Natal dan Tahun Baru
Inilah Asal Usul 'Merry Christmas' dan Mengapa Kita Mengucapkannya Hari Ini
Pernahkah Anda berpikir tentang sejarah frasa ini? Pernah bertanya-tanya dari mana ungkapan "Merry Christmas" berasal?
TRIBUNKALTIM.CO - Pernahkah Anda berpikir tentang sejarah frasa "Merry Christmas" ini?
Pernah bertanya-tanya dari mana ungkapan "Merry Christmas" berasal?
Dengan 25 Desember semakin dekat dengan cepat, Anda mungkin telah mengirimkan ucapan "Selamat Natal" kepada semua orang dalam hidup Anda, termasuk teman dan keluarga.
Anda bahkan mungkin memercikkannya dalam satu atau dua keterangan Instagram dan di muka kartu Natal Anda tahun ini.
Lagi pula, di negara di mana "Selamat Paskah (Happy Easter)" dan "Selamat Ulang Tahun (Happy Birthday)" adalah norma, bagian "merry" dari "Selamat Natal (Merry Christmas)" itu cukup unik.
Tidak ada yang sepenuhnya yakin dari mana "Merry" itu berasal, tetapi ada beberapa teori menarik.
Baca juga: Merry Christmas! Kumpulan Ucapan Selamat Natal 2021, Ada Pantun Jenaka, Cocok di WhatsApp, IG dan FB
Tunggu. Ada yang bilang "Happy Christmas"?
Ya!
Sebagai permulaan, penting untuk dicatat bahwa "Happy Christmas" belum sepenuhnya pudar—masih digunakan secara luas di Inggris.
Hal ini diyakini karena "happy" memiliki konotasi kelas yang lebih tinggi daripada "merry", yang dikaitkan dengan kegaduhan kelas bawah.
Keluarga kerajaan mengadopsi "Happy Christmas" sebagai salam pilihan mereka, dan yang lainnya memperhatikan.
(Faktanya, setiap tahun, Ratu Elizabeth terus mengucapkan "Happy Christmas" kepada warganya, daripada ucapan merry.)
Tapi "Merry Christmas" telah digunakan setidaknya sejak 1534.
Sebuah surat bertanggal dari uskup John Fisher kepada kepala menteri Henry VIII Thomas Cromwell mengungkapkan hal itu.
Lagu Inggris, "We Wish You a Merry Christmas," yang diperkenalkan pada tahun 1500-an, juga menggunakan frasa populer.
Baca juga: Jelang Natal dan Tahun Baru 2022, Cek Syarat Naik Pesawat dan Aturan Penerbangan ke Wilayah PPKM
Jadi kapan "Happy Christmas" menjadi "Merry Christmas"?
Sejarawan percaya itu mungkin bermuara pada pelajaran tata bahasa yang sederhana.
"Happy" adalah kata yang menggambarkan kondisi emosi batin, sedangkan "Merry" lebih merupakan deskripsi perilaku—sesuatu yang aktif dan bahkan mungkin parau.
Pertimbangkan, misalnya, tindakan "bersenang-senang (merry-making)" dengan semangat bebas versus keadaan hanya "menjadi bahagia (being happy)."
Karena kedua kata tersebut berevolusi dan berubah makna dari waktu ke waktu, orang perlahan-lahan berhenti menggunakan "merry" sebagai kata tersendiri selama abad ke-18 dan ke-19.
Baca juga: Cegah Lonjakan Kasus Covid-19 saat Natal dan Tahun Baru, Liburan Sekolah di Kutai Barat Diundur
Itu terjebak dalam frasa umum seperti "semakin banyak, semakin meriah (the more, the merrier),"
Serta dalam hal-hal seperti lagu dan cerita Natal, sebagian besar karena pengaruh Charles Dickens.
Natal Victoria melanjutkan untuk mendefinisikan banyak tradisi Natal hari ini.
Tidak heran jika sekarang ketika kita mendengar "Merry Christmas" kita mendengar sesuatu yang sentimental.
Bahkan kata "merry" sendiri sekarang membuat kita teringat tanggal 25 Desember.
(Tribunkaltim.co/Saviera Maharani Doniyar)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kaltim/foto/bank/originals/merryyy.jpg)