Sejarah Hari Ini
23 Februari 1923, Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlan Meninggal Dunia, Rekam Jejak Muhammad Darwis
Tanggal 23 Februari 1923, Pendiri Muhammadiyah, KH Ahmad Dahlah meninggal dunia, berikut rekam jejak tokoh yang bernama asli Muhammad Darwis.
Saat dia mencoba menyampaikan bahwa arah kiblat tersebut salah dan mengatakan perhitungannya yang benar, ide itu tidak langsung diterima.
KH Ahmad Dahlan sampai membuat surat atau mushala sendiri yang menggunakan arah kiblat sesuai.
Tapi, surau itu pun dirusak massa setelah mendapat perintah dari Kanjeng Penghulu.
Lalu surau tersebut dibangun lagi. Untuk menyebarkan agama Islam, dia juga membangun pondok pesantren.
Pondok itu menampung para murid yang ingin belajar ilmu agama Islam secara umum maupun ilmu lain seperti: ilmu falaq, tauhid, dan tafsir.
Para murid itu tidak hanya berasal dari wilayah Residensi Yogyakarta, melainkan juga dari daerah lain di Jawa Tengah.
Walaupun begitu, pengajaran agama Islam melalui pengajian kelompok bagi anak-anak, remaja, dan orang tua yang telah lama berlangsung masih terus dilaksanakan.
Di samping itu, di rumahnya Ahmad Dahlan diadakan pengajian rutin satu minggu atau satu bulan sekali bagi kelompok-kelompok tertentu, seperti pengajian untuk para guru dan pamong praja yang berlangsung setiap malam Jumat.
Pembentukan ide-ide dan aktivitas baru pada diri Ahmad Dahlan tidak dapat dipisahkan dari proses sosialisasi dirinya sebagai pedagang dan ulama serta dengan alur pergerakan sosial-keagamaan, kultural, dan kebangsaan yang sedang berlangsung di Indonesia pada awal abad XX.
Sebagai seorang pedagang sekaligus ulama, Ahmad Dahlan sering melakukan perjalanan ke berbagai tempat di Residensi Yogyakarta maupun daerah lain seperti: Periangan, Jakarta, Jombang, Banyuwangi, Pasuruan, Surabaya, Gresik, Rembang, Semarang, Kudus, Pekalongan, Purwokerto, dan Surakarta.
Di tempat-tempat itu ia bertemu dengan para ulama, pemimpin lokal, maupun kaum cerdik cendekia lain, yang sama-sama menjadi pedagang atau bukan.
Dia juga berinteraksi dengan organisasi-organisasi lain di Indonesia seperti Budi Utomo, Sarikat Islam, dan Jamiat Khair.
Hal itu telah membantunya mendapat pengetahuan tentang cara berorganisasi dan mengatur organisasi secara modern.
Mendirikan sekolah
Setelah itu dia juga mendirikan sekolah. Lembaga pendidikan itu menerapkan model sekolah yang mengajarkan ilmu agama Islam maupun ilmu pengetahuan umum.