Speedboat Terbalik di Nunukan
Agen Akui Izin Berlayar Pemilik Speedboat yang Terbalik di Nunukan Belum Terbit
Sampai saat ini, izin berlayar speedboat atau SB Riyan ternyata belum dikantongi pemiliknya setelah beroperasi sekian tahun.
"Sudah, tapi masih menunggu karena kemarin bulan puasa belum sempat, responsnya sebenarnya mau tapi kembali lagi dana tadi, minimal Rp 1 miliar untuk mengurusi itu," ujarnya.

Anggaran itu bukan untuk izin trayek melainkan untuk mengubah dan memperbesar kapal. Pemilik speedboat keberatan karena mengangkut persoalan biaya.
Karenanya mereka ingin bertahan dengan kondisi ukuran speedboat yang ada saat ini.
"Solusinya diusahakan apa adanya aja maksudnya begini kalau memang dulu. Saya pernah sampaikan ke pemilik speedboat kalau begitu rubah kursinya menghadap ke depan, namun saya rugi pak, itu kata pelaku usaha," urainya.
Karena ongkos angkut ke Sembakung sekali jalan tak sebanding dengan jumlah kursi penumpang.
"Belum lagi untuk BBM, kemudian gaji karyawan dan misalnya lagi maintenance sparepart-nya," ungkap Hasbullah.
Ia menambahkan, ongkos angkut penumpang per tiket Rp 225 ribu. Sementara itu, biaya bahan bakar yang harus dikeluarkan sekali berlayar di kisaran Rp 750 ribu hingga Rp 1 juta.
"Tergantung kelayakan mesin. Kalau normal ya cuma Rp 750 ribu. Kalau tiga jam lebih bisa Rp 800 ribu. Jika ingin menutupi biaya cost minimal 10 orang berangkat dari Tarakan kemudian 10 dari Sembakung yang dibawa ke Tarakan," lanjutnya.
Jika tidak memenuhi kuota penumpang maka pihak pengusaha akan merasa rugi. Terlebih lagi, rute menuju Sembakung sistem ya tak seperti rute menuju Nunukan.
"Kalau Nunukan ada alur-alur lain jadi normal makanya pelaku usaha berani mengkatrol mesinnya, kalau Sembakung itu itu aja penumpangnya bolak-balik," pungkasnya. (*)
Penulis: Andi Pausiah | Editor: Mathias Masan Ola