Hari Pendidikan Nasional

Kisah Guru Mengabdi 10 Tahun di Kawasan Terluar Malinau, Nekat Merantau dan Sempat Ditentang Ortu

Tepat hari ini, 2 Mei 2021 diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional yang merupakan hari kelahiran tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara.

TRIBUNKALTARA.COM/MOHAMMAD SUPRI
Guru sekaligus Wali Kelas 12 SMAN 4 Malinau, Nely Sa'adaniyah dan peserta didiknya saat mengikuti kegiatan di Makodim 0910 Malinau, Provinsi Kalimantan Utara, beberapa waktu lalu. TRIBUNKALTARA.COM/MOHAMMAD SUPRI 

TRIBUNKALTIM.CO, MALINAU- Tepat hari ini, 2 Mei 2021 diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional yang merupakan hari kelahiran tokoh pendidikan nasional, Ki Hajar Dewantara.

Kemajuan pendidikan di Indonesia tidak terlepas dari peran serta tenaga pendidik atau guru.

Profesi yang kerap dijuluki sebagai Pahlawan Tanpa Tanda Jasa.

TribunKaltara.com berkesempatan mewawancarai seorang perempuan asal Jawa Timur yang merantau ke tanah Borneo, mengejar cita-citanya untuk menjadi seorang guru.

Namanya Nely Sa'adaniayah. Seorang perempuan kelahiran Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur yang kini berdomisili di Kecamatan Mentarang, Kabupaten Malinau.

Baca juga: Mengenang Ki Hadjar Dewantara di Hari Pendidikan Nasional, Tak Ingin Namanya Dijadikan Nama Jalan

Nely Sa'adaniyah bercerita awal mula dia mengenal Malinau.

Sebuah kabupaten di Kalimantan Utara yang berbatasan langsung dengan negara tetangga, Malaysia.

Tahun 2012 silam, dia menginjakkan kaki pertama kali di Bumi Intimung melalui program SM3T atau Sarjana Mendidik di Daerah Terdepan, Terluar dan Tertinggal (3T).

Sebuah program yang digagas oleh Kemendikbud berupa program pengabdian sarjana pendidikan selama setahun dalam rangka akselerasi percepatan dan pemerataan pendidikan di wilayah 3T.

Terdaftar sebagai sebagai peserta program SM3T angkatan ke 2 tahun 2011 silam, dia merantau jauh-jauh dari kampung halamannya untuk mengejar cita-citanya menjadi seorang guru.

Baca juga: Sejarah 2 Mei, Hari Pendidikan Nasional, Ulang tahun Ki Hajar Dewantara hingga Pendiri Taman Siswa

Dia mengakui, awalnya orangtuanya dan kerabat tak mengizinkan jika dirinya merantau ke tanah Borneo, wilayah yang sama sekali belum dikenalnya.

Apalagi di sebuah kabupaten yang berada di wilayah paling terluar, daerah perbatasan RI-Malaysia.

"Seingat saya tahun 2011 lalu daftar program SM3T. Awalnya keluarga tidak sependapat jika saya merantau ke Kalimantan. Apalagi ke wilayah paling ujung Indonesia, wilayah yang berbatasan dengan Malaysia," ujarnya kepada TribunKaltara.com, Minggu (2/5/2021).

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved