Berita Kukar Terkini

Menengok Desa Muara Siran Kukar, Minim Infrastruktur, tapi Warganya Makmur karena Usaha Sarang Walet

Desa Muara Siran berada di Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan hamparan daratan yang sebagian besar wilayahnya terendam air.

Penulis: Rita Lavenia |
TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA
Suasana Desa Muara Siran, Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), yang masyarakatnya mayoritas pengusaha Sarang Burung Walet. TRIBUNKALTIM.CO/RITA LAVENIA 

TRIBUNKALTIM.CO, MUARA SIRAN - Desa Muara Siran berada di Kecamatan Muara Kaman, Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan hamparan daratan yang sebagian besar wilayahnya terendam air.

Ya, dari total 42,201 hektare, sekitar 80 persen wilayah desa adalah hutan rawa sekunder dan sungai-sungai kecil.

Di sini, jalan darat belum tersedia. Oleh sebab itu, untuk mencapai Muara Siran, TribunKaltim.co bersama rombongan Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) dan Yayasan Biosfer Manusia (BIOMA), harus menyusuri sungai dengan perahu selama satu jam dari Muara Kaman.

Tiba di desa ini, kita tidak disambut bisingnya suara mesin kendaraan, tetapi suara kicauan burung walet yang bersahut-sahutan hampir di semua sisi desa.

Ya, hal itu tentu wajar, lantaran masyarakat Muara Siran terkenal berpenghasilan tinggi karena budidaya walet menjadi komoditas utama di desa ini.

Baca juga: Jaga Sarang Walet di Muara Muntai Kutai Kartanegara, Pria Ini Nyambi Jualan Narkoba

Baca juga: Kebakaran di Kota Bangun Kukar, 3 Rumah dan 2 Bangunan Sarang Walet Hangus Terbakar

Direktur Eksekutif Yayasan Bioma, Akhmad Wijaya mengatakan usaha walet memang cocok bagi masyarakat lokal yang sebagian besar berprofesi sebagai petani dan nelayan.

Bioma sendiri mencatat, saat ini terdapat 300 rumah sarang walet dari total 350 kartu keluarga (KK) yang menghuni Muara Siran.

Yups, ada sekitar 85 persen penduduk yang merupakan pengusaha sarang walet di desa ini.

Orang akan menyadari ada desa minim infrastruktur, namun berpenghasilan tinggi di Muara Siran.

Sebab faktanya, jika panen berhasil, warga di sini akan mendapatkan keuntungan kurang lebih Rp 600 juta.

Baca juga: Penerimaan Pajak Usaha Sarang Walet Belum Maksimal di PPU, Bapenda Akui Pengawasannya Tak Mudah

"Dari 300 sarang, ada warga yang punya 2-3 sarang burung walet. Jadi duduk-duduk bekesahan (ngobrol), dapat cuan," ucap Akhmad Wijaya sembari bercanda.

Pantauan TribunKaltim.co, desa ini terlihat begitu damai. Sebagian besar warga yang tidak memiliki sarang burung walet menggantungkan hidupnya dengan menjadi nelayan ataupun petani. (*)

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved