Virus Corona

Efikasi Vaksin Sinopharm Hasil Studi Klinis Fase Tiga 78,02 Persen

Masyarakat dunia belakangan menyoroti fenomena lonjakan kasus positif Covid-19 di Seychelles, sebuah negara kepulauan di Samudra Hindia

Editor: Budi Susilo
Zhang Yuwei / XINHUA / Xinhua via AFP
Seorang staf menampilkan sampel vaksin covid-19 yang tidak aktif di pabrik produksi vaksin China National Pharmaceutical Group Co., Ltd. (Sinopharm) di Beijing, ibukota China, 10 April 2020. 

TRIBUNKALTIM.CO, JAKARTA - Masyarakat dunia belakangan menyoroti fenomena lonjakan kasus positif Covid-19 di Seychelles, sebuah negara kepulauan di Samudra Hindia.

Lonjakan kasus ini terjadi justru setelah sedikitnya 60 persen penduduk Seychelles rampung menjalani vaksinasi dosis lengkap dengan Sinopharm.

Kondisi ini membuat keampuhan vaksin Sinopharm dalam mencegah penularan Covid-19 dipertanyakan.

Padahal, vaksin produksi pabrikan farmasi asal China itu juga dipesan oleh Pemerintah Indonesia untuk program vaksinasi rotong royong.

Baca Juga: Supervisi Akademik Kunci Pembelajaran Aktif SMPN 6 Tanah Grogot Selama Pandemi Covid-19

Melalui skema tersebut, perusahaan mengadakan vaksin Covid-19 secara mandiri bagi karyawannya.

Menurut Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, vaksin Sinopharm telah mendapatkan persetujuan Emergency Use of Authorization (EUA) di lebih dari 27 negara.

Di Indonesia, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengeluarkan EUA sejak April 2021. Vaksin ini juga telah mendapatkan Emergency Use of Listing (EUL) dari WHO pada 7 Mei 2021.

Wiku mengatakan, vaksin Sinopharm memiliki tingkat efikasi yang tinggi. Ia menyebut vaksin itu memiliki efikasi 78,02 persen.

Baca Juga: WHO Prediksi Pandemi Covid-19 akan Jadi Endemik, Singapura Telah Siapkan Skenario Terburuk

Angka itu didapat berdasarkan studi klinis fase 3.

"Studi klinis fase 3 pada lebih dari 42 ribu subjek di Uni Emirat Arab dan beberapa negara menunjukkan efikasi vaksin Sinopharm sebesar 78,02 persen," kata Wiku dalam siaran pers, Sabtu (29/5/2021).

Dalam uji klinis tersebut, menurut Wiku, hasil pengukuran imunogenesitas penggunaan vaksin menunjukkan pembentukan antibodi tergolong tinggi pada orang lansia dan dewasa.

Uji coba tersebut dilakukan di beberapa negara, termasuk Uni Emirat Arab dan Bahrain.

Namun, penelitian tersebut tidak melibatkan wanita hamil dan orang yang masih berusia di bawah 18 tahun.

Di Indonesia sendiri, Wiku menambahkan, perlu studi lanjutan untuk melihat efektivitas dan kemampuan vaksin dalam mengurangi risiko penularan.

Namun satu hal yang pasti, kata Wiku, vaksinasi bukan satu-satunya perlindungan utama untuk mengendalikan Covid-19. Masyarakat tetap perlu patuh terhadap protokol kesehatan.

Apalagi, saat ini Indonesia tengah memfokuskan diri melindungi kelompok yang rentan terpapar Covid-19 dan belum mengutamakan vaksinasi untuk anak-anak.

Sebab, sebagian merek vaksin di dunia belum sepenuhnya diuji pada kategori anak-anak.

"Saat ini Indonesia fokus kelompok rentan, dan secara statistik didominasi usia 18 tahun. Hal ini untuk memperlambat laju penularan," ucap Wiku.

Di sisi lain, Wiku juga menjelaskan perkembangan terbaru dari hasil whole genome sequencing (WGS) per 25 Mei 2021 menjunjukkan bahwa ada sebanyak 1.744 WGS yang dikumpulkan ke bank data GISAIDM, di mana sebanyak 1.711 di antaranya sudah selesai dilakukan.

Sedangkan untuk varian of concern yang terdeteksi ialah jenis B117 sebanyak 16 kasus, varian B1617+ sebanyak 27 kasus, varian B1351 sebanyak 2 kasus dan varian B1525 sebanyak 1 kasus.

Meskipun demikian, Wiku berharap, masyarakat tidak fokus terhadap penemuan varian virus tersebut.

Adanya data terbaru hasil WGS itu, kata dia, harus dijadikan upaya meningkatkan kewaspadaan dengan semakin mematuhi protokol kesehatan.

"Dan adanya varian baru tidak menimbulkan ketakutan yang berlebihan. Karena dapat berujung pada melemahkan imunitas diri," ucap Wiku.

WHO Setuju dengan Vaksin China Sinopharm

Berita sebelumnya. Keputusan untuk menyetujui vaksin Sinopharm diambil oleh kelompok penasihat teknis WHO, yang mulai bertemu pada 26 April untuk meninjau data klinis terbaru serta praktik manufaktur Sinopharm.

Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO mengumumkan telah menyetujui penggunaan vaksin virus corona (COVID-19) dari badan pembuat obat milik negara China, Sinopharm untuk penggunaan darurat, Jumat (7/5/2021).

Vaksin Sinopharm merupakan, satu di antara dua vaksin utama China yang secara kolektif telah diberikan kepada ratusan juta orang di China dan luar negeri.

Dikutip dari Channel News Asia, vaksin Sinopharm juga menjadi vaksin COVID-19 pertama yang dikembangkan oleh negara non-Barat yang mendapat dukungan dari WHO.

Baca Juga: Menyusul Tsunami India, Kali Ini Nepal di Ambang Petaka Covid-19

Selain itu, ini pertama kalinya WHO memberikan persetujuan penggunaan darurat untuk setiap vaksin China yang menangani penyakit menular.

Persetujuan penggunaan darurat WHO adalah sinyal bagi regulator nasional tentang keamanan dan kemanjuran produk.

Vaksin yang telah mendapat persetujuan akan memungkinkan untuk dimasukkan dalam COVID-19 Vaccines Global Access (COVAX).

COVAX adalah program global untuk menyediakan vaksin terutama bagi negara-negara miskin.

Baca Juga: Jelang Lebaran Idul Fitri 2021 di Balikpapan, 80 Persen Imam dan Khatib Sudah Vaksinasi Covid-19

"Sore ini, WHO memberikan daftar penggunaan darurat untuk vaksin COVID-19 Sinopharm Beijing, menjadikannya vaksin keenam yang menerima validasi WHO untuk keamanan, kemanjuran dan kualitas," kata direktur jenderal badan kesehatan PBB Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers.

Tedros menambahkan, panel ahli terpisah telah merekomendasikan dua dosis vaksin Sinopharm untuk mereka yang berusia 18 tahun ke atas.

WHO sebelumnya telah memberikan persetujuan darurat untuk vaksin COVID-19 yang dikembangkan oleh Pfizer-BioNTech, AstraZeneca, Johnson & Johnson, dan minggu lalu, Moderna.

Keputusan untuk menyetujui vaksin Sinopharm diambil oleh kelompok penasihat teknis WHO, yang mulai bertemu pada 26 April untuk meninjau data klinis terbaru serta praktik manufaktur Sinopharm.

Baca Juga: Gelar Salat Idul Fitri di Lapangan Kukar Diperbolehkan, Ada Syaratnya Sebagai Berikut

Sekelompok pakar WHO, Kelompok Penasihat Strategis Ahli (SAGE) menyuarakan keprihatinan minggu ini atas data yang diberikan oleh Sinopharm tentang risiko efek samping yang serius pada beberapa pasien.

Meski demikian, SAGE tetap yakin dengan kemampuan vaksin untuk mencegah penyakit lebih besar dibandingkan dengan efek sampingnya.

Adapun berdasarkan dokumen yang ditinjau oleh Reuters, SAGE menemukan keefektifan vaksin 78,1 persen setelah dua dosis dalam uji klinis Fase III multi-negara.

Kemudian, pengembang vaksin, Institut Produk Biologi Beijing, sebuah unit anak perusahaan Sinopharm, China National Biotec Group, telah mengumumkan kkeefektifan 79,34 persen.

Baca Juga: Pantau Harga Pasar di Tarakan, KPwBI Kaltara Sebut Stabilisasi Harga Jadi Solusi Tekan Inflasi

Lebih lanjut, mengenai vaksin yang dibuat oleh Sinovac Biotech, WHO mengatakan pihaknya dapat mencapai keputusan tentang vaksin tersebut, secepatnya minggu depan.

Para ahli teknis akan memeriksanya terlebih dahulu pada Rabu (12/5/2021).

Sebagai informasi, China telah mengerahkan sekitar 65 juta dosis vaksin Sinopharm dan lebih dari 200 juta dosis vaksin Sinovac. 

Keduanya telah diekspor ke banyak negara, terutama di Amerika Latin, Asia dan Afrika, yang banyak di antaranya mengalami kesulitan dalam mendapatkan pasokan vaksin yang dikembangkan di Barat.

(tribun network/rin/dod)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Hasil Studi Klinis Fase 3, Efikasi Vaksin Sinopharm 78,02 Persen 

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved