Sejarah Hari Ini

Sejarah Hari Ini 23 Tahun Lalu, Gempa Bumi di Kolombia Menyebabkan 1.000 Orang Tewas

Sejarah hari ini 23 tahun lalu, tepatnya 25 Januari 1999, telah terjadi gempa bumi di Kolombia.

BBC
Gempa bumi terjadi di Kolombia pada 25 Januari 1999 silam, terutama dirasakan di ibu kota yaitu Bogota, tewaskan 1.000 orang. 

TRIBUNKALTIM.CO - Sejarah hari ini 23 tahun lalu, tepatnya 25 Januari 1999, telah terjadi gempa bumi di Kolombia.

Atas peristiwa gempa bumi tersebut, setidaknya menewaskan 1.000 korban jiwa dan 4.000 orang lainnya terluka. Sementara, 200.000 orang kehilangan rumahnya.

Palang Merah Kolombia melaporkan bahwa 45.000 rumah rusak atau hancur akibat kejadian ini.

Sebagaimana mengutip BBC, ini adalah gempa paling kuat yang melanda Kolombia selama 16 tahun terakhir pada saat itu, berkekuatan enam skala Richter.
Gempa susulan terasa hingga ibu kota, Bogota.

Gempa itu melanda jantung kawasan penghasil kopi di negara itu, di sekitar ibu kota, Bogota, merobohkan blok menara, hotel, dan gereja bersejarah.

Baca juga: Sejarah Hari Ini, 49 Tahun Lalu Pesawat Boeing 707 Meledak di Nigeria, Tewaskan 176 Orang

Baca juga: Diperingati Tiap 21 Januari, Apa Itu Hari Peluk Nasional dan Bagaimana Sejarahnya?

Terjebak di puing-puing

Puluhan orang terjebak di puing-puing, atau terjebak dalam tanah longsor yang dipicu oleh gempa. Ribuan orang kehilangan tempat tinggal.

Ibu kota regional Armenia dan Pereira adalah yang paling parah terkena dampaknya. Di Armenia, sekitar 10 mil (17km) selatan pusat gempa, bahkan rumah satu lantai pun hancur akibat gempa.

Telepon dan kabel listrik juga telah dirobohkan. Pihak berwenang Kolombia telah memberlakukan jam malam dari fajar hingga senja untuk memungkinkan tim penyelamat bekerja tanpa hambatan.

Presiden Kolombia, Andres Pastrana, menunda perjalanan untuk menghadiri pertemuan Bank Dunia di Jerman dan malah terbang ke Pereira untuk melihat sendiri kehancuran itu.

Insinyur geo-seismik Zygmunt Lubkowski mengatakan: "Jika kita memastikan bangunan dan jembatan dibangun dengan benar, kita dapat mencegah jenis hilangnya nyawa yang telah diamati di Kolombia."

Sebagian besar bangunan yang runtuh, termasuk banyak gereja, dibangun sebelum tahun 1984 ketika standar bangunan baru yang lebih keras diperkenalkan.

Baca juga: Sosok Sandiah Ibu Kasur yang Jadi Google Doodle Hari Ini, Sejarah Nama & Dedikasi untuk Dunia Anak

Hambatan evakuasi

Masalah komunikasi yang terjadi akibat gempa menjadi hambatan bagi tim penyelamat untuk menerima detail dari wilayah-wilayah terdampak.

Mengutip Kompas dari Harian Kompas, 28 Januari 1999, tim penyelamat menjadi tidak berdaya menyingkap puing-puing bangunan bertingkat yang porak poranda.

Berbagai peralatan berat pembongkar tanah pun diistirahatkan. Mereka terpaksa memakai alat ringan hingga tangan untuk membongkar puing karena takut melukai korban yang masih selamat atau bertahan di bawah reruntuhan puing.

"Hanya 25 persen reruntuhan akibat gempa yang berhasil dibongkar," ungkap Ketua Kongres Kolombia, Fabio Valencia kepada pers di Armenia.

Baca juga: 9 Januari, Hari Jadi Lazio, Sejarah Berdirinya Lengkap Arti Logo Salah Satu Klub Serie A Liga Italia

Penjarahan

Dalam peristiwa ini, ada banyak laporan yang menyebutkan tentang penjarahan di kota Armenia setelah gempa.

Warga marah dengan lambatnya bantuan. Akibatnya, mereka pun membobol toko makanan hingga mencuri persediaan.

Rasa jengkel dan putus asa mendorong warga melakukan penjarahan di pusat kota yang selamat. Namun, aksi tersebut lama-lama berkembang. Tidak hanya bahan makanan sasarannya, tetapi juga segala benda yang ada di toko, mulai dari sepatu, perhiasan, hingga compact-disc.

Atas kejadian tersebut, Presiden kemudian mengirim pasukan untuk mengembalikan ketertiban.

Ribuan pasukan bersenjata pun dikerahkan ke Armenia, sekitar 300 kilometer barat Bogota.

Baca juga: Hari Braille Sedunia Diperingati 4 Januari, Apa Itu Braille? Sejarah dan Mengapa Perlu Diperingati

Sebelumnya, Pemerintah Kolombia telah mengumumkan 362 bantuan obat-obatan, dan Program Pangan PBB mengirimkan 200 ton bahan makanan ke lokasi bencana.

Namun, sebagian warga yang terkena bencana tersebut mengaku belum menerima bantuan.

Presiden Kolombia Andres Pastrana pun melakukan sidan mendadak dengan anggota-anggota kabinetnya akibat tak lancarnya penurunan bantuan ini.
Pastrana hanya mengungkapkan bahwa tidak mudah menyediakan pangan 150 ton per hari terhada ribuan korban bencana seperti ini. Sementara, jalan tertutup timbunan reruntuhan, truk pengangkut tidak tersedia, dan tenaga sukarela pun kurang.

"Rasanya tak ada negara di dunia ini yang sanggup menyediakan sendiri bantuan makan untuk 200.000 orang (kelaparan) yang tertimpa musibah seperti ini," ungkap Menlu Kolombia, Guillermo Fernandez. (*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved