Breaking News

Berita Viral

Biro Jodoh yang Viral di TikTok, Tarif Seikhlasnya, Lihat Foto Dulu, Cocok bisa Telpon dan Ketemuan

Inilah biro jodoh yang viral di TikTok, tarif seiklhasnya, lihat foto dulu, cocok bisa telpon dan ketemuan

Editor: Amalia Husnul A
KOMPAS.COM/ASIP HASANI
Sanusi duduk di teras rumahnya di Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Sabtu (13/11/2021). Inilah biro jodoh yang viral di TikTok, tarif seiklhasnya, lihat foto dulu, cocok bisa telpon dan ketemuan 

TRIBUNKALTIM.CO - Inilah biro jodoh yang viral di TikTok, spanduk warna merah yang dipasang jadi bahan perbincangan di media sosial, TikTok

Keberadaan Biro Jodoh milk Sanusi ini jadi viral belakangan setelah spanduknya muncul di media sosial di TikTok.

Sanusi pemilik Biro Jodoh ini mengaku baru memasang spanduk tersebut tiga bulan terakhir.

Meski spanduk Biro Jodoh ini baru terpasang tiga bulan terakhir, namun Sanusi sudah lama menekuni aktivitasnya menjodohkan orang-orang.

Untuk jasanya menjodohkan orang, Sanusi tidak mematof tarif khusus, seikhlasnya. 

Seperti dikuti TribunKaltim.co dari kompas.com, kini Biro Jodoh milik Sanusi dilengkapi dengan spanduk merah yang terlihat jelas dari kejauhan.

Spanduk berukuran 1 x 1,5 meter tersebut bertuliskan, "Biro Jodoh."

Baca juga: Berapa Harga untuk Koin Rp 1000 Kelapa Sawit yang Viral? Ini Penjelasan Kolektor

Baca juga: Terungkap Masa Lalu Polisi Viral Menangis Depan Anak, Ada Cerita Sekap dan Peras Tahanan Rp 200 juta

Baca juga: VIRAL! Cara Keluarga Ini Kelola Pendapatan Rp 2 jutaan Buat Kagum, Bisa Cicil Rumah hingga Tabungan

Di bawah tulisan "Biro Jodoh", tertulis "gadis, jejaka, duda, dan janda", dengan ukuran huruf lebih kecil dan warna tidak menonjol.

Di sudut bawah spanduk itu tertulis "P. SANUSI".

Itu adalah spanduk biro jodoh yang viral di media sosial TikTok beberapa waktu terakhir.

Sanusi, pria berusia 79 tahun itu, terlihat sangat ramah.

Ia mengaku baru tiga bulan lalu memasang spanduk yang belakangan viral tersebut.

Meski begitu, soal perjodohan, Sanusi telah menggeluti aktivitas itu sejak lama.

"Tapi saya menjodohkan orang sudah lama," ujar Sanusi menggunakan bahasa Jawa di teras rumahnya, Desa Sidodadi, Kecamatan Garum, Blitar, Jawa Timur, Sabtu (13/11/2021) siang.

Sanusi buru-buru menuju sebuah lemari di ruang tengah rumahnya.

Tiba-tiba, ia kembali dengan beberapa lembar foto ukuran postcard.

Sembari tertawa, ia menyebut, foto-foto itu merupakan milik kliennya yang belum mendapatkan jodoh.

Baca juga: NEWS VIDEO Viral Aksi Bajing Loncat di Riau, Terpal Penutup Bak Truk Sobek Dipotong Pisau

Terlihat tujuh foto yang dipajang Sanusi, lima laki-laki dan dua perempuan.

Sanusi memasang foto itu di meja.

Begitulah cara kakek itu memulai proses perjodohan bagi warga yang datang kepadanya.

"Dilihat dulu fotonya, kalau cocok balik fotonya.

Di belakang ini ada nama dan nomor telepon pemilik foto," tutur Sanusi yang pernah menjadi marbot di sebuah masjid di Kota Blitar itu.

Jika klien tertarik dengan salah satu foto, Sanusi akan memintanya mencatat nomor ponsel di belakang foto tersebut.

Sanusi pun akan meminta klien itu menelepon dan mengundang si empunya foto untuk bertemu di rumah Sanusi.

"Kalau bisa saat itu juga ya lebih baik. Kalau tidak bisa ya lain waktu. Tapi saya selalu minta mereka bertemu di sini dengan saya saksikan," ujarnya.

