Kisruh Partai Demokrat
Diam Jokowi Setuju Moeldoko Rebut Partai Demokrat, Muncul Bahasa 3 Periode, Politisi PKS: Berbahaya!
Diam Presiden Jokowi bisa diartikan setuju Moeldoko rebut Partai Demokrat dari AHY, muncul bahasa 3 periode, Politisi PKS: Berbahaya!
Pihaknya tak terima terhadap hasil Kongres Luar Biasa ( KLB) Partai Demokrat di Sumatera Utara.
Moeldoko ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat versi KLB.
Setidaknya 5 kontainer yang isinya berkas dan dokumen, yang dikatakan AHY dapat membuktikan bahwa KLB yang digelar bodong alias ilegal.
Siapakah pihak yang paling diuntungkan dalam kisruh Partai Demokrat?
Apakah AHY dan SBY? Moeldoko? atau Jokowi?
Baca juga: Setia Pada Partai Demokrat AHY, Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya Ancam Kirim Santet Ke Moeldoko
Relawan Jokowi turut menyoroti aktivitas Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat tandingan yang digelar di Sibolangit, Sumatera Utara (Sumut), pada Jumat (5/3/2021) kemarin.
Ketua Jokowi Mania (Joman), Immanuel Ebenezer, mengatakan pihaknya menilai bahwa upaya pengambilalihan Partai Demokrat itu tidak beretika.
Tak hanya itu, kata dia, tindakan Moeldoko yang terlibat dalam upaya kudeta tersebut sangat berbahaya untuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan demokrasi.
Dia menuturkan, upaya merebut partai politik baru kali pertama terjadi di era reformasi, yang melibatkan pejabat Istana secara langsung.
"Dengan segala hormat, apa yang dilakukan Moeldoko tidak baik. Ini jelas bisa mengganggu pikiran Presiden Jokowi," kata Immanuel melalui keterangan resminya yang dikutip pada Senin (8/3/2021).
Baca juga: Bukan Moeldoko, Mahfud MD Sebut Pemerintahan Jokowi Akui AHY Sebagai Ketua Umum Partai Demokrat
Immanuel menegaskan, Presiden Jokowi sama sekali tidak terlibat dalam upaya kudeta AHY dari kepemimpinan Partai Demokrat.
Karena itu, menurutnya, salah jika ada anggapan bahwa Istana dituduh mengintervensi konflik yang terjadi di tubuh Partai Demokrat.
Pasalnya, Immanuel meyakini bahwa pengambilalihan kepemimpinan di Partai Demokrat adalah konflik internal yang sudah berlangsung lama.
Hal ini bisa terjadi karena ada syahwat politik yakni keinginan untuk maju dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (Pilpres) 2024 mendatang.
"Saat ini, banyak tokoh yang bersiap diri menuju 2024. Salah satunya, mungkin Moeldoko," kata Immanuel.
Baca juga: KLB Cuma Pembuka, Ferdinand Hutahaean Ungkap Gong Perang Sesungguhnya dalam Konflik Partai Demokrat