Breaking News

Berita Nasional Terkini

Siapa Ahmad Sukendro? Sosok Jenderal Selain AH Nasution Lolos dari Maut G30SPKI, Dekat dengan CIA

Siapa Ahmad Sukendro? Jarang Diketahui, Sosok Jenderal Selain AH Nasution Lolos dari Maut G30SPKI

IST
Foto jenazah para jenderal yang diangkat dari Lubang Buaya. Siapa Ahmad Sukendro? Jarang Diketahui, Sosok Jenderal Selain AH Nasution Lolos dari Maut G30SPKI 

TRIBUNKALTIM.CO - Perisitiwa sejarah kelam bangsa ini salah satunya muncul di tahun 1965.

Dimana para jenderal pada masa pemerintahan kala itu diculik dan dibunuh secara brutal.

Sejarah mencatat G30SPKI jadi salah satu gerakan monumental bangsa Indonesia.

Belakangan diketahui, tak hanya Jenderal AH Nasution jadi sosok jenderal yang lolos dari penculikan dalam peristiwa G30SPKI.

Adalah Brigjen Ahmad Sukendro, sosok jenderal yang lolos dari peristiwa penculikan dan pembunuhan jenderal oleh PKI.

Siapa Ahmad Sukendro?

Sosok jenderal ini bisa dikatakan jarang diketahui.

Selengkapnya ada dalam artikel ini.

Baca juga: Siapa DN Aidit yang Disebut Bertanggung Jawab atas Gerakan 30 September? Ini Kaitannya dengan PKI

Baca juga: Mata Kuliah Pancasila Dihapus, Fadli Zon Bongkar Jajaran Nadiem Makarim Disusupi Pendukung PKI

Baca juga: Wawan Wanisar Meninggal Dunia, Profil Pemeran Pierre Tendean di Film Pengkhianatan G 30S PKI

Dilansir Tribun-Timur.com dalam artikel berjudul Bukan 7 Ternyata Ada 8 Jenderal Mau Diculik PKI Malam G30S, Penyebab Brigjen Ahmad Soekendro Lolos?, Jenderal AH Nasution ternyata bukan satu-satunya jenderal yang selamat dari penculikan PKI di malam G30S/PKI.

Ada satu jenderal lagi yang lolos dari upaya penculikan.

Siapa Brigjen Ahmad Sukendro? Kenapa bisa lolos dari penculikan PKI?

Berikut rangkumannya.

Jenderal AH Nasution satu-satunya dari tujuh jenderal yang hendak diculik malam itu yang berhasil selamat

Namun putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya, Lettu Pierre Tendean, menjadi korban penculikan PKI.

Dalam pertemuan terakhir operasi penculikan Dewan Jenderal di rumah Sjam Kamaruzzaman, di Salemba Tengah, pada Hari-H, 30 September 1965, ternyata ditaklimatkan nama delapan jenderal yang akan dijemput.

Jenderal yang jadi sasaran penculikan adalah:

1. Jenderal AH Nasution,

2. Letnan Jenderal Ahmad Yani,

3. Mayjen Soewondo Parman,

4. Mayjen R. Soeprapto,

5. Mayjen Mas Tirtodarmo Harjono,

6. Brigjen Donald Izacus Pandjaitan,

7. Brigjen Soetojo Siswomihardjo, dan

8. Brigjen Ahmad Sukendro.

Baca juga: Peristiwa 12 Maret, Ketika PKI Dibubarkan dan Dicap Terlarang di Indonesia, Andil Soeharto!

Siapa Brigjen Ahmad Sukendro dan mengapa ia selamat dari penculikan?

Achmad Sukendro dilahirkan di Banyumas tahun 1923.

Seperti banyak anak muda seusianya, di zaman Jepang, ia memilih mendaftar menjadi anggota PETA.

Saat revolusi, Sukendro bergabung dengan Divisi Siliwangi.

Nasution yang ‘menemukannya’ segera tahu dia bukan perwira biasa.

Cara berpikir dan kemampuan analisa Sukendro di atas rata-rata perwira lainnya.

Karena itu saat Nasution menjadi KSAD, ia menarik Sukendro sebagai Asintel I KSAD.

Nyatanya, Sukendro tak mengecewakan.

Pada 1957, saat perwira-perwira daerah resah dengan kebijakan Jakarta dan berniat menuntut opsi otonomi, Sukendro – tentunya atas perintah Nasution – menggelar operasi intelijen.

Orang-orangnya masuk ke daerah dan menginfiltrasi pola pikir para perwira di daerah.

Hasilnya, saat suasana memuncak, praktis hanya komandan di Sumatra (PRRI) dan Sulut (Permesta) yang menyatakan diri berpisah dari Indonesia.

Baca juga: Ternyata FPI Bukan Kategori Ormas Terlarang, Beda dengan PKI Dibongkar, Penjelasan Hamdan Zoelva

Dekat CIA, Dicurigai Dalang G30SPKI

Lainnya, menarik dukungannya dan tetap dalam kibaran Merah Putih.

Tak hanya dalam lingkup nasional saja kiprah Sukendro.

Seiring dengan tugas belajar yang diperolehnya di Amerika Serikat (AS), ia juga sukses menjalin kontak dengan CIA.

Beberapa program kerjasama TNI dan CIA, mampir lewat tangannya.

Sampai-sampai ada anggapan pada masa itu, sosok Sukendro-lah temali utama yang menghubung Nasution dan juga Achmad Yani dengan CIA.

Bahkan dalam salah satu versi skenario Gestok, karena kecerdasan dan lobi baiknya dengan CIA, Sukendro disebut-sebut sebagai salah satu orang yang layak dicurigai sebagai dalang, seperti disebut dalam buku Menguak Misteri Kekuasaan Soeharto karangan FX. Baskara Tulus Wardaya

Baca juga: Kerap Kritik Jokowi dan Isu PKI, Eks Panglima TNI Ini Tetap Diganjar Bintang Mahaputra dari Presiden

Kenapa Jadi Target PKI?

Jika di satu sisi dianggap sebagai dalang, sisi lain apa yang membuat Sukendro masuk dalam daftar bidikan PKI?

Sukendro termasuk sosok penting di tubuh militer.

Namanya masuk dalam grup jenderal elite yang dekat dengan Nasution maupun Yani.

Belakangan grup ini dikenal sebagai Dewan Jenderal.

Anggotanya 25 orang, namun empat motornya adalah Mayjen S Parman, Mayjen MT Haryono, Brigjen Sutoyo Siswomihardjo, dan Brigjen Sukendro sendiri.

Grup ini aktif melakukan counter politik untuk menandingi dominasi PKI.

Nah, pokal Sukendro ini tentu saja membuat PKI geram.

Bagi PKI, perwira intelektual yang satu ini adalah bahaya laten.

Baca juga: MENGEJUTKAN! Kasus Covid-19 Anak-anak Indonesia Lebih Tinggi Dibanding Negara Lain, Kenali Gejalanya

Sayangnya, Soekarno meminta Sukendro menjadi anggota delegasi Indonesia untuk peringatan Hari Kelahiran Republik Cina, 1 Oktober 1965.

Selamatlah dia dari korban penculikan.

Selepas peristiwa itu, peran Sukendro mulai tersisih oleh kiprah Ali Moertopo.

Ia tidak bisa membendung jaring-jaring intelijen Ali yang kemudian mempercepat keruntuhan Soekarno.

Namun, setidaknya, Sukendro masih mencoba berupaya.

Apa yang disebut mantan Dubes Kuba dan juga teman dekat Soekarno, AM Hanafi, dalam biografinya memperlihatkan hal itu.

Pada 11 Maret 1966, ketika Presiden diikuti para waperdam tergopoh-gopoh menuju Bogor karena takut dengan Pasukan Kemal Idris, Sukendro menyarankan AM Hanafi untuk mengejar presiden dan menempelnya di mana pun juga Soekarno berada.

“Jangan tinggalkan Bapak sendirian,” kata Sukendro.

Sepertinya insting intelijen Sukendro masih cukup tajam untuk membaca arah zaman.

Baca juga: 10 Makanan yang Tidak Boleh Dipanaskan Mengunakan Microwave, Ini Penjelasan Lengkapnya

Sayang, AM Hanafi hanya bisa menyesal karena tak kebagian helikopter pada hari itu.

Petang itu juga juga utusan Soeharto berhasil mendapatkan surat penyerahan kekuasaan ( Supersemar).

Ketika Soeharto naik ke puncak kekuasaan, bintang Sukendro praktis redup.

Namun meski tenggelam ia tak lantas terdiam.

Akui Keberadaan Dewan Jenderal, Lalu Dipenjara oleh Soeharto

Dalam sebuah kursus perwira di Bandung, ia secara mengejutkan mengakui keberadaan Dewan Jenderal.

Akibatnya, Soeharto yang notabene juga rekan dekatnya, lewat tangan Pangkopkamtib Jenderal Sumitro menggiringnya untuk ikut merasakan dinginnya sel RTM Nirbaya Cimahi selama 9 bulan.

Tentunya tanpa pengadilan.

Baca juga: NEWS VIDEO Nomor Ponsel Serial Squid Game Ternyata Asli

Lepas dari tahanan, Sukendro ditampung Gubernur Jateng, Supardjo Rustam.

Ia diberi kepercayaan mengelola perusahaan daerah Jateng.

Meski demikian, radar Soemitro tak serta merta mendepaknya.

Setiap kali terdengar ada gerakan antipemerintah, Sukendro adalah orang pertama yang didatangi Soemitro.

“Tidak ada orang intelijen yang lebih hebat daripada dia. Karena itu saya selalu mencurigainya,” kata Mitro. (*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved