan 1.620 Relawan Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac Tidak Ada yang Sakit Berat

Ada titik terang dari upaya menemukan vaksin covid-19 di Indonesia. Artinya harapan terbebas dari ancaman covid-19 semakin mendekati kenyataan.

Editor: Mathias Masan Ola
TRIBUN JABAR/TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil didampingi Kapolda Jawa Barat Irjen Rudy Sufahriady, Pangdam III Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto, dan Kepala Kejaksaan Tinggi Jawa Barat Ade Eddy Adhyaksa, memperlihatkan lengan kanannya seusai disuntik vaksin Covid-19 di Puskesmas Garuda, Jalan Dadali, Kota Bandung, Selasa (25/8/2020). Keempat pejabat tersebut resmi menjalani penyuntikan atau uji klinis tahap III Vaksin Sinovac Covid-19 dengan menjalani banyak prosedur, dimulai dengan pemeriksaan tekanan darah dan kondisi tubuh, rapid test, penyuntikan, kemudian menunggu reaksi penyuntikan selama 30 menit. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

TRIBUNNEWS.CO, JAKARTA - Ada titik terang dari upaya menemukan vaksin covid-19 di Indonesia. Artinya harapan terbebas dari ancaman covid-19 semakin mendekati kenyataan.

Harapan bagi Indonesia untuk bisa bebas dari pandemi Virus Corona atau Covid-19 menemui titik terang.

1.620 relawan uji klinis fase III vaksin Covid-19 Sinovac di Bandung, Jawa Barat, dilaporkan tidak mengalami sakit berat.

Hasil uji klinis tahap III vaksin Covid-19 Sinovac sampai saat ini memang belum diketahui.

Namun, berdasarkan keterangan Ketua Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid-19 Prof Kusnaedi Rusmil, sementara ini
1.620 relawan penerima vaksin Sinovac dilaporkan tidak ada yang mengalami sakit berat.

Baca juga: KISRUH Klub Liga Italia Lazio Pamer Pesawat Baru, Pemain Ngambek, hingga Terancam Pengurangan Poin

Baca juga: VIRAL Aksi Dua Gadis Rebutan Jadi Istri Betrand Peto, Ada yang Ditampar dan Jatuh, Respon Ruben Onsu

"Uji klinik di Bandung itu uji klinik fase tiga yang hasilnya kita belum tahu, tetapi tadi pagi Prof Kusnaedi menyampaikan bahwa sudah 1.620 yang diimunisasi pertama dan 1.500 yang kedua serta sudah diambil darahnya, sampai hari ini tidak ada yang sakit berat atau yang bermacam-macam," jelas Anggota Komite Penasihat Ahli Imunisasi Nasional Prof Dr dr Soedjatmiko, Sp.A(K).

Menurut Soedjatmiko, Kamis (12/11/2020), vaksin Covid-19 Sinovac dipilih Pemerintah Indonesia karena telah terbukti efektif dalam uji klinis fase I dan II yang dilakukan di China.

Uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac fase I dilakukan pada 143 orang dewasa di China.

Hasilnya terbukti aman. Karena aman dan ada tanda-tanda efektif, dilanjutkan dan diizinkan untuk memasuki uji klinis fase II yang dilakukan pada 600 orang dewasa di China.

Hasilnya, peningkatan kekebalan tubuh pada para relawan uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac mencapai
92 persen dalam waktu dua minggu.

"Tapi, begitu empat minggu kemudian, peningkatan anti bodi padapenerima vaksin mencapai 97 persen," papar Prof Soedjatmiko.

Baca juga: Ketua MPR Bamsoet Minta KPU-Bawaslu Beri Peringatan Keras & Tertulis Kepada Paslon Pelanggar Prokes

Baca juga: TERBARU Kode Redeem Free Fire 14 November 2020, Buruan Tukar Sebelum Keduluan dan Klaim Hadiahnya

Prof Soedjatmiko menjelaskan, antibodi yang terbentuk dari vaksin Covid-19 Sinovac namanya neutralizing antibody.

Kadarnya cukup tinggi, antara 27 - 63 persen. Sementara yang dibutuhkan untuk melawan virus Covid-19 hanya sekitar 10 persen saja.

"Jadi badan obat di negara-negara tersebut menyatakan bahwa vaksin (Sinovac) pada uji klinik fase II aman dan tampaknya efektif," kata dia.

Vaksin Sinovac yang akan diproduksi bersama Bio Farma, saat ini sudah berada pada tahap uji klinik fase 3 di Bandung dan telah mengambil subjek sebanyak 1.620 orang dewasa dan sedang menunggu hasilnya. (Istimewa)

Vaksin Akan Diprioritaskan Untuk Usia 18 - 59 Tahun

Prof Soedjatmiko menyebut kelompok usia 18 - 59 tahun menjadi prioritas penerima vaksin Covid-19Sinovac.

Ada beberapa pertimbangan kelompok usia ini diprioritaskan untuk menerima vaksin.
Pertama, orang-orang yang berisiko menularkan atau ditularkan Corona, adalah orang-orang yangaktivitasnya tinggi.

Usia 18 - 59 tahun merupakan usia produktif yang memiliki aktivitas atau keseharianyang memang memerlukan mobilitas tinggi.

"Apakah mereka yang bersekolah, apakah bekerja, yangberada di usia produktif, sehingga itu yang mendapat prioritas. Dan itu ternyata di Indonesia demikianjuga," kata Prof Soedjatmiko.

Data yang diperoleh Prof Soedjatmiko dari Penanggulangan Covid-19 Indonesia, yang berumur antara 31 - 45 tahun itu yang meninggal karena Covid-19 hanya 13 persen.

Di atas 46 tahun sampai di atas 60 tahun, itu hampir 71 persen yang meninggal.

Artinya bahwa memang usia-usia produktif itulah yangberpotensi sakit, meninggal, dan menularkan.

Sedangkan yang di bawah 18 tahun itu jumlah yangterinfeksi atau meninggal dunia sangat kecil sekali.
Hal demikian juga dialami oleh berbagai negara. Atas dasar itu, uji klinis vaksin Covid-19 Sinovac fase I sudah dibatasi antara umur 18 - 59 tahun.

Berkaca dari batas usia itu, uji klinis yang dilakukan pada usia-usia tersebut berarti aman dan efektif. "Sehingga nanti tingkat imunisasi pada kelompok usia itu," kata dia.

Dijelaskan, dua pertimbangan usia di bawah 18 tahun dan 60 tahun ke atas tidak menjadi prioritas penerima vaksin Covid-19.

Satu bahwa pada kenyataannya, di bawah 18 tahun itu sedikit yang kena dan sedikit yang meninggal akibat Covid-19.

Di atas 60 tahun itu banyak yang meninggal dunia, tetapi kebanyakan justru disebabkan penyakit penyerta.

Namun, lanjut dia, ada satu sudut pandang lain mengapa rentang usia di bawah 18 tahun dan di atas 60 tahun tidak jadi prioritas.

Baca juga: Pemprov DKI Jakarta Libatkan 2.700 Satpol PP untuk Mengajak Masyarakat Terapkan 3M

Baca juga: Kualifikasi Piala Dunia 2022: Hasil Brasil vs Venezuela, Gol Firmino Bawa Brasil ke Puncak Klasemen

"Ada satu sudut pandang lain, yang namanya herd imunnity (imunitas masyarakat). Kalau cakupan imunisasi cukup tinggi, khusus untuk Covid-19 itu di atas 75 persen, maka yang sisanya yang 25 persen itu akan terlindungi, tidak akan tertular, tidak akan sakit berat," kata dia.

Yang berusia 18 - 59 tahun itu mendapat vaksin minimal 75 persennya, maka yang tidak diimunisasi akan terlindungi juga secara tidak langsung karena penularan tidak sampai ke mereka.

Selain itu, mereka yang berusia antara 18 - 59 tahun adalah kelompok yang tergolong memiliki mobilitas tinggi.

"Yang pergi-pergi keluyuran kan yang berusia 18-59. Di atas itu sudah berkurang, sudah pensiun, dan yang di bawah itu tidak sekolah. Maka itu saya sangat setuju sekolah sementara tutup dulu sampai aman banget untuk mengurangi risiko itu," ujar dia.

"Jadi kalau cakupan imunisasi pada kelompok usia 18-59 tahun itu tinggi cakupannya dalam waktu singkat, dalam waktu enam bulan, maka insyaallah yang kelompok di atas 60 tahun dan di bawah 18 tahun akan terlindungi," Prof Soedjatmiko memastikan.  (tribun network/genik)

Catatan Redaksi:

Bersama-kita lawan virus Corona.

Tribunnews.com mengajak seluruh pembaca untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dalam setiap kegiatan.

Ingat Pesan Ibu, 3M (Memakai masker, rajin Mencuci tangan, dan selalu Menjaga jarak).

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul UPDATE Uji Klinis Vaksin Covid-19 Sinovac , 1.620 Relawan Tidak Ada yang Sakit Berat,

Sumber: Tribunnews
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved