Berita Internasional Terkini

Perang Rusia vs Ukraina Kian Panas, Putin Siap Luncurkan Senjata Nuklir, 2 Maret Target Kemenangan

Serangan demi serangan membuat perang antara Rusia dengan Ukraina, makin memanas

Handout / Russian Defence Ministry / AFP
Kementerian Pertahanan Rusia pada 4 Oktober 2021 menunjukkan peluncuran rudal jelajah hipersonik Zirkon dari kapal selam nuklir Severodvinsk di laut Barents. Rusia mengatakan pada 1 Oktober 2021 bahwa mereka telah meluncurkan rudal jelajah hipersonik baru dari kapal selam, tes terbaru dari senjata baru yang oleh Presiden Vladimir Putin dijuluki "tak terkalahkan". 

Prinsip-prinsip itu adalah ketika rudal balistik ditembakkan ke wilayah Rusia atau sekutu saat musuh menggunakan senjata nuklir, serangan terhadap situs senjata nuklir Rusia, atau serangan yang mengancam keberadaan negara Rusia.

Tak satu pun dari kriteria tersebut terpenuhi dalam konflik Rusia Ukraina saat ini.

Terlebih lagi, Rusia bergabung dengan empat anggota tetap Dewan Keamanan PBB pada Januari dalam menandatangani dokumen yang menegaskan bahwa perang nuklir tidak dapat dimenangi dan tidak boleh diperangi.

Ancaman verbal terbaru Putin menunjukkan ambiguitas, bahkan mungkin kemunafikan, dari jenis deklarasi ini, kata Finaud.

"Jika kita menerapkan doktrin (pernyataan bersama) akan ada upaya pelucutan senjata besar-besaran. Padahal kita melihat relatif sedikit yang dilakukan ke arah itu."

Untuk saat ini, "masih ada risiko kesalahan yang sangat tinggi atau salah tafsir" atau bahkan manipulasi disengaja yang dapat memicu serangan nuklir, tambahnya.

Baca juga: NEWS VIDEO Ukraina Klaim Menang di Kharkiv, Berhasil Usir Pasukan Rusia Lewat Operasi Pembersihan

2 Maret, Target Kemenangan Rusia

Seorang mantan pejabat tinggi Rusia mengatakan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin menargetkan pasukan Moskwa menyelesaikan operasi militer di Ukraina dengan kemenangan pada 2 Maret.

Hal itu disampaikan oleh mantan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Andrei Fedorov kepada Al Jazeera pada Mingu (27/2/2022).

Fedorov mengatakan, karena target itulah, beberapa hari ke depan merupakn momen-momen kunci dalam invasi Rusia ke Ukraina.

Kini dia berharap pada rencana pembicaraan antara kedua negara ketika Moskwa masih terus melanjutkan serangan skala penuh kepada Ukraina, sebagaimana dilansir Al Jazeera.

“Seharusnya ada pembicaraan yang berlangsung tanpa prasyarat. Saya tahu posisi teman-teman saya di Kiev dan kepemimpinan Ukraina. Mereka siap untuk duduk dan berbicara, tetapi tanpa prasyarat,” ujar Fedorov.

Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan bahwa Ukraina dan Rusia telah sepakat untuk mengadakan pembicaraan di sebuah tempat dekat perbatasan Belarus.

Baca juga: NEWS VIDEO Buntut Invasi Rusia ke Ukraina, 11 Negara Blokir Penerbangan Rusia

Fedorov menambahkan, perlawanan di Ukraina dan sanksi yang diberlakukan oleh Barat ternyata lebih kuat dari yang diperkirakan Rusia sebelum invasi dimulai.

“Seperti yang telah saya katakan, tolong, karena saya tahu Ukraina, tidak ada yang akan bertemu pasukan Rusia dengan bunga. Ini adalah kenyataan,” katanya kepada Al Jazeera.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Kaltim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved