Virus Corona

Lengkap, Panduan Terbaru WHO ke Pasien Virus Corona yang Isolasi Mandiri, Obat & Tidur Tengkurap

Lengkap, panduan terbaru WHO ke pasien Virus Corona yang isolasi mandiri, obat & tidur tengkurap

Editor: Rafan Arif Dwinanto
Christopher Black/World Health Organization/AFP
Tedros Adhanom Ghebreyesus saat rapat di kantor WHO di Genewa Swiss pada 5 Oktober 2020. 

TRIBUNKALTIM.CO - Lengkap, panduan terbaru WHO ke pasien Virus Corona yang isolasi mandiri, obat & tidur tengkurap.

Jumlah kasus baru Virus Corona di Indonesia terus mengalami lonjakan tajam.

Hingga kini, akumulasi kasus Covid-19 di Tanah Air sudah menembus sejuta kasus.

Ketersediaan tempat perawatan di rumah sakit rujukan Virus Corona semakin menipis.

Hal ini membuat banyak pasien Virus Corona terpaksa menjalani isolasi mandiri di rumah.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO pun menerbitkan panduan klinis baru yang bisa bermanfaat untuk pasien yang menjalani karantina mandiri.

Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO) mengeluarkan saran klinis baru pada Selasa (26/1/2021) untuk merawat pasien Covid-19.

Baca juga: Misteri Hilangnya Pasien Pertama di Dunia Covid-19, Hidup atau Mati, WHO Kirim 10 Ilmuwan ke Wuhan

Baca juga: Resmi Jadi Kapolri, Listyo Sigit Prabowo Ditunggu Sejumlah PR, Jenderal-Jenderal Senior Disinggung

Saran itu termasuk pasien yang menunjukkan gejala persisten setelah pemulihan.

Dikutip dari Channelnewsasia, saran itu soal perawatan apakah pasien bisa dirawat di rumah.

Rumah sakit disarankan menggunakan oksimetri nadi untuk mengukur kadar oksigen pasien Covid-19.

Sehingga pasien bisa diidentifikasi apakah dirawat di rumah sakit atau di isolasi mandiri.

"WHO menyarankan dokter untuk menempatkan pasien dalam posisi tengkurap.

Di depan mereka, yang ditunjukkan untuk meningkatkan aliran oksigen," ujar juru bicara WHO, Margaret Harris.

Selain itu, WHO juga merekomendarikan anti-koagulen dosis rendah.

Hal itu berfungsi untuk mencegah pembentukan gumpalan di pembuluh darah.

Menurut WHO, penggunaan dosis tinggi akan menyebabkan masalah lain.

Harris menambahkan soal tim ahli yang sudah berada di Wuhan untuk meneliti virus.

Rencanya mereka akan bekerja dengan peneliti China untuk mengetahui asal Virus Corona.

WHO saat ini juga fokus pada anjuran memvaksinasi tenaga medis di 100 hari pertama tahun 2021.

Baca juga: Formulir Pendaftaran BLT UMKM 2021 Beredar di Medsos, Kemenkop Sarankan Cek di www.kemenkopukm.go.id

Gejala baru virus Corona

Melansir situs resmi WHO, berikut gejala baru virus Corona:

  • Sifat lekas marah
  • Kebingungan
  • Kesadaran berkurang (terkadang berhubungan dengan kejang)
  • Kegelisahan
  • Depresi
  • Gangguan tidur
  • Komplikasi neurologis yang lebih parah dan jarang terjadi, seperti stroke, radang otak, delirium, dan kerusakan saraf 

Delirium, gejala awal baru virus Corona

Dua studi terbaru menunjukkan, delirium menjadi salah satu gejala awal baru infeksi virus Corona, khususnya pada kelompok lanjut usia alias lansia.

Mengutip EurekAlert, kesimpulan utama tersebut merupakan hasil tinjauan penelitian ilmiah para peneliti dari Universitat Oberta de Catalunya (UOC), Spanyol.

Studi yang terbit di Journal of Clinical Immunology and Immunotherapy itu menemukan, bersamaan dengan hilangnya indra perasa dan penciuman serta sakit kepala yang terjadi pada hari-hari sebelum batuk dan kesulitan bernapas, beberapa pasien Covid-19 juga mengalami delirium.

"Delirium adalah keadaan kebingungan di mana orang tersebut merasa tidak berhubungan dengan kenyataan, seolah-olah mereka sedang bermimpi," kata peneliti UOC Javier Correa.

UOC melakukan studi tentang efek virus Corona terhadap sistem saraf pusat, yaitu otak. Penelitian ini menemukan, virus Corona juga memengaruhi sistem saraf pusat dan menghasilkan perubahan neurokognitif, seperti sakit kepala dan delirium.

Baca juga: Nasib Idham Azis Jelang Pelantikan Listyo Sigit Sebagai Kapolri, Ada 2 Posisi Cocok, Susul Tito?

Hipotesis utama yang menjelaskan bagaimana virus Corona memengaruhi otak menunjuk pada tiga kemungkinan penyebab:

  • hipoksia atau defisiensi oksigen saraf
  • radang jaringan otak akibat badai sitokin
  • fakta bahwa virus memiliki kemampuan untuk melintasi darah-penghalang otak untuk langsung menyerang otak

Menurut Correa, salah satu dari tiga faktor ini berpotensi menyebabkan delirium.

Delirium, para peneliti mengatakan, kemungkinan besar merupakan hasil dari peradangan sistemik organ dan keadaan hipoksia, yang juga menyebabkan jaringan saraf menjadi meradang.

Itu memembuat kerusakan di area seperti hipokampus, yang terkait dengan disfungsi kognitif dan perubahan perilaku yang disebabkan oleh pasien yang menderita delirium.

Melansir EurekAlert, studi kedua yang terbit di JAMA Network Open/Emergency Medicine menunjukkan, lansia yang datang ke unit gawat darurat (UGD) rumahsakit kemudian didiagnosis positif Covid-19, sering mengalami delirium ketika mereka tidak menunjukkan gejala khas virus Corona, seperti demam dan batuk.

Para peneliti memeriksa 817 pasien berusia 65 tahun atau lebih yang dirawat di UGD dan didiagnosis dengan Covid-19. Mereka menemukan, hampir sepertiga mengalami delirium pada saat mereka tiba di UGD.

Mengigau adalah gejala utama yang muncul dari 16% pasien tersebut, dan 37% tidak memiliki gejala Covid-19 yang khas. Delirium adalah gejala paling umum keenam pada semua pasien.

Temuan ini menunjukkan pentingnya memasukkan delirium dalam daftar periksa yang menunjukkan tanda dan gejala Covid-19 yang memandu skrining, pengujian, dan evaluasi.

"Studi ini menunjukkan, delirium bukan hanya gejala umum Covid-19, tetapi juga mungkin merupakan gejala utama dan mungkin satu-satunya pada orangtua," kata Sharon K. Inouye, Profesor Kedokteran di Harvard Medical School, yang merupakan peneliti senior studi itu.

"Oleh karena itu, delirium harus dianggap sebagai gejala awal penting Covid-19," tegasnya.

Baca juga: Refly Harun Sorot Dugaan Rasis Relawan Pro Jokowi-Maruf Amin ke Natalius Pigai, Sudah di Luar Batas

Gejala virus Corona yang kurang umum

Selain itu, WHO mencatat, ada gejala virus Corona yang kurang umum dan bisa memengaruhi beberapa pasien:

  • Kehilangan rasa atau bau
  • Hidung tersumbat
  • Konjungtivitis (juga dikenal sebagai mata merah)
  • Sakit tenggorokan
  • Sakit kepala
  • Nyeri otot atau sendi
  • Berbagai jenis ruam kulit
  • Mual atau muntah
  • Diare
  • Menggigil atau pusing

Kemudian, gejala virus Corona yang parah:

  • Sesak napas
  • Kehilangan selera makan
  • Kebingungan
  • Nyeri atau tekanan yang terus-menerus di dada
  • Temperatur tinggi (di atas 38°C)

Baca juga: Anies Baswedan Bagikan Momen Detik-detik Pasien Covid-19 Wafat, Gubernur DKI Beri Pesan Menyentuh

WHO menekankan, orang dari segala usia yang mengalami demam dan/atau batuk yang berhubungan dengan kesulitan bernapas atau sesak napas, nyeri atau tekanan dada, atau kehilangan kemampuan bicara atau bergerak, harus segera mencari perawatan medis.

"Jika memungkinkan, hubungi penyedia layanan kesehatan, hotline, atau fasilitas kesehatan terlebih dahulu, sehingga Anda dapat diarahkan ke klinik yang tepat," kata WHO.

( TribunKaltim.co / Rafan Arif Dwinanto)

Artikel ini telah tayang dengan judul WHO Mengeluarkan Saran Perawatan Klinis Baru untuk Pasien Covid-19 soal Isolasi Mandiri di Rumah, https://wow.tribunnews.com/2021/01/27/who-mengeluarkan-saran-perawatan-klinis-baru-untuk-pasien-Covid-19-soal-isolasi-mandiri-di-rumah.

Artikel ini telah tayang di kontan.co.id dengan judul Harus semakin waspada, WHO mencatat 7 gejala baru virus corona

Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved