Berita Balikpapan Terkini

Solar Subsidi di Balikpapan Diduga Dijual Lagi hingga Mengalir ke Tambang Ilegal

Solar subsidi diketahui mengalami kelangkaan, terutama di daerah Jawa.

TRIBUNKALTIM.CO/MOHAMMAD ZEIN
Ilustrasi antrian truk di SPBU di Balikpapan, Provinsi Kalimantan Timur pada malam hari.  

Perbuatan itu, ia tak seorang diri. Banyak yang kemudian menerapkan modus serupa untuk mendulang keuntungan.

"Kalau yang beli, biasanya supir truk yang bawa-bawa muatan. Apalagi kalau rame yang mau diantar. Mereka kan dipekerjakan saja, bukan punya pribadi. Dikejar waktu lah mereka, nggak sempat mau antri-antei," jelas Iwan.

Demikian, kata Iwan, sering menjadi faktor yang paling sering ia temui saat melayani pembeli solar. Dimana ia sendiri pun merasa paham betul, bagaimana harus mengantre demi bisa membawa pulang ratusan liter solar subsidi.

Bicara soal mengantri, sejumlah SPBU di Balikpapan yang menyediakan solar bersubsidi sering terpantau dipadati barisan truk dan kendaraan diesel. Panjangnya bahkan hingga ratusan meter.

Pantauan Tribun Kaltim malam tadi, sekitar pukul 22.15 Wita, Selasa (19/10/2021), antrian truk dimulai dari radius sekitar 230 meter sebelum SPBU di Jalan Mayjend Sutoyo, Gunung Sari Ilir, Balikpapan, dari lajur yang mengarah ke utara.

Kemudian antrian terpisah pada jarak sekitar 5 meter. Dan berlanjut pada radius 180 meter yang kemudian antrian terputus kembali setelah radius 80 meter sebelum SPBU.

Sebaliknya, lajur yang mengarah ke selatan, antrian truk dimulai pada radius 160 meter dari SPBU tersebut. Adapun antriannya, cenderung terputus dengan rata-rata 8 meter jaraknya.

Pada kesempatan itu, Tribun Kaltim mencoba berinteraksi dengan salah seorang pedagang makanan yang kerap berjualan di malam hari. Dodok (39), namanya.

Ia mengatakan, antrian tersebut sudah menjadi kebiasaan yang sudah berlangsung sejak lama. Bahkan saat ia memulai berjualan pada tahun 2013 lalu, fenomena antrian truk tersebut sudah ia jumpai.

Terkait persoalan antrian truk, ia memiliki dua sisi. Baginya, keberadaan truk berdampak positif dan negatif secara bersamaan.

"Misal kalau pas lagi rame truk-truk itu, kita kadang untung. Karena mereka banyak juga yang makan disini. Cuma gitu, karena banyak truk, orang mau parkir jadi bingung kemana," jelas Dodok. Pengamatan Dodok, antrian tersebut seperti tak kenal waktu. Baik siang atau malam, katanya, seolah tak ada ujungnya.

"Orang pagi-pagi saya mau belanja itu masih ada kok. Mana supir itu kadang nggak mau tau, kita nggak dikasih jalan buat lewat," sebut Dodok kesal.

Antrian yang mengular tersebut juga dapat ditemui di SPBU yang berlokasi di kawasan Karang Joang, Balikpapan Utara. Seperti pantauan Tribun Kaltim malam tadi, sekitar pukul 23.15 Wita, setidaknya panjang antrian mencapai 200 meter. Seluruh panjangnya sekitar 350 meter yang terpisah oleh SPBU-nya itu sendiri.

Salah satu supir truk, Deni (43), mengatakan sudah menunggu hampir 24 jam. Demikian lantaran ia pada malam sebelumnya, datang cukup telat, sehingga tidak kebagian solar bersubsidi.

"Padahal saya datang kemarin itu jam 5 subuh. Masih nggak kebagian," ujar Deni. Ia bahkan membeberkan trik untuk mendapatkan solar subsidi. Kuncinya, tegas Deni, "Rela menginap!"

Halaman
123
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved