Ustadz Meninggal Diduga Dikeroyok
Santri Penganiayai Guru Hingga Tewas di Samarinda Peragakan 28 Adegan Saat Rekonstruksi
Polresta Samarinda akhirnya melakukan reka adegan penganiayaan berujung maut, terhadap salah seorang Ustadz di Pesantren Al Madina Kampus Putra
Penulis: Rita Lavenia | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO,SAMARINDA- Polresta Samarinda akhirnya melakukan reka adegan penganiayaan berujung maut, terhadap salah seorang Ustadz di Pesantren Al Madina Kampus Putra, yang dilakukan oleh dua santrinya pada Selasa (23/2/2022) lalu.
Ada 28 reka adegan yang diperagakan langsung oleh HR (15) dan AB (15) didampingi Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA), Unit Inafis Satreskrim Polresta Samarinda, Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kelas II Samarinda serta Kejaksaan Negeri Samarinda (Kejari) di Aula Polresta Samarinda, Rabu (2/3/2022).
Rekonstruksi dibuka dengan kedua pelaku yang masih terlelap.
Kemudian, datang guru Ponpes mereka yang bernama Eko Hadi Prasetya (korban dengan pemeran pengganti), membangunkan kedua santri tersebut untuk menjalankan sholat subuh pada Pukul 04.30 WITA.
Baca juga: Rekonstruksi Dua Santri Aniaya Guru Ponpes Hingga Tewas di Samarinda Akan Digelar Besok
Baca juga: Dua Santri Pengeroyok Guru Ponpesnya di Samarinda Dikenakan 3 Pasal Pidana
Baca juga: Polresta Samarinda Gelar Pra Rekonstruksi Pengeroyokan Guru Ponpes Berujung Maut
Bersamaan dengan itu, korban yang juga merupakan bagian kesiswaan melihat dua handphone terletak di atas meja yang kemudian diketahui milik HR, yang kemudian disitanya.
Singkat cerita, HR pun menyusul korban ke masjid hendak menjalankan ibadah sholat subuh.
Namun karena lupa membawa kopiah, HR kembali ke kamarnya.
Di sana, Ia bertemu AB yang tidak menjalankan sholat subuh dan membuat niat beribadah HR berganti menjadi keinginan mengambil paksa handphonenya.
Akhirnya, tibalah mereka di samping pondok pesantren yang berada di Jalan Assaadah RT 18, Kelurahan Mugirejo Kecamatan Sungai Pinang, Kota Samarinda tersebut.
Di sana, mereka bersembunyi di balik semak yang terdapat susunan balok kayu sisa bangunan.
"Karena ada banyak balok kayu, mereka akhirnya sepakat untuk membuat korban pingsan," ucap personil PPA Satreskrim Polresta Samarinda yang membacakan narasi rekonstruksi tersebut.
Agar tidak ketahuan, HR yang sudah mengenakan Hoodie berwarna hitam pun menyuruh AB mengambil topeng monyet di dalam asrama.
Pada adegan ke 17, sekitar Pukul 05.20 WITA korban pun melintas menggunakan sepeda motor jenis maticnya.
AB pun langsung melompat menghadang. Terkejut, korban pun langsung menghentikan kendaraannya.
Baca juga: Korban Pengeroyokan Dua Santri Ponpes di Samarinda Dikenal Pribadi yang Tegas Namun Baik
Tanpa menunggu aba-aba, AB langsung mengayunkan balok kayu sepanjang 80 centimeter miliknya, namun korban berhasil menghindar hingga terjatuh dari sepeda motornya.
Saat Ustadz tersebut terpental, muncul HR yang langsung menghantam kepala bagian kiri korban dengan balok sepanjang 90 centimeter disusul pukulan dari AB.
Pada adegan ke 21, korban yang sudah berlumuran darah masih berusaha bangun hingga berhasil terduduk.
Namun kedua remaja 15 tahun tersebut seakan sudah gelap mata. Mereka kembali menghantam kepala, wajah, leher dan punggung guru pondok pesantren mereka tersebut hingga benar-benar terbaring tidak berdaya.
"Lalu adegan ke 23, Havid mematikan sepeda motor korban dan mengambil handphonenya yang berada di jok motor korban," terang petugas.
Dalam rekonstruksi ini, diketahui AB lebih dulu berlari pergi sambil membuka topeng monyet dan kayu yang Ia gunakan.
"Saya takut lihat banyak darah. Jadi pergi duluan," Ucap remaja yang kala itu mengenakan baju pesakitan dan celana boxer biru.
HR pun berlari menyusul AB kembali ke asrama, lalu mereka tertidur seakan tidak terjadi apa-apa.
Dan rekonstruksi pun berakhir pada adegan ke 28 tersebut. (*)
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel