Kebakaran Pasar di Nunukan
KISAH PILU Ibu Hamil 6 Bulan Jadi Korban Pembacokan, Detak Jantung Janin Berhenti dan Rumah Terbakar
Duka mendalam dialami warga Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), pasca kebakaran hebat yang terjadi 2 hari lalu. Peristiwa kebakaran telah
TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN- Duka mendalam dialami warga Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara), pasca kebakaran hebat yang terjadi 2 hari lalu.
Peristiwa kebakaran telah menghabiskan sekira 62 rumah dengan korban sebanyak 57 kepala keluarga (KK), menjadi perbincangan warga hingga hari ini.
Tak hanya rumah yang terbakar, tragedi pembacokan terhadap 4 orang dewasa dan 3 anak-anak menjadi rentetan peristiwa trauma yang mendalam, terutama bagi korban dan sanak keluarga.
Satu di antara korban kebakaran sekaligus pembacokan adalah Atiqoh Nur Halifih (38), seorang staf administrasi Dinas Pemadam Kebakaran yang saat kejadian sedang tidak bertugas piket.
Baca juga: Tak Kantongi IMB, Pemkot Balikpapan Didesak Hentikan Pembangunan PT KRN di Teluk Waru
Baca juga: 350 Orang Dimakamkan Secara Protokol Covid-19 di Samarinda, Satgas Minta Warga tak Anggap Sepele
Baca juga: Efektivitas Rapid Test Antigen di Balikpapan, 97,16 Persen Pelaku Perjalanan Udara Gunakan PCR
Pada Minggu (10/01/2021) sore, Atiqoh Nur Halifih, perempuan yang tengah hamil 6 bulan sedang menghabiskan sore hari bersama keempat anak dan suaminya di Jalan Lingkar Nunukan.
Sekira pukul 18.00 Wita, wanita yang akrab disapa Nur itu, pulang ke rumah bersama suami dan 2 anaknya, yang masih berusia 2 tahun dan kelas V SD.
Sementara 2 anak lainnya masih belum mau pulang.
Saat tiba di lorong rumah, jalan Inhutani, RT 10, Kelurahan Nunukan Utara, Nur sudah melihat tetangganya yang bernama Andi Sudarmin (44 pelaku) sedang mengejar seorang pria dari dalam rumahnya dengan sebilah parang.
Dari pengakuan Nur, ketika itu warga sekitar sudah mulai lari berhamburan menyelamatkan diri masing-masing.
Pasalnya, pelaku itu akan membacok siapa saja yang ia lihat dan mampu ia kejar.
Diketahui, rumah Nur dengan rumah pelaku berada satu deretan yang sama dan dibatasi oleh 3 rumah.
Rumah warga di daerah itu semuanya dibangun di atas permukaan laut.
Tempat itu juga merupakan dermaga penyeberangan spead boat Nunukan-Sebuku.
Melihat itu, sang suami menarik gas motor melaju ke arah pintu rumah dengan maksud ingin menyelamatkan sang istri dan 2 anaknya.
"Saya tidak terlalu lihat orang yang pelaku kejar. Pelaku itu sempat lihat ke arah kami. Saya nggak tau kalau dia kejar kami. Tetangga berhamburan semua masuk ke rumah masing-masing. Pas sudah di depan pintu rumah, suami saya lupa kasi turun standar motor, dia sama anak saya langsung lari begitu saja ke jemuran rumput laut.
Karena itu jalan satu-satunya untuk selamatkan diri. Suami saya sangka saya ikut dari belakang, padahal saya tertindih motor. Posisi badan saya tiarap di lantai, paha saya tertindih motor, jadi sulit bergerak," kata Nur kepada TribunKaltara.com, Selasa (12/01/2021), pukul 09.00 Wita.
Nur saat itu hanya bisa terduduk lantaran kakinya masih sakit dan sulit digerakkan.
Sontak, ia kaget melihat pelaku sudah berada pas di depannya. Pasalnya, pria yang dikejar pelaku itu berlari ke arah Nur.
"Posisi saya saat itu terduduk pas pelaku sampai tepat di depan saya. Terus dia bacok ke arah kepala saya, tapi saya berusaha lindungi kepala saya pakai tangan kiri. Jadi tangan kiri saya yang lukanya agak dalam. Setelah itu, dia bacok tangan kanan lagi. Perut saya bagian bawah kena sedikit ujung parang, tergores," ucapnya.
Terjebak Dalam Kobaran Api
Usai membacok ibu hamil 6 bulan itu, pelaku juga melakukan aksi jahatnya terhadap dua orang anak usia 8 tahun tepat di depan rumah Nur, sekaligus ibu anak itu turut dibacoknya.
"Selesai dibacok saya berusaha berdiri karena belum terasa sakitnya, tapi saya lihat darah mengalir terus di badan saya. Saya sempat cari suami saya, baru saya bilang ke suami saya, saya dibacok. Terus suami saya kaget.
Lalu dia mau bawa ke puskesmas. Pas kasih nyala motor, baru keluar gang, api mulai kelihatan membesar dari rumah pelaku itu. Karena dia bakar rumah yang dia kontrak itu. Begitu lihat api membesar, saya turun dari motor untuk cari anak saya yang kelas V SD itu.
Nggak tau kemana dia tadi. Posisi badan saya sudah banyak darah. Begitu sudah dapat anak saya, api sudah menyebar ke rumah-rumah termasuk rumah saya. Jadi saya dan anak saya itu terjebak, mau maju tapi api sudah mulai besar.
Untung ada perahu warga di laut, jadi saya dan mundur dan lari turun ke perahu di laut sama beberapa tetangga saya. Jadi di perahu ada 5 kepala keluarga tapi hanya saya yang kena bacok di dalam perahu itu. 6 orang lainnya yang dibacok sudah ke puskesmas lebih dulu," ujar Nur.
Detak Jantung Janin Berhenti
Nur mengaku, ia tak sempat selamatkan barang-barangnya, akibat jari-jarinya tak mampu ia gerakkan secara baik.
Dengan posisi badan bersimbah darah dan penglihatan Nur sudah mulai berkunang-kunang.
Begitu perahu sudah sampai di kampung pukat, ia dan anaknya langsung dibonceng warga menggunakan sepeda motor ke Puskesmas Nunukan.
"Darah saya banyak sekali, kunang-kunang sudah saya lihat. Pas di puskesmas, tetangga yang dibacok pada kumpul semua di puskesmas. Begitu habis dibersihkan luka, kandungan saya tidak ada detak jantungnya sama sekali.
Diperiksa dokter pakai alat memang sudah tidak ada detak jantung. Tidak ada reaksi apapun saya rasa. Jadi kami semuanya dilarikan ke RSUD Nunukan.
Di rumah sakit dibersihkan kembali lukanya kemudian perban kembali. Beberapa jam kemudian detak jantung janin saya kembali berdetak. Pukul 10.00 Wita kemarin, baru kedua tangan saya dioperasi.
Bagian perut hanya tergores tapi bernanah jadi cukup diobati biasa saja. Sampai sekarang masih bengkak tangan saya. Dokter bilang karena saya kaget jadi kandungan jadi tidak berdetak," tutur Nur.
Alami Kerugian Rp 50 Juta
Kejadian yang menimpa Nur itu membuat ia menjadi trauma.
Pasalnya, selain dibacok, rumah Nur yang ia tinggali sejak 2006 lalu ludes terbakar.
Menurut Nur, dari kejadian kebakaran, ia mengalami kerugian hingga Rp 50 juta.
Bahkan, ia tak sempat menyelamatkan banyak barang, hanya pakaian di badan yang berlumuran darah dan satu sepeda motor yang saat itu digunakan sang suami untuk menyelamatkan anaknya.
"Harta bisa dicari lagi, untung kedua anak saya tidak ikut pulang, mungkin bisa kena bacok juga. Suami saya seorang nelayan rumput laut. Saya staf administrasi di Dinas Pemadam Kebakaran, masih honorer. Kerugian sekira Rp 50 juta.
Rumah saya kayu, ukurannya kecil saja 10x12 meter. Saya beli 2006 lalu. Di dalam ada kulkas, mesin cuci, kipas dan lainnya. Rumah itu tidak bersertifikat karena di atas laut dibangunnya," ungkap Nur berupaya tersenyum.
Hingga berita ini diturunkan, Nur masih terbaring di ruangan Anggrek, RSUD Nunukan.
Ia menjalani perawatan luka-lukanya pasca operasi.
Sementara itu, pelaku Andi Sudarmin (44 pelaku) diketahui meninggal dunia di ruangan IGD RSUD Nunukan pada pukul 01.30 Wita, dini hari tadi.
(TribunKaltara.com/Febrianus Felis)