Lebaran Idul Fitri 2021

Pasar Malam THM Tarakan Padat, Pengunjung Banyak Abaikan Protokol Kesehatan

Sudah menjadi tradisi setiap kali perayaan hari keagamaan seperti Idul Fitri, menjelang H-2 hingga H-1 malam lebaran.

Editor: Budi Susilo
TRIBUNKALTARA.COM/ANDI PAUSIAH
Padatnya pembeli di malam Idul Fitri 1442 Hijriah tahun ini. Tampak warga lalu lalang berburu pakaian di Pasar Malam THM, Rabu (12/5/2021). 

TRIBUNKALTIM.COM, TARAKAN - Sudah menjadi tradisi setiap kali perayaan hari keagamaan seperti Idul Fitri, menjelang H-2 hingga H-1 malam lebaran, sejumlah lokasi perbelanjaan di Kota Tarakan, Kalimantan Utara, ramai diserbu pembeli.

Dikatakan Ina, salah seorang penjual pakaian di Pasar THM, Kota Tarakan, biasanya malam Idulfitri, yang paling laris diserbu adalah barang pakaian.

Seperti gamis, baju koko, celana jeans, peci, dan baju atasan perempuan dan laki-laki.

"Kalau gamis rata-rata Rp 200 ribu untuk cowok, untuk cewek Rp 300 ribuan," ungkap Ina, salah seorang penjaga lapak pakaian di Pasar Malam THM, Tarakan kepada Tribunkaltara.com.

Baca Juga: Malam Takbiran Lebaran Idul Fitri 2021 di Balikpapan, Pasar Klandasan Sesak Pembeli Abai Jaga Jarak

Untuk standar harga tertinggi gamis perempuan di kisaran Rp 350 ribuan hingga Rp 400 ribuan per lembar. Untuk harga standar di kisaran Rp 250 ribuan per lembar.

Ia melanjutkan, untuk mukena paling termahal di kisaran Rp 800 ribuan per satu item, dan paling termurah Rp 200 ribu.

Lalu ada pula baju-baju atasan di kisaran Rp 80 ribu hingga Rp 120 ribu per lembar.

"Kemeja cewek, baju jalan di kisaran itu harganya. Atasan cowok juga laris dicari apalagi kaos dan kemeja tapi mahal murahnya harga tergantung bahannya," urainya.

Baca Juga: Jadwal Padat Arus Balik Mudik Lebaran Idul Fitri 2021 versi Menhub Budi Karya Sumadi, Senin 17 Mei

Ia melanjutkan, untuk peci paling mahal Rp 200 ribu. Yang termurah Rp 30 ribu. "Yang mahal songkok Makassar dan paling murah yang biasa dipakai buat salat," ungkapnya.

Sajadah biasanya juga kerap dicari pembeli. Rerata dijual di harga Rp 50 ribu hingga Rp 100 ribu.

"Baju koko lengan pendek Rp 100 ribu, lengan panjang ada yang Rp 150 ribuan. Kalau mukena yang tak terlalu banyak dicari karena mahal," urainya.

Sementara untuk jeans di kisaran Rp 150 ribu untuk perempuan dan Rp 350 ribu untuk jeans laki-laki.

Baca Juga: UPDATE Korban Tewas karena Positif Covid-19 di India, Angkanya Sudah Capai 250 Ribu Orang

"Yang cowok memang rata-rata mahal-mahal," jelasnya.

Khairunisa salah seorang pembeli mengakui hanya bisa berbelanja pakaian di malam Idulfitri.

Hal ini karena ia tak memiliki waktu di hari-hari lain karena harus bekerja.

"Malam ini mau cari sedapatnya. Kalau ada mukena atau baju murah cocok selera ya diambil," pungkasnya.

Baca Juga: UPDATE Virus Corona di Indonesia 12 Mei 2021, Positif Covid-19 Bertambah 4.608, Meninggal 152 Orang

Pantauan TribunKaltara.com dari atas jembatan penyeberangan, lalu lintas pengendara begitu padat.

Terlihat pada pengunjung pasar seolah abaikan protokol kesehatan, tidak menjaga jarak bahkan satu dua orang terlihat tidak mengenakan masker. 

Hingga pukul 21.00 Wita, jalanan semakin dipenuhi kendaraan yang ingin menuju ke lokasi perbelanjaan Pasar Malam THM dan Gusher.

Malam Takbiran, Pasar Gusher Tarakan Ramai

Aktivitas jual beli di sejumlah pasar makin padat. Hal ini terlihat di H-1 Idul Fitri 1442 Hijriah pada Rabu (12/5/2021). 

