Berita Samarinda Terkini
Disdag Samarinda tak Bisa Tekan Laju Kenaikan Minyak Goreng Dari Pertengahan 2021, Ini Sebabnya
Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Samarinda mengakui tak dapat menekan laju kenaikan harga bahan pokok seperti minyak goreng, cabai dan bawang
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO,SAMARINDA- Dinas Perdagangan (Disdag) Kota Samarinda mengakui tak dapat menekan laju kenaikan harga bahan pokok seperti minyak goreng, cabai dan bawang.
Faktanya didapat dari penjelasan pejabat fungsional Disdag Kota Samarinda selaku Pengawas Perdagangan Heny Kartika Handayani, dia memberi penjelasan beberapa faktor yang mempengaruhi kenaikan bahan pokok ibu rumah tangga ini bisa terjadi.
Pertama faktor cuaca yang membuat stok menipis di pasaran atau di 11 Pasar yang di awasi oleh Disdag Kota Samarinda.
11 pasar ini meliputi Pasar Pagi, Sungai Dama, Kemuning, Baqa, Palaran, Segiri, Merdeka, Ijabah, Kedondong, Lok Bahu dan Bengkuring.
Di semua pasar ini, repoter Tribunkaltim.co mencoba bertanya pada pedagang yang menjual minyak goreng, cabai dan bawang.
Rata-rata pasokan cabai dan bawang masih mengandalkan dari Sulawesi, Jawa dan yang terbaru dari Banjarmasin.
Baca juga: Lonjakan Harga Bahan Pokok Jadi Kado Tahun Baru 2022 Bagi Emak-Emak, Ini Penjelasan Disdag Samarinda
Baca juga: Harga Bahan Pokok Melonjak saat Nataru, Picu Inflasi di Balikpapan
Baca juga: Jelang Nataru, PDPAU Siap Intervensi Pasar untuk Kendalikan Harga Bahan Pokok di Samarinda
"Kalau cabe dan bawang, stoknya jadi mahal karena pengaruh cuaca. Kan banyak dilihat banjir di Jawa, sayur juga. kalau di Samarinda belum bisa memenuhi kebutuhan itu, banyak dari Sulawesi dan Jawa," terang Heny, Rabu (5/1/2022) hari ini.
Kedua faktor kurangnya petani khususnya di Kota Samarinda dan Kaltim.
Rata-rata petani banyak menanam komoditi semisal padi, sangat jarang cabai, bawang maupun sayur yang merupakan kebutuhan pokok rumah tangga terutama bahan untuk memasak.
"Petani kita tidak cukup bisa memenuhi kebutuhan di Kota Samarinda, jadi banyak di pasok dari luar. Disini petani juga kurang, banyak yang memilih bekerja lain, seperti batu bara atau sawit. Mengandalkan dari kiriman (bahan pokok) luar kota," ungkap Heny.
Heny lalu kembali menerangkan pihaknya tidak dapat menekan laju kenaikan harga bahan pokok, meski stok pada akhir serta awal tahun dikatakannya aman.
Stok minyak goreng relatif aman, namun harganya memang kini menembus angka Rp 20 ribu/ perliternya.
Diakui hal ini karena bahan baku pembuatan minyak goreng yang mengalami lonjakan harga.
Hal tersebut tidak bisa ditanggulangi meski Disdag sudah menggelar operasi pasar pada tahun 2021 lalu.
"Kita menjual semurah-murahnya (saat operasi pasar) Rp 15 ribu itu juga pakai (stok) minyak goreng Bulog. Kita jual 200 liter tidak sampai 15 menit ludes, di pasar Merdeka sama Sungai dama, Desember 2021 kemarin," bebernya.
"Kalau sudah menyangkut bahan baku kita tidak bisa (menekan kenaikan), memang bahan baku mahal, jadi tidak bisa menekan harganya," sambung Heny.
Banyak masyarakat yang belum tahu, penelusuran kenaikan harga minyak goreng juga dilakukan pihaknya, bekerja sama dengan Satuan Tugas (Satgas) Pangan yakni Satreskrim Polresta Samarinda.
Tentunya ketidakwajaran ditelusuri akibat meroketnya harga minyak di pasaran.
Baca juga: Sidak Jelang Natal dan Tahun Baru di Dua Pasar, Walikota Samarinda Temukan Harga Bahan Pokok Naik
Hasilnya, memang tidak ada kecenderungan mafia atau oknum yang bermain untuk menaikkan harga secara sepihak.
Kenaikan harga minyak goreng murni lantaran harga bahan baku yang melonjak tinggi.
"Dan sudah kami telusuri bahwa kenaikan ini benar atau tidak wajar, dari kepolisian juga ada satgasnya (satgas pangan). Jadi orang tidak berani memainkan harga, ditangkap sama satgas. Kota Samarinda ini kebetulan satgas pangannya sangat aktif, karena itu makanya pedagang tidak berani, dari Intel dan Reskrim," ungkap Heny.
Setiap hari catatan harga bahan pokok juga dikirimkan Disdag Kota Samarinda ke Satgas Pangan, yang mana juga berkeliaran dan memantau pergerakan harga di pasaran.
Dari catatan Disdag Kota Samarinda, kenaikan minyak goreng dimulai pada pertengahan tahun 2021 kemarin.
Grafiknya semakin naik setelah lebaran 2021.
"Kalau cabe, grafik naik mulai November 2021, dan naik terus sampai saat ini, karena cuaca juga, faktor alam," tandas Heny. (*)