Dari Kapel St Lukas di Bukit Terjal Manoreh, Mbah Wiryo Setia Bunyikan Lonceng Gereja 3 Kali Sehari
Setiap hari, pukul 06.00, pukul 12.00 dan sore pukul 18.00, lonceng gereja di Kapel St Lukas berdentang. Seorang nenek nyaris seabad usianya, setia
TRIBUNKALTIM.CO, KULON PROGO – Setiap hari, pukul 06.00, pukul 12.00 dan sore pukul 18.00, lonceng gereja di Kapel St Lukas berdentang. Seorang nenek nyaris seabad usianya, setia membunyikan lonceng itu.
Lonceng berdentang tepat pukul 12.00 WIB di salah satu bukit terjal pada Pegunungan Menoreh yang masuk dalam Pedukuhan Kajoran, Kelurahan Banjaroya, Kapanewon Kalibawang, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, Sabtu (19/12/2020).
Dentangnya yang bertalu itu terdengar oleh mereka yang ada di ladang dan hutan, maupun mereka yang ada di perbatasan pedukuhan. Dentang itu datang dari sebuah kapel, istilah warga untuk gereja kecil, dengan nama Santo atau St Lukas Kajoran.
Baca juga: Amerika Serikat akan Kembalikan Beberapa Lonceng Gereja yang Dirampas Seabad Silam dari Filipina
Baca juga: City Minta Lonceng Gereja Tak Dibunyikan
Baca juga: Rahasia Lonceng Ibu di Film Pengabdi Setan, Barang Tua dan Antik, Horor Juga?
Kapel ini terletak di salah satu bukit terjal di bawah hutan jati, dan sekelilingnya pohon-pohon tinggi.
Lonceng itu tergantung di sudut kiri depan kapel. Lonceng memiliki diameter bawah sekitar 40 Cm. Bandulnya terikat tali yang tertambat pada tiang atap pelataran depan kapel.
Seorang lansia perempuan dengan rambut putih perak menarik tali itu sehingga bandul menghantam genta.
Benturan bandul dan genta menggetarkan udara menghasilkan suara kencang. Nenek itu memukul lonceng dua kali lantas diulang kembali sampai tiga kali. Suara genta jadi bertalu-talu.
“Saya membunyikan lonceng tiga kali sebagai peringatan bagi warga dusun bahwa ini jam sembahyang,” kata Toddea Wakiyah Wiryorejo ( 94), lansia yang memukulkan lonceng itu, Sabtu tengah hari.
Semua percakapan itu berlangsung dalam bahasa Jawa.
Baca juga: Lakukan Peletakan Batu Pertama Pembangunan Gereja Katolik, Bupati Berpesan Jaga Kerukunan
Baca juga: Masih Zona Merah Covid-19, Sekitar 20 Gereja Katolik di Jateng Tunda Misa
Baca juga: Hadiri Peresmian Gereja Katolik HKY Mangkupalas, Makmur Pesan Jaga Kerukunan Antar Umat Beragama
Genta Pengingat Waktu Berdoa
Warga mengenalnya sebagai Mbah Wiryo. Nama itu berasal dari nama suaminya, Rafael Sudarno Wiryorejo (Rafael). Mbah Wiryo nenek dengan perawakan kurus, giginya habis, namun masih tegap berjalan sekalipun agak lamban dan tanpa tongkat yang menopang.
Mbah Wiryo menceritakan, ia memukul genta setiap pukul 06.00, 12.00 dan 18.00. Suara lonceng merupakan ajakan untuk berdoa bagi umat Katolik di Kajoran.
Terdapat 47 kepala keluarga atau 157 umat Katolik pada lereng Kajoran tersebut. Di antara mereka bekerja di kebun, ladang maupun hutan.
Genta menjadi pengingat waktu untuk berdoa setiap waktu sekalipun berada di tengah kesibukan sepanjang hari.
“Sehari tiga kali dengan patokan jam, jam enam, jam 12 siang dan enam sore. Saat sore ketika sudah gelap. Tergantung terang atau sudah gelap,” kata Mbah Wiryo.