Pantauan Tribunkaltim.co, sejak pukul 07.00 Wita, pembeli tumpah ruah di beberapa pasar yang ada di Tarakan, Kalimantan Utara.

Seperti halnya yang terlihat di Pasar Gusher, Kota Tarakan. Rata-rata pembeli berburu ayam potong, bumbu dapur dan daun pisang.

"Kemarin saya beli daun juga tapi masih kurang. Ini masih cari semoga aja masih dapat," urai Lia kepada Tribunkaltim.co di Pasar Gusher. 

Baca Juga: Hilal di Tarakan tak Tampak, 12 Mei 2021 Tetap Puasa, Walikota Khairul: Panasi Buras Kembali

Ia mengakui untuk harga daun, rata-rata dijual Rp 10 ribu isi tiga lembar.

Jika tak beruntung, hanya bisa dapat dua lembar daun pisang. Daun pisang ini digunakan untuk membungkus buras, makanan khas yang biasa dibuat saat momen Idulfitri dan Iduladha.

Selain berburu daun pisang, ia juga berburu ayam potong dan aneka bumbu dapur yang sudah jadi. Ia juga mengakui, harga di pasaran sampai di H-1 tak begitu mengalami kenaikan.

"Mungkin karena kemarin sudah beberapa kali disidak. Jadi pedagang jual harganya sama. Ayamnya hari ini masih sama dengan kemarin Rp 45 ribuan per kilogram," sebut Lia.

Baca Juga: Harga Sembako di Tarakan, 3 Hari Sebelum Idul Fitri, Pembelian Ikan Sepi Dampak dari Covid-19

Salah seorang penjual sembako, sebut saja Nur mengakui, di H-1 ia tak menaikkan harga sembako di pasaran.

Alasannya, tentu saja karena memang ketersediaan stoknya aman, pasokannya bisa mencukupi kebutuhan konsumen.

Seperti bawang merah di kisaran Rp 32 ribu sampai Rp 35 ribu per kilogram. Bawang putih ia jualkan Rp 27 ribu hingga Rp 28 ribu per kilogram.

"Yang agak naik memang lombok keriting Rp 60 ribuan, lombok besar Rp 100 ribuan sama lombok rawit, itu tidak pernah turun harganya masih sama Rp 120 ribuan," ungkapnya.

Sementara itu di tempat berbeda, Dahlia mengakui membelikan ayam potong di harga Rp 45 ribu untuk ayam potong yang sudah dibersihkan isi perutnya beserta kaki dan kepala ayamnya.

"Kalau kotornya ayam potong Rp 39 ribuan tadi saya dapat. Tidak tentu sih ada juga yang jual Rp 40 ribu. Pandai-pandainya aja kita pilih penjual cari yang langganan," ujarnya.

Sementara itu aneka bumbu dapur yang dijualkan rerata terpantau Rp 15 ribu per ons.

"Kalau yang sudah dikemas, yang sudah dikemas ukuran satu ons. Ada bumbu lengkuas ada bumbu soto, bumbu canai lengkap," urai Mama Ani, salah seorang pembeli di Pasar Gusher.

Fenomena pembeli tumpah ruah di pasar dan pusat perbelanjaan memang menjadi pemandangan umum setiap kali menjelang hari besar seperti Idul Fitri, Iduladha, Natal dan Tahun Baru.

Dan itu terlihat biasanya di H-2 dan H-1 hari hari besar diadakan. Wali Kota Tarakan dr. Khairul, M.Kes tak menampik fenomena ini.

Terlebih pedagang satu dengan yang lain jarang ditemukan memasang sekat pembatas untuk meminimalisir penularan.

"Memang seharusnya minimal ada pembatas dari plastik mika. Dulu kan penjual ada yang memasang tapi sekarang kita lihat tidak ada," urainya.

Sehingga satu-satunya cara yakni harus menggunakan masker. Pengetatan prokes sangat penting di sini.

Namun lanjutnya walaupun sudah ada penyekatan antarpenjual, tak ada jaminan di pembeli yang sulit menerapkan physical distancing ketika berada di pasar.

"Pedagang atau penjualnya sudaj diatur, tapi pembelinya lagi tidak mungkin diatur. Jadi satu-satunya cara ya wajib pakai masker dan cuci tangan," jelasnya.

Karena lanjutnya tidak mungkin menutup pasar. Itu hal mustahil dilakukan olehnya.

"Pasar itu sulit ditutup. Kalau pasar ditutup, bagaimana orang mau belanja. Makanya penting pakai masker, mengurangi potensi penularan," pungkasnya. 

Berita tentang Lebaran Idul Fitri 2021

Berita tentang Tarakan

Penulis Andi Pausiah | Editor: Budi Susilo

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved