Wawancara Eksklusif
WAWANCARA EKSKLUSIF Dandim 0908/Bontang Letkol Arh Choirul Huda: Tak Cuma Corona Ada Juga Virus Lain
Kota Bontang sempat menjadi zona merah akibat penyebaran kasus Covid-19 varian Delta.
Penulis: Ismail Usman | Editor: Adhinata Kusuma
TRIBUNKALTIM.CO - Kesuksesan Pemeritah Kota Bontang menurunkan status Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) dari level 4 ke level 3 tak lepas dari solidnya Tim Satgas Covid-19 Bontang.
Kota Bontang sempat menjadi zona merah akibat penyebaran kasus Covid-19 varian Delta.
“Rata-rata penambahan kasus harian saat itu telah mencapai dua digit. Rata-rata 90 hingga 120 kasus per hari,” kata Dandim 0908/Bontang, Letkol Arh Choirul Huda dalam Talkshow Virtual Tribun Kaltim VIP Room dengan tema Adu Strategi Bontang Tangani PPKM, Rabu (1/9).
Bagaimana kesolidan tim Satgas Covid-19 Bontang, berikut petikan wawancara eksklusif Wakil Pemimpin Umum Tribun Kaltim, Ade Masyasanto dengan Letkol Arh Choirul Huda.
Kota Bontang, dari sebelumnya zona hijau tiba-tiba jadi zona merah. Sebagai Wakil Ketua Tim Satgas, bagaimana meyakinkan tim di Bontang untuk menjalankan strategi mengendalikan persebaran Covid-19 sebelum berhasil masuk PPKM ke Level 3?
Saya bertugas di Bontang baru satu tahun, per 4 Agustus tahun lalu. dengan mengawali dinas saya dalam kondisi pandemi Covid-19. Saat awal itu saya ingat jumlah pasien terkonfirmasi Covid-19 baru 50 orang.
Dan sekarang, total keselurahan telah mencapai 13.000 orang lebih, artinya ada penambahan yang luar biasa. Kita coba flashback dulu, karena catatan saya masih ada. Di akhir Juni itu covid di Bontang baru ada 6.000.
Baca juga: WAWANCARA EKSKLUSIF: Tegas soal PPKM, Walikota Bontang Basri Rase: Langgar Prokes tak Dapat Insentif
Baca juga: WAWANCARA EKSKLUSIF Bupati KTT Ibrahim Ali, Harus Lari Kencang Kalau tak Bisa Silakan Istirahat
Baca juga: WAWANCARA EKSKLUSIF Ketum IWAPI Kaltim, Hj Ernawaty Gafar, Bantu Modal dan Marketing Go Online
Puncak penambahan yang begitu signifikan ada di per 1 Juni lalu. Rata-rata penambahan kasus harian saat itu telah mencapai dua digit. Rata-rata 90 hingga 120 kasus per hari. Sampai sekarang ini kita telah diangka 13.000 kasus.
Artinya dalam kurun waktu 2 bulan terjadi kenaikan 100 persen. Terkait kondisi yang ada memang ini adalah suatu ekosistem yang tak bisa berdiri sendiri.
Seperti yang disampaikan pak Walikota Basri Rase, jika banyak faktor yang menyebabkan hal itu bisa terjadi. Sehingga kami di Satgas harus berfikir keras agar Kota Bontang ini bisa kembali keluar dari kondisi darurat Covid-19 atau PPKM level 4.
Beberapa hal penyebab kenapa Bontang dikategorikan masuk PPKM Level 4 itu. Yang pertama rata-rata penambahan kasus harian itu per 100.000 penduduk dengan penambahan 150 kasus Covid-19 per minggu.
Pada saat itu Bontang, di data kami per minggu itu ada 280 kasus. Sehingga hampir 2 kali lipat dari standar minimal kategori Level 4. Yang kedua adalah tingkat jumlah pasien yang dirawat inap di Rumah Sakit (RS) itu standar 30 orang per 100.000 penduduk, sedangkan kita sudah mencapai 75 orang.
Dan yang ketiga, tingkat kematian yang standar hanya 5 orang per minggu, namun saat itu penambahan kasus kematian kita mencapai 8 jiwa per minggu, dari per 100.000 penduduk.
Bahkan di akhir Juli naiknya cukup tajam. Nah, langkah-langkah yang diambil itu harus penangan dari hulu hingga hilir.
Bicara soal strategi, kalau di teorinya itu menggunakan tiga metode. Yang pertama itu tujuan. Jadi tujuan kita itu bagaimana Kota Bontang kembali zona hijau. Lalu yang ke dua itu adalah infrastruktur yang kita miliki. Kita ada Pemerintah, Kepolisian, dan kami ada TNI.
Sedangkan yang ke tiga itu caranya menangani dari hulu hingga hilir. Nah yang kami lakukan adalah kesiapan dari hulunya adalah pencegahan. Pencegahan ini kan kalau penyampaian BNPB harus melakukan upaya pencegahan berlapis.
