Virus Corona di Nunukan

Imbas PPKM Diperpanjang Omzet Cafe & Resto di Nunukan Merosot 70 persen, Belasan Karyawan Dirumahkan

Imbas perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro di Kabupaten Nunukan, omzet 93 Cafe & Resto berkurang 70 persen d

TRIBUNKALTARA.COM/FEBRIANUS FELIS
Suasana 93 Cafe & Resto di Nunukan, Jalan Antasari, Kelurahan Nunukan Selatan, Minggu (25/7/2021) tadi malam, terpantau sepi pelanggan. TRIBUNKALTARA.COM/FEBRIANUS FELIS 

TRIBUNKALTIM.CO, NUNUKAN - Imbas perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) berskala mikro di Kabupaten Nunukan, omzet 93 Cafe & Resto berkurang 70 persen dan belasan karyawan terpaksa dirumahkan.

Owner 93 Cafe & Resto di Nunukan, Andi Fajrul mengatakan, omzet perusahaan bak 'terjun bebas', lantaran sulit sekali mengejar cuan.

Bagaimana tidak, sesuai Surat Edaran (SE) nomor 6 Satgas Covid-19 Kabupaten Nunukan, batas jam operasional cafe untuk melayani makan di tempat hanya sampai pukul 20.00 WITA.

Selebihnya, menggunakan sistem take away atau bungkus dan bawa pulang.

"Selama PPKM ini, omzet kami berkurang 70 persen tiap bulan. Pelanggan yang menggunakan sistem take away sedikit sekali, karena orang lebih suka makan di tempat. Pelanggan banyak datang makan di tempat bersama keluarga. Mereka suka sama suasana cafe ini," kata Andi Fajrul kepada TribunKaltara.com.

Baca juga: Skema Aturan PPKM Darurat di Bontang, Warung Makan dan kafe Boleh Beroperasi 24 Jam

Apalagi saat tiba weekend, lanjut Andi, pelanggan 93 Cafe & Resto, mulai ramai berdatangan usai salat magrib.

"Biasanya kalau malam Sabtu dan malam Minggu itu hampir Rp 7 juta kami peroleh. Hari biasa, kami dapatkan Rp 4-5 juta per hari. Sekarang ini nggak sampai Rp 1 juta per hari. Sebelum PPKM sebulan itu kami bisa dapat Rp 100 juta, tapi masih kotor.

Adanya PPKM hampir 60 persen hilang. Belum dikurangi gaji karyawan, biaya listrik Rp 5 juta per bulan, pajak, dan lainnya," ucapnya.

Bahkan, kata Andi, ia terpaksa merumahkan belasan pekerjanya selama adanya PPKM.

Hal itu disebabkan jam operasional cafe untuk melayani makan di tempat hanya sampai pukul 20.00 WITA.

"Kalau total karyawan yang kami pakai 30 orang, dari pagi sampai malam. Sekarang 13 orang sudah kami rumahkan. Waiters yang biasa shift malam kita pakai 4-5 orang sekarang sisa 1 orang. Karena kegiatan malam hanya melayani take away saja," ujarnya.

Baca juga: BPBD Berau Ancam Cabut Izin Kafe yang Langgar Jam Malam

Ia menambahkan, kadang-kadang sampai pukul 21.00 WITA sudah tidak ada take away lagi.

Padahal layanan take away sampai pukul 10.00 WITA.

"Bahkan kadang take away hanya dua menu, seharga Rp 18 ribu, kami tetap antar juga. Walaupun jarak dari cafe kami cukup jauh. Karena kami mau menumbuhkan minat orang untuk take away," tuturnya.

Beri Diskon 10 Persen hingga Gratiskan Jasa Kurir

Andi mengaku, dirinya sudah mencoba berbagai cara, agar usaha 93 Cafe & Resto tetap bertahan, meski di tengah PPKM.

Mulai memberikan diskon makanan hingga 10 persen, hingga menggratiskan jasa pengantaran atau biaya kurir.

"Biasanya kena jasa pengantaran. Tapi selama PPKM kami gratiskan. Selain itu diskon sampai 10 persen. Karena kalau tidak begitu orang tidak mau beli. Apalagi sistem take away," ungkapnya.

Imbas PPKM Tak Ada Kenaikan Gaji Bagi Karyawan

Andi menuturkan, sebelum PPKM perusahaan biasanya memberikan kenaikan gaji per dua bulan terhadap karyawan yang memiliki kinerja yang bagus, tapi kali ini tidak.

"Sekarang tidak istilah kenaikan gaji bagi karyawan yang inovatif dan disiplin. Kami pengusaha tidak memikirkan untung tapi memikirkan bagaimana bisa bertahan," imbuhnya.

Belum lagi, bahan sembako yang terbilang mahal. Tabung gas 25 kg asal Malaysia, harganya fluktuatif.

Kadang Rp 260 ribu per tabung, bahkan sempat naik Rp 310 ribu per tabung.

"Bahan sembako mahal. Apalagi kami tidak boleh stok lama di dapur. Karena makanan kami fresh cooking. Artinya kalau ada orang pesan baru masak. Kami pikirkan nasib karyawan. Banyak orang yang menggantungkan hidupnya kerja di cafe. Kalau ditutup mau kemana," ucapnya.

"Angka pengangguran akan tinggi. Ekonomi jadi melemah. Itu memicu angka kriminalitas jadi tinggi," tambahnya. (*)

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved