Berita Nunukan Terkini

Kisah Gigih Anak Petani Ingin Jadi Polisi, Pulang-Pergi Seberangi Lautan Siapkan Uang Rp 1,8 Juta

Percaya diri, berbekal dua kata itu, Yudas Tadeus (20), seorang anak petani asal Desa Sanur, Kecamatan Tulin Onsoi, Kabupaten Nunukan, mengaku ingin m

TRIBUNKALTARA.COM/FEBRIANUS FELIS
Yudas Tadeus (20) ditemui di rumah keluarganya, Jalan Pembangunan, Nunukan, Senin (29/3/2021). TRIBUNKALTARA.COM/FEBRIANUS FELIS 

TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN- Percaya diri, berbekal dua kata itu, Yudas Tadeus (20), seorang anak petani asal Desa Sanur, Kecamatan Tulin Onsoi, Kabupaten Nunukan, mengaku ingin menjadi seorang polisi sejak kecil.

Anak bungsu dari empat bersaudara itu mengaku, meskipun keinginannya menjadi polisi sempat mendapat penolakan dari kedua orangtuanya, namun ia tetap teguh pada pendiriannya.

"Orangtua saya minta saya jadi Tentara Angkatan Darat. Tapi saya tetap bertekad ingin jadi polisi," kata Yudas Tadeus kepada TribunKaltara.com, Senin (29/3/2021).

Baca juga: Animo Mendaftar Jadi Anggota Polri di Nunukan Tinggi, Minta Warga Aktif Laporkan Tindakan Suap

Baca juga: Gaji RT Sempat Nunggak 3 Bulan, Bupati Nunukan Asmin Laura Beberkan Penyebabnya

Saat ditanyai motivasinya sehingga menyukai institusi berseragam cokelat itu, Yudas Tadeus mengaku penampilannya keren.

"Saya punya tetangga polisi. Saya lihat kalau dia ke kantor, pakaian dinasnya keren. Bisa dibilang saya jatuh pada pandangan pertama melihat seragamnya" ucapnya lalu tersenyum.

Pria kelahiran 29 Oktober 2001 itu lahir dari latar belakang keluarga petani.

Ayahnya seorang penombak kelapa sawit di Malinau dan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga.

Kesederhanaan itu tak menggoyahkan semangat Tadeus untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang polisi di perbatasan RI-Malaysia.

"Sedari saya kecil sampai abang pertama saya lulus sarjana itu dari hasil tombak sawit punya orang di Malinau. Jadi bapak bolak-balik ke Malinau.

Perjalanan darat itu dapat ditempuh 3 jam. Sebulan itu kalau banyak orang yang minta panen bisa sampai Rp 5 juta, kalau tidak ya hanya Rp 2 juta. Baru-baru ini bapak saya hanya dapat Rp 2,5 juta," ujarnya.

Tadeus berusaha meyakinkan orang tuanya agar dirinya diizinkan untuk mendaftar polisi sejak kelas I SMK.

"Satu saja pesan mama kepada saya, nak percaya diri saja, karena kita tidak punya kenalan orang di dalam. Apapun hambatannya mama doakan yang terbaik nak, berangkatlah," tutur Tadeus menirukan kalimat ibunya sembari meneteskan air mata.

Rasa percaya diri dan semangat dari sanak keluarganya membuat Tadeus sampai pada tahap penyelesaian berkas SKCK di Polres Nunukan saat ini.

Kendati begitu, Tadeus menuturkan, tak sedikit biaya yang sudah ia keluarkan hanya untuk mendapatkan tanda tangan dari lembaga terkait.

"Kalau dihitung biaya perjalanan dari rumah saya termasuk pengurusan berkas baik fotokopi dan lainnya hampir Rp 2 juta lebih habisnya. Saya sudah dua kali bolak-balik Sebuku-Nunukan. Kalau SKCK malam ini selesai, besok pagi saya harus pulang lagi untuk minta legalisir Polsek Sebuku.

Sebelumnya saya pulang itu minta legalisir kepala desa mengenai surat keterangan domisili," ungkapnya.

Diketahui, harga mobil travel dari Sebuku ke dermaga Sei Ular Rp 400 ribu per orang.

Sementara speedboat sekali menyeberangkan penumpang harus membayar Rp 50 ribu per orang.

"Travel pergi pulang itu Rp 800 ribu per orang. Speedboat pergi pulang Rp 100 ribu per orang. Belum berkas lagi. Saya pulang lagi nanti ini harus siapkan uang Rp 1 juta untuk bisa kembali lagi ke sini. Jarak tempuh mobil dari rumah ke pelabuhan Sei Ular itu sekira 4 jam. Kalau speedboat sekira 30 menit," imbuhnya.

Anak asal suku Nusa Tenggara Timur (NTT) itu mengatakan hingga kini dirinya belum mendapat nomor antrean untuk mengurus SKCK di Polres Nunukan.

Sehingga, malam nanti Tadeus terpaksa harus kembali lagi ke Polres untuk menyelesaikan berkas SKCK-nya.

"Saya dengar yang sudah urus SKCK ada 200 orang lebih. Sisa berkas yang harus saya selesaikan itu SKCK dan surat permohonan dari orang tua. Saya sudah dua minggu di Nunukan numpang sama keluarga. Belum dapat nomor antrean.

Jadi yang nggak ada nomor antrean, malam nanti disuruh ke Polres lagi. Sampai subuh bahkan untuk mengurus SKCK itu. Soalnya nggak tentu waktu pembagian nomor antreannya," tuturnya.

Tadeus mempersiapkan diri untuk mendaftar Polisi sejak kelas II SMK, mulai dari persiapan fisik hingga latihan soal melalui handphone.

"Dari kelas II SMK saya persiapkan fisik mulai push up, pull up, sit up, dan renang. Kalau yang saya tau tesnya itu ada fisik, psikotes, kemampuan akademik, dan kesehatan. Saya belajar soal-soal lewat handphone, mulai berhitung, bahasa inggris dan pengetahuan umum lainnya.

Nanti tesnya itu di Polda Kaltara. Saya berharap bisa lulus tes sehingga bisa membanggakan orangtua saya," ucap Tadeus.

Berita tentang Nunukan

Penulis: Febrianus Felis | Editor: Rahmad Taufiq

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved