Berita Berau Terkini
FPABK Berau Harap Pembelajaran Tatap Muka Bisa Digelar Juli Nanti
Wacana Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Juli nanti, Ketua Forum Peduli Anak Berkebutuhan Khusus (FPABK) Berau, Agustam mendukung penuh adanya wacana
Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Samir Paturusi
Lanjutnya, meskipun di kota cukup memprihatinkan, namun di daerah kampung juga tidak kalah prihatin.
Apalagi, ABK yang belum terdeteksi di Kab Berau yang seharusnya sudah mengenyam masa pendidikan. Karena pola pengembangan awal maksimal ada di umur 6 tahun.
Begitu juga dengan ABK yang terpaksa masuk ke sekolah biasa lantaran orangtua banyak yang tidak mau mengakui anaknya berkebutuhan khusus.
Baca Juga: Komisi IV DPRD Samarinda Dukung Penambahan Sekolah PTM di Samarinda karena Ringankan Beban Orangtua
Baca Juga: Persiapan PTM, Pemerintah Siapkan Rp 43 Miliar untuk Rehap Sekolah di Malinau
“Yang masih terdeteksi bahwa dia ABK bisa dibantu dengan pelayanan terapi, jika mereka mampu. Lebih prihatin lagi yang ABK banyak disembunyikan. Begitu juga dengan data, belum ada data yang pasti. Itu juga mempengaruhi bagaimana mengambil kebijakan dalam penanganan ABK di Berau,” ungkapnya.
Sesuai dengan data yang mereka miliki, di Berau untuk sekolah negeri, ABK sejak tingkat PAUD hingga SMA berjumlah lebih dari 100 ABK. Ketersediaan guru khusus juga tidak bisa secara rutin melakukan kunjungan.
Pihaknya sudah berdiskusi lebih lanjut kepada orangtua untuk persiapan masuk sekolah di Juli nanti. Berupa bagaimana penggunaan masker, face shield. Dia melanjutkan, akan ada treatment khusus pada ABK yang punya masalah sensorik.
“Jika nanti PTM berlangsung, mau tidak mau akan diterapkan sesi lepas masker untuk sesekali waktu, ini harus dilakukan untuk adaptasi lagi,” tegasnya.
Itulah sebabnya mereka akan melakukan pendataan terlebih dahulu dan akan ada wacana pembukaan penciptaan kelas tanpa masker.
Untuk perkelasnya mereka hanya bisa menampung sebanyak 5 orang saja sesuai dengan arahan Dinas Pendidikan Berau nantinya.
Sementara itu, jika PTM di Juli nanti hanya sebuah wacana saja, terpaksa pembelajaran akan dikuatkan dengan metode mengunjungi masing-masing rumah dan membentuk kelompok belajar melalui persetujuan pemerintah dan orangtua.
“Ketika nanti akan masuk normal lagi, harus adaptasi lagi dari awal. Seperti tata cara mereka menulis itu pasti akan ada perubahan. Berarti akan kerja keras lagi,” tutupnya (*)