Yang pertama ada screning berlapis pelaku perjalanan internasional maupun dalam negeri. Kedua adalah pembatasan mobilitas pelaku perjalanan dalam negeri. Dan yang ke tiga, PPKM Level 3 dan 4, serta yang terakhir adalah pengawasan Mikro.
Kita mengawali PPKM Level 4 itu di awal Juli. Langkah yang diambil Wali Kota saat itu sangat masif. Dari hulu kita lakukan pencegahan seperti patroli rutin dan penyekatan jalan untuk mengurangi mobilitas.
Nah ini yang saya mau jelaskan kepada masyarakat bahwa penyekatan yang dilakukan itu bukan pelarangan. Ini yang kadang-kadang disalahartikan. Pak Wali sering sampaikan bahwa ada dua hal yang harus diperhatikan dalam penanganan covid-19. Yakni kita harus memperhatikan pertumbuhan ekonomi dan kesehatan.
Jadi jalan tengah penanganan ini yang kita ambil memang tidak populis seperti pembatasan. Bahkan jauh sebelumnya saat Desember 2020 lalu, kita sudah bentuk Tim relawan isoman. Ini jauh sebelum ada istilah PPKM mikro.
Tim relawan ini itu lebih pada ke pendampingan RT. Bukan pengawasan. Tim ini lah yang terus kita aktif kan lagi. Dan sekarang Alhamdulillah persebaran covid-19 bisa kita tekan. Ketersediaan tempat tidur pasien juga kita bisa tekan. Jumlah ketersediaan sekarang telah berada di 40 persen.
Syukurnya, meski Bontang ini terbilang kota kecil, tetapi fasilitas kesehatannya terbilang lebih memadai dibanding dari daerah lain. Karena kita memiliki 5 rumah sakit untuk penangan Covid-19. Kami juga telah menyiapkan tempat isolasi terpusat (Isoter)
Sampai pada kita masuk ke langkah-langkah penyiapan, dengan mengecek langsung ketersediaan tempat tidur, oksigen, kemudian mendorong kegiatan vaksinasi, apabila terjadi outbreak.
Namun yang sulit masih dilakukan adalah penyadaran ke masyarakat. Bagaimana pun ini tidak mudah. Kita salalu gencar lakukan dialog. Terakhir beberapa waktu lalu dengan rekan-rekan mahasiswa dan tokoh masyarakat, serta tokoh agama.
Dan alhamdulillah dari data BNPB Pusat, tingkat kedisiplinan masyarakat di Bontang terhadap prokes cukup dinilai tinggi. Inilah yang jadi kebanggaan kami. Perlahan kondisi Bontang berangsur baik dan bisa keluar dari PPKM Level 4 ke 3.
Namun selalu kami sosialisasikan jika ini belum berakhir. Karena kasus posistif perhari masih tinggi bahkan mencapai 70 per hari. Tetapi syukurnya, angka kesembuhan kita juga meningkat. Saat ini telah ada di 8,9 persen. Tingkat kesembuhan ini lebih tinggi dari kaltim dan nasional.
Hanya tingkat kasus kematian kita yang mengalami peningkatan setiap harinya. Yang dulunya kita bertahan di 1,6 persen, sekarang 2,3 persen. Namun setelah kami tinjau di lapangan, selain karena virus varian Delta ini sangat ganas, banyak memang pasien komorbid di RS. Sehingga ini menambah jumlah kasus kematian kita di Bontang.
Baca juga: WAWANCARA EKSKLUSIF Kepala BNNP Kaltim, Brigjen Pol Wisnu Andayana: Rehab Narkoba Itu Gratis
Bagaimana dengan vaksinasi di Bontang?
Kita juga gencar lakukan vaksinasi. Alhamdulillah capaian vaksin Bontang saat ini 36 persen. Dan itu menjadikan salah satu Bontang yang memiliki capaian vaksin tertinggi di Kalimantan Timur.
Dari 134.666 orang, kita sudah capai 8.871 untuk dosis satu atau setara dengan 36 persen. Untuk dosis kedua kita sudah capai 26,4 persen atau 35.052 orang. Dulu sebelum ada varian Delta kita tetap prokes. Namun kemunculan Delta ini kondisi kita darurat.
Sisi lain akibat ketatnya prokes ini, tentu berdampak kepada ekonomi masyarakat. Nah bagaimana bapak bisa meyakinkan masyarakat jika kondisi kita saat ini tengah darurat Covid-19, agar bisa patuh terhadap aturan ?
Memang sulit menyakinkan masyarakat tentang kondisi darurat ini. Namun yang perlu saya informasikan bahwa masih ada satu virus yang harus kita tangani, yakni virus hoax yang telah mengakar di masyarakat.
Banyak informasi yang terputus tentang pemerintahan di masyarakat. Akibat ketidaktahuan membuat kita beranggapan macam-macam. Saya menganologikan, ketika kita bersosialisasi ke tokoh masyarakat, kita jangan seperti orang buta melihat gajah.
Jadi ada orang buta melihat gajah dengan menyentuh hanya dengan satu sisi. Ada yang pegang ekor, yang samping kiri memegang telinga, dan kanan memegang belalai. Jadi saat disuruh menyampaikan, maka akan selalu beda persepsi yang jatuhnya justru adu argumen.
Nah yang inilah yang kita harus edukasi. Penanganan yang kita lakukan harus berimbang. Karena kita tidak melarang, tapi membatasi mobilitas. Karena peluang penyebaran dari intraksi kita.
Banyak juga yang tanyakan soal bantuan. Padahal kami sudah banyak menyalurkan bantuan namun banyak masyarakat yang tidak tahu.
Makanya penting informasi seperti ini harus bisa sampai ketelingan masyarakat.
Bantuan yang kami salurkan BLT, bantuan paket sembako, belum lagi ada dari perusahaan. Ada juga buat warga isoman. Tetapi tidak mungkin kita berikan semua karena kita juga punya kategori. Nah yang biasanya tidak terima ini lah yang mengeluhkan penanganan Covid-19.
Makanya kami gencar sosialisasi terhadap penyaluran bantuan buat yang terdampak PPKM. Kami juga melakukan penegakan prokes secara humanis. Bahkan perwali prokes telah ada. Namun biasanya penegakan hukum menjadi langkah terakhir yang harus kita dilakukan.
Bagaimana strategi menyadarkan kemasyarakat tentang pentingnya vaksin ini?
Jadi begini, untuk meyakinkan tim satgas dan pasukan terhadap vaksin. Saya coba mengutip quotes dari Zun Tzo yang mengatakan, ketahui dirimu, ketahui musuhmu, seribu kali kamu bertempur, maka seribu kali kau akan menang.
Jadi musuh kita ini kan abstrak, meski tak terlihat tapi tetap bisa kita pelajari penyebarannya. Setelah itu kita bekalin persenjataan, senjata yang dimaksud ini adalah vaksin. Makanya semua anggota tim nakes dan pasukan kami dahulukan mendapat vaksin.
Banyak masyarakat sempat takut karena beredarnya banyak hoax soal vaksin. Saya pun sempat mengalami hal itu, karena saya orang pertama disuntik perdana di Bontang.
Kekhawatiran itu wajar karena efek vaksin ini. Namun setelah itu, saya kembali menyadarkan jika vaksin aman karena saya sudah rasakan.
Awalnya memang susah. Kodim 0908 sudah menggelar vaksin 23 kali. Pertama itu per 2 Maret lalu. Alokasi kita masih dikit. Yang kami alami adalah susah menghadirkan orang yang ikut vaksin.
Dari 281 vaksin yang kami sediakan waktu itu, yang ikut hanya 90 orang. Sehingga ini lah yang kami coba mendorong kami mengambil tindakan, jika masyarakat harus disadarkan vaksin.
Setelah kita sosialisai bahkan kita lakukan door to door. Seiring waktu, akhirnya banyak masyarakat yang ikut vaksin walau motivasinya berbagai macam. Misalnya ikut vaksin karena untuk syarat administrasi pemerintahan atau persyaratan perjalanan luar kota.
Dan mulai saat itulah setiap ada vaksinasi, masyarakat selalu membludak ikut vaksin. Termasuk vaksinasi anak.
Ini terus menerus kita lakukan, sehingga target kita di Desember nanti bisa kita capai 70 hingga 80 persen atau setara 90 ribu orang ter vaksin. Itu juga termasuk target capaian herd imunnity.
Baca juga: WAWANCARA EKSKLUSIF Wakil Bupati Kutim Kasmidi Bulang Ungkap Pesan Ismunandar, Jangan Terulang Dinda
Pertanyaan tentang Isoter, banyak masyarakat memilih isoman dari pada ke Isoter, nah itu bagaimana pak?
Kalau instruksi pusat memang seharusnya seluruh pasien terpapar harus melakukan isolasi di Isoter yang tersedia. Namun kan untuk menampung semua pasien Covid-19 kan tidak bisa keseluruhan, karena keterbatasan fasilitas.
Sehingga kita punya klasifikasi. Yang bisa melakukan Isoter hanya yang memiliki gejala. Selain itu juga bagi warga yang jadi isoman dalam kondisi rumah yang kita nilai tidak layak.
Namun untuk orang tanpa gejala hanya perlu isolasi mandiri. Namun selama isoman tentunya tetap dalam pantauan dinas kesehatan yang melalui pelayanan kesetahan Puskesmas. Selain itu kita juga punya aplikasi silacak. Silacak ini untuk monitor perkembangan pasien yang jalani isoman.
Ditambah lagi, kita juga menempelkan stiker di rumah pasien yang jalani isoman. Stiker ini menjadi penanda agar lingkungan sekitar rumah juga ikut mengawasi agar tidak berkeliaran. (Ismail Usman)