Berita Kukar Terkini
Kedua Orangtuanya Tewas dalam Kecelakaan di Bukit Soeharto, Balita Nauval Masih Alami Trauma Berat
Nauval Alif Fatharrayan, bocah empat tahun yang menjadi korban selamat dalam insiden kecelakaan tragis di Kilometer 43 jalan Soekarno-Hatta Balikpapan
Penulis: Aris Joni |
TRIBUNAKLTIM.CO, TENGGARONG - Nauval Alif Fatharrayan, bocah empat tahun yang menjadi korban selamat dalam insiden kecelakaan tragis di Kilometer 43 jalan Soekarno-Hatta Balikpapan-Samarinda pada Sabtu (18/9/2021) lalu, kini sudah mulai tertawa riang.
Di mana dalam kecelakaan itu mengakibatkan kedua orangtuanya, yakni Anang Fahrurroji (35) dan Rosliana Parista (35) tewas dalam kejadian itu.
Namun, di balik tawanya yang riang tersebut, masih terdapat trauma yang mendalam, bahkan terkadang muncul saat momen tertentu.
Hal itu diungkapkan neneknya, Paristiwati kepada Tribunkaltim.co, saat mendatangi kantor Kejaksaan Negeri Tenggarong guna menghadiri sidang mediasi dengan jaksa dan pendamping hukumnya, Selasa (14/12/2021).
Dikatakan Wati, setelah tiga bulan berlalu, cucunya tersebut masih mengalami trauma atas peristiwa tersebut. Walaupin kondisi fisik sudah pulih, namun dirinya belum memeriksa bagian dalam tubuh cucunya itu.
Baca juga: Statistik Kecelakaan Lalu-lintas di Kaltim Menurun, Kesadaran Mulai Membaik
Baca juga: Polda Kaltim Soroti Kecelakaan di Tol Balikpapan-Samarinda, Tambah 4 Personel PJR
"Kami BPJSnya sudah diputus, jadi kita belum CT-Scan bagian dalammya," kata dia.
Ia menjelaskan, saat kejadian, di telinga cucunya tersebut sempat mengeluarkan darah, sehingga dirinya merasa perlu untuk melakukan CT-Scan di bagian dalam kepala cucunya.
"Belum dicek di dalammya," tuturnya.
Ia menambahkan, terkadang rasa trauma yang dialami cucunya itu muncul, seperti sering kaget ketika ada yang mengetuk pintu. Kemudian, sering takut jika mendengar suara motor.
"Dulu waktu di rumah sakit juga matanya sempat juling, tapi sekarang sudah tidak," ucapnya.
Baca juga: Kecelakaan di Samarinda, Truk Angkut Tujuh Ton Kernel Terguling di Tanjakan Palaran
Wati menuturkan, trauma pada cucunya tersebut sering muncul pada malam hari dan hingga saat ini masih sering mencari orangtuanya.
"Tapi kita sering juga bawa dia ke makam orangtuanya," tuturnya. (*)