Sejak hampir tiga bulan lalu memasang spanduk di teras rumahnya, Sanusi mengeklaim sudah lima pasangan yang menggunakan jasanya berjodoh dan menikah.

Jumlah itu tak termasuk dengan pasangan yang berjodoh sebelum Sanusi memasang spanduk.  

Biaya pendaftaran dan persyaratan

Untuk menggunakan jasa Sanusi, warga harus membayar uang pendaftaran sebesar Rp 100.000.

Setelah uang pendaftaran dibayar, klien harus menyerahkan foto diri dan fotokopi kartu tanda penduduk (KTP).

Baca juga: Viral Uang Pecahan Rp 1 Juta di TikTok, Ini Fakta-faktanya dan Ciri Uang Kertas Rupiah

Sanusi juga meminta kliennya menuliskan nama dan nomor telepon di belakang foto yang mereka serahkan.

Klien yang menemukan jodoh berkat usaha Sanusi biasanya memberikan bonus tambahan.

Sanusi mengaku tak pernah memasang tarif jika perjodohan itu sukses.

"Seikhlasnya. Tapi biasanya ngasih Rp 300.000 setiap pasangan," ujarnya.

Selama berkecimpung sebagai "mak comblang", Sanusi lebih banyak menerima klien laki-laki.

"Saya sendiri heran. Kadang yang datang perempuan, perempuan, terus perempuan.

Berapa hari yang datang laki-laki terus," ujarnya.

Sanusi kembali memperlihatkan foto tujuh klien yang belum mendapatkan jodoh, mayoritas merupakan laki-laki.

Sanusi menilai, hal itu mungkin terjadi karena perempuan cenderung tidak terang-terangan mencari jodoh.

Memiliki "bakat" menjodohkan orang Sanusi tidak tiba-tiba membuka jasa pelayanan biro jodoh.

Ia mengaku sudah puluhan tahun memiliki "bakat" menjodohkan orang.

Sebelum berkecimpung sebagai "mak comblang", Sanusi telah merantau ke sejumlah daerah, bahkan hingga luar Pulau Jawa.

Pengalaman di perantauan membuat Sanusi bisa berkomunikasi dengan orang dari berbagai latar belakang usia dan status sosial.

Sanusi dikenal supel.

Menurutnya, bakat menjodohkan orang itu muncul saat menjadi tukang ojek di Pasar Kutukan, sebuah pasar tradisional yang berjarak sekitar 500 meter dari rumahnya.

Selama bekerja sebagai tukang ojek di pasar itu, Sanusi memiliki banyak kenalan.

Saat bekerja sebagai tukang ojek itu "bakat" menjodohkan orang terasah.

Sanusi kerap membantu perjodohan beberapa orang.

Ia pun menjalani aktivitas itu secara alami.  

Namun, sejak motornya ditarik toko karena dirinya menunggak angsuran, Sanusi tak lagi mengojek.

Melalui proses yang panjang, orang banyak mengenal dirinya sebagai tukang mencarikan jodoh.

"Kalau perempuan, biasanya yang minta tolong ke saya orangtuanya. Minta tolong anaknya dicarikan jodoh," ujarnya.

Biro Jodoh lewat HP

Sanusi tak menampik usaha jasa pencari jodoh tradisional seperti yang digelutinya lambat laun akan hilang.

Saat ini, orang bisa dengan mudah mencari pasangan.

Ada banyak aplikasi di ponsel pintar yang bisa digunakan mencari jodoh.

"Katanya orang sekarang bisa cari jodoh lewat HP," ujar Sanusi yang buta huruf itu.

Meski begitu, Sanusi tak gentar. Ia punya banyak pengalaman dalam menjodohkan orang.

Salah satu hal yang dipelajarinya adalah tentang adanya siklus "musim kawin".

Kata Sanusi, manusia juga terikat pada siklus alami musim kawin yang datang pada musim penghujan.

Atas dasar itulah, Sanusi memaksakan diri membuka biro jodoh sejak 2,5 bulan lalu menjelang datangnya "musim kawin".

Baca juga: Cuitan Susi Pudjiastuti Sindir Puan Maharani Menanam Padi di Tengah Hujan Viral, Begini Respon PDIP

Baca juga: Kisah Berlliana Lovell, Selebgram yang Sempat Viral karena Tiru Video Gisel, Dulu Pengamen Jalanan

Baca juga: NEWS VIDEO Viral Pembongkaran Peti Box Motor Ducati di Mandalika, Begini Penjelasan MGPA

(*)

Berita Viral Lainnya
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved