Virus Corona

Kesalahan Fatal yang Bisa Terjadi saat Isolasi Mandiri Hingga Berujung Kematian

pasien Virus Corona tanpa gejala maupun gejala ringan dianjurkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.

Freepik
ilustrasi - pasien Covid-19 menjalani isolasi mandiri di rumah, simak sejumlahhal yang harus dihindari saat melakukan isolasi mandiri di rumah 

TRIBUNKALTIM.CO - Kasus Covid-19 mengalami lonjakan cukup tinggi di beberapa pekan terakhir.

Hal ini membuat sejumlah fasilitas kesehatan hampir tak mampu menampung pasien yang datang.

Akibatnya pasien Virus Corona tanpa gejala maupun gejala ringan dianjurkan untuk melakukan isolasi mandiri di rumah.

Namun perhatikan sejumlah hal saat melakukan isolasi mandiri di rumah 

Pasalnya tak sedikit mereka yang menjalani isolasi mandiri mengalami hal fatal, kematian.

Melansir Surya.id dalam artikel berjudul Hindari Kejadian Fatal Saat Isolasi Mandiri, IDI Jember Berikan Beberapa Saran Penting  Kasus kematian pasien positif Covid-19 ketika menjalani isolasi mandiri semacam ini juga terjadi di Kabupaten Jember, Jawa Timur.

Peristiwa terakhir terjadi pada anggota DPRD Jember periode 2004 - 2009 Sanusi Muhtar Fadilah, Minggu (18/7/2021).

Baca juga: 3 Jenis Vaksin Covid-19 Digunakan di Indonesia Rekomendasi WHO, Termasuk Sinovac

Sanusi ditemukan meninggal dunia di kamar rumahnya di Dusun Damsaola, Desa Tegalrejo, Kecamatan Mayang.

Ketika itu Sanusi sedang menjalani isolasi mandiri (isoman) setelah pada 10 Juli diketahui positif dari hasil swab test.

Sebelumnya dari informasi yang dihimpun SURYA, juga ada kasus warga yang meninggal saat isoman di Kelurahan/Kecamatan Sumbersari pada 12 Juli lalu.

Anggota DPRD Jember dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Ahmad Faeshol membenarkan Sanusi meninggal ketika menjalani isolasi di rumahnya.

"Memang sedang isolasi mandiri. Meninggal itu sudah isolasi lama, dua hari sebelum meninggal padahal seharusnya isolasi selama 14 hari," ujar Faeshol.

Sebelumnya pada 12 Juli, istri Sanusi juga meninggal di rumah sakit. Karena sedang menjalani isolasi, Sanusi tidak bisa mengantar sang istri dikebumikan.

Meninggalnya Sanusi diketahui oleh warga sekitar yang secara swadaya mengantarkan makanan ke rumah Sanusi.

Pagi hari warga mengantarkan makanan ke rumah Sanusi, namun ketika warga meneleponnya, tidak ada yang mengangkat telepon.

Siangnya, warga kembali mengantarkan makan siang dan juga menelepon Sanusi yang kembali tidak diangkat.

Karena curiga, warga memutuskan mendobrak pintu rumah tersebut dan menemukan Sanusi sudah meninggal dalam keadaan tidur.

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Jember, dr Alfi Yudisianto mengatakan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan ketika warga sedang menjalani isolasi mandiri.

"Kejujuran kondisi pasien, ada pengawasan (komunikasi) dokter, juga memiliki oxymeter," ujar Alfi, Selasa (20/7/2021).

Baca juga: Virus Corona Varian Delta Terdeteksi di Kaltara, Jubir Satgas Covid-19 Anjurkan Pakai Masker 2 Lapis

Alfi menuturkan, salah satu hal penting ketika warga isolaso mandiri adalah jujur dengan kondisi diri sendiri.

Ini karena dalam kasus konfirmasi positif Covid-19 ada yang masuk kategori ringan, sedang, dan berat.

Orang yang terpapar berciri batuk, demam, juga anosmia masih masuk kategori ringan. "Namun jika sudah ada sesak, itu masuk kategori sedang, dan seharusnya membutuhkan fasilitas kesehatan," lanjutnya.

Kepada orang yang merawat, baik tetangga maupun dokter yang memberikan konsultasi dari jauh, pasien harus jujur dengan kondisinya.

Kedua, kata Alfi, harus ada pendampingan dari dokter.

Karena saat ini kasus positif Covid-19 semakin banyak, maka layanan pendampingan dokter dilakukan dari jarak jauh. Warga bisa memanfaatkan layanan ini.

Di Kabupaten Jember, lanjutnya, layanan pendampingan dan konsultasi jarak jauh ini sudah ada.

Pasien isolasi mandiri bisa memilih dokter yang dipercayanya untuk membuat komunikasi nyaman.

Pasien isolasi mandiri, imbuhnya, juga harus melapor ke RT untuk selanjutnya supaya dilaporkan ke tenaga kesehatan wilayah, seperti Puskesmas.

Jika ada pelaporan, nantinya petugas dari Puskesmas bisa melakukan pendampingan, atau kunjungan untuk mengecek kondisi warga yang isolasi.

"Kemudian punya oxymeter. Usahakan punya alat ini. Karena ini bisa mendeteksi awal saturasi oksigen. Khawatir terjadi kasus happy hypoxia," ujarnya.

Orang yang terserang ini tidak ada merasa sesak nafas, namun ketika dicek oksigen dalam darahnya sudah di bawah kadar normal (minimal 95 persen).

"Baru terasa ketika berjalan atau beraktivitas ngos-ngosan (terengah)," lanjutnya.

Alfi menambahkan, akanlebih bagus lagi,sebelum seseorang memutuskan isoman, selain mengantongi hasil tes usap (swab), sebaiknya juga melakukan rontgen thorax.

"Lebih bagus melakukan foto thorax juga, sehingga lebih paham apa yang sebaiknya dilakukan," tegas Alfi.

Baca juga: Beredar Foto RSUD AW Sjahranie Samarinda Tolak Pemulasaran Pasien Covid-19 dari Luar

Sedangkan hal-hal yang perlu diperhatikan oleh warga itu adalah memantau gejala klinis di tubuhnya, seperti batuk, demam, mual, kondisi indra penciuman/perasa, juga kondisi nafas.

Ketika warga positif terpapar Covid-19 yang memutuskan isoman, namun memperhatikan sejumlah hal penting di atas, Alfi berharap, tidak ada kasus fatal menimpa warga yang sedang isoman. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved