Berita Kukar Terkini
Mengintip Sekolah Literasi Kalimantan Timur ala SMPN 1 Tenggarong Seberang Kukar
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, menggiatkan budaya membaca
TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Tenggarong Seberang, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur, menggiatkan budaya membaca kepada siswa siswi.
Sepak terjang Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Tenggarong, Mujianto, dalam membumikan budaya literasi di sekolahbisa dibilang, tidak patah arang.
Sebab Mujianto percaya, melalui cinta literasi, budaya membaca, akan membawa siswa-siswi SMP Negeri 1 Tenggarong, akan membawa perubahan yang lebih baik.
Mujianto tidak memperhitungkan berapa buku yang harus dilahap siswa dan berapa buku yang dihasilkan oleh kemitraan siswa dan guru.
Baca juga: Budaya Baca di SMPN 3 Tenggarong, Sedia Gerobak Literasi hingga Libatkan Orangtua
Baca juga: Kisah Sekolah di Balikpapan dan Tenggarong, Mendorong Siswanya Belajar Aktif dan Budaya Literasi
Baca juga: Airlangga Sebut Inklusivitas Akses Literasi untuk Tingkatkan Kualitas SDM dan Dorong Kewirausahaan
"Aktivitas membaca tanpa dibatasi," ungkapnya kepada TribunKaltim.co via press rilis yang dikirim pada Jumat (25/2/2022).
Melalui penetapan sekolah literasi, Mujianto percaya dengan identitas budaya literasi memberikan pencerahan bagi intelektulitas dan moralitas siswa.
"Siswa menjadikan kebiasaan membaca bagian dari dirinya," ujarnya.
Lingkungan Ramah Pembaca
Saat ini, SMP Negeri 1 Tenggarong Seberang sedang membangun pondok baca di empat sudut lapangan sekolah.
Demikian disampaikan oleh Mujianto, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Tenggarong kepada TribunKaltim.co.
Dia jelaskan, telah menyediakan pojok baca dan pohon baca di setiap kelas SMP Negeri 1 Tenggarong.
"Lingkungan adalah faktor utama yang tidak terlihat dalam membentuk kebiasaan membaca," katanya.
Baca juga: Tanamkan Literasi Sejak Dini, Bunda PAUD Tanah Grogot Gandeng Komunitas Pelangi Gelar Pojok Baca
Mujianto mengutip, seorang psikolog Kurt Lewin, pada tahun 1936, yang menulis rumus sederhana perilaku adalah sebuah fungsi yang ada di lingkungan tersebut.
"Artinya fungsi seseorang dapat maksimal di lingkungan yang memperbolehkan fungsi seseorang itu bekerja," jelasnya mengutip dalam sebuah bacaan.
Dengan adanya akses-akses membaca maka, tegas Mujianto, mempermudah siswa membaca.
"Kemudahan ini memperlancar membangun kebiasaan membaca," tegasnya.
Menurut dia, lingkungan yang ramah dengan kebiasaan membaca ini mampu menjaga minat membaca siswa.
Baca juga: Demi Kemajuan UMKM, Perempuan Indonesia Timur Butuh Literasi Digital
Karena secara bertahap kebiasaan siswa tidak lagi terpicu oleh satu motivasi.
"Namun sudah terasosiasi dengan perilaku kontekstual setempat," tuturnya.
Di setiap kelas, juga distimulasi dengan kutipan-kutipan yang menggairahkan minat baca.
"Setiap kebiasaan akan mudah terinisiasi dengan adanya petunjuk yang jelas," tegasnya.
Baca juga: Tingkatkan Mutu Pendidikan, Disdikbud dan Tanoto Foundation Gelar Pelatihan Mentorship Fasilitator
Dan, naluriah manusia cenderung mengikuti petunjuk yang jelas.
"Dengan adanya infrastruktur ini juga memicu siswa membaca," katanya.
Menjodohkan Lembar Kerja Siswa dan Literasi
Salah satu guru Bahasa Indonesia di SMP Negeri 1 Tenggarong Seberang, Ranem, M.Pd, memasangkan Lembar Kerja Siswa atau LKS dengan produk-produk literasi.
Karya-karya sastra siswa SMP Negeri 1 Tenggarong dari LKS ini dibukukan oleh Ranem.
Alhasil, dalam setahun, Ranem dan siswanya dapat menghasilkan 3 sampai 4 buku dalam tiga tahun terakhir.
Prinsip Premack ini dilakukan oleh Ranem, yakni memaksimalkan partisipasi siswa dalam kegiatan yang tidak disukai siswa dengan cara mengaitkan aktivitas tersebut dengan aktivitas yang lebih disukai.
Baca juga: Platform Digital Kukar Pintar dan Cerdas, Mitra Terbaik Tanoto Foundation Seluruh Indonesia
"Tentunya siswa merasa terbebani jika saya langsung menargetkan satu buku selesai untuk seluruh siswa," ujarnya.
Namun Ranem mengaitkan, pembuatan buku dengan kegiatan pembelajaran aktif mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Sehingga siswa tidak keberatan dalam menjalankan keharusan membuat karya sastra.
Terutama pembelajaran aktif Tanoto Foundation yang dilakukan Ranem ini mengajak siswa untuk berpartisipasi penuh dalam kelas.
Dalam pembelajaran aktif, proses lebih diberikan kepada siswa SMP Negeri 1 Tenggarong.
Dan tentu saja, Ranem menerapkan unsur-unsur pembelajaran aktif.
Baca juga: 212 Guru Kukar Ikut Pelatihan Tanoto Foundation, Dukung Pembelajaran Bermakna
Yaitu Mengalami, Interaksi, Komunikasi, Refleksi (MIKiR) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.
Mengkombinasikan Terdekat, Terbanyak, Terpengaruh dalam Memperkuat Budaya Literasi
Kebiasaan mudah terawat jika banyak siswa mempunyai hobi membaca buku ini mengajak temannya.
Karena, manusia mempunyai kecenderung untuk meniru orang terdekatnya, seperti gaya bicara atau misi.
"Sehingga jika siswa yang suka membaca menularkan kebiasaannya ke temannya," ujarnya.
Selain itu, siswa juga cenderung mengikuti perilaku kelompok. Salah satu karakter berkelompok manusia adalah mengikuti perilaku kebanyakan.
"Karena ada motivasi untuk diterima dalam sebuah kelompok," katanya.
Dengan adanya pembuatan buku, siswa terpicu untuk dapat bersama dengan siswa lain untuk menulis.
Dengan adanya pembuatan buku, siswa juga merasa ada tempat dan pengaruh untuk lebih berkarya.
Keinginan siswa untuk dapat diketahui ini merupakan salah satu strategi untuk menciptakan siklus terus berkarya dalam dunia literasi.
Pembelajaran Aktif Bahasa Indonesia
Pada Februari 2022 ini, Ranem mendorong siswa untuk dapat membuat teks eksplanasi. Ranem membagikan LKS kepada siswa.
Dalam LKS tersebut, Ranem memaparkan beberapa foto bencana alam. Siswa diajak untuk mendeskripsikan teks eksplanasi dengan mengidentifikasi fenomena.
Lalu siswa membuat paragraf yang menjelaskan proses kejadian bencana alam yang tercantum di dalam LK.
Selain itu, siswa diminta untuk membuat paragraf ulasan dan mencari foto yang sesuai dengan paragraf ulasan dalam sebuah kelompok belajar.
Baca juga: Dukung PAUD, Tanoto Foundation Dirikan Rumah Anak SIGAP di 22 Lokasi, Kukar Ikut Terpilih
Kelompok siswa tersebut berhasil menuliskan teks eksplanasi dengan bantuan foto bencana alam.
Dalam teks eksplenasi, kelompok siswa tersebut menerangkan bahwa bencana banjir sering terjadi karena perilaku buruk manusia.
"Karena penebangan pohon. Karena kedua ini, dampaknya adalah banyak orang yang kehilangan rumah dan keluarga. Jawaban teks eksplanasi ini ditempel di dinding," ungkapnya.
Ranem menutup dengan menjelaskan ulang bahwa teks eksplanasi adalah teks yang berisi teks tentang proses kejadian alam, sosial, budaya yang dapat terjadi.
Baca juga: DPRD Kukar Ingin SMPN 1 Tenggarong Miliki Fasilitas Lengkap, Sangat Megah dan Modern
Mengenai konsep pembelajaran ala guru SMP Negeri 1 Tenggarong tersebut, mendapat respon positif dari salah satu siswa, Niluh.
Dia ungkapkan, merasa senang sekali konsep pembelajaran yang disampaikan guru SMP Negeri 1 Tenggarong karena tidak membuat bosan dalam belajar.
“Saya senang pembelajaran ini, karena kita dituntut dapat mengekspresikan ide dalam bentuk tulisan dan verbal,” ungkap Niluh.
(TribunKaltim.co/Budi Susilo)
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.