Berita Berau Terkini
Dapat Bantuan PLTS dari Kementerian ESDM di 2017, Warga Teluk Alulu Berau Sudah Tak Krisis Listrik
Beberapa daerah di Kalimantan Timur masih belum teraliri listrik dari PLN. Salah satu kawasan yang benar-benar belum dialiri listrik oleh PLN, yaitu P
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA - Beberapa daerah di Kalimantan Timur masih belum teraliri listrik dari PLN. Salah satu kawasan yang benar-benar belum dialiri listrik oleh PLN, yaitu Pulau Maratua, Kabupaten Berau.
Di pulau yang menjadi destinasi wisata Utara Kaltim ini, listrik menggunakan bahan bakar solar. Beberapa kampung menggunakan generator berbahan bakar disel.
Namun beberapa kampung beralih menggunakan tenaga matahari atau surya.
Salah satu kampung yang menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) di Tanjung Bahaba Kampung Teluk Alulu, warganya seratus persen menggunakan PLTS.
Baharuddin, Ketua Kelompok Tanjung Bahaba mengatakan, pada awalnya mereka menggunakan bahan bakar solar sebagai pembangkit listrik.
Baca juga: Objek Wisata Pulau Maratua Perlu Berbenah, Warga Kampung Teluk Alulu Belum Dapat Akses Listrik PLN
Baca juga: Maratua Wisata Ikonik di Kabupaten Berau, Jadi Opsi G20 Khusus Diving
Namun pada tahun 2017, Kementerian ESDM memberikan bantuan berupa instalasi serta peralatan panel surya.
"Ini menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2017," ucapnya.
Selama empat tahun terakhir pihaknya mendapatkan keuntungan dari panel surya yang dibangun tersebut.
Sekitar puluhan panel yang terpasang dalam lahan yang cukup luas itu menyalurkan listrik ke 54 rumah warga sekitar.
"Masing-masing rumah 700 watt," ucapnya.
Menurutnya, tidak ada perawatan khusus terhadap panel surya ini. Hanya saja jika cuaca sedang hujan ataupun badai, pihaknya langsung mematikan PLTS.
"Mati kalau ada petir angin ribut. Ada penangkal petir tidak berfungsi. Tetap kena penangkal petir malah rusak," ucapnya.
Baca juga: Sempat Jadi Komoditas Primadona di Maratua, Kini Tak Ada Lagi Nelayan Kembangkan Rumput Laut
Dengan listrik hanya 700 watt untuk tiap rumah membuat para warga memasang peralatan elektronik terbatas. Bahkan warga sekitar tidak menggunakan kulkas ataupun AC.
"TV, lampu bisa, kulkas tidak boleh, AC, rice cooker bisa cepat habis. Tambah daya bisa besarkan juga. Di masjid pasang 1.500 watt sampai sekarang mampu, lampu jalan bisa, ada berapa tiang mungkin 15 tiang," ucapnya.
Menurutnya, penggunaan PLTS lebih murah dan ramah lingkungan. Dalam sebulan, warga hanya cukup membayar Rp 50 ribu untuk dapat menikmati listrik.
"Sebelumnya diesel satu malam memakan sampai 5 liter atau 50 ribu. Cuman satu bulan iuran 50 ribu untuk satu rumah, gaji dari situ biaya perawatan Rp 50 ribu," ucap Baharuddin. (*)