Berita Internasional Terkini

Ajakan Amerika Serikat Ditolak Jerman dan Belanda, Rusia Ancam Tutup Aliran Gas ke Jerman

Rusia mengancam balik akan menutup pipa gas utamanya yang selama ini memasok kebutuhan gas alam ke Jerman. jika larangan tersebut tetap berlanjut. 

Aris Messinis / AFP
Orang-orang melarikan diri dari kota Irpin, sebelah barat Kyiv, pada 7 Maret 2022. Pasukan Rusia menyerang kota-kota Ukraina dari udara, darat dan laut pada hari Senin, dengan peringatan bahwa mereka sedang bersiap untuk menyerang ibukota Kyiv, karena warga sipil yang ketakutan gagal untuk melarikan diri. 

TRIBUNKALTIM.CO – Rusia tak tinggal diam menyikapi gerakan dari Amerika Serikat dan negara-negara barat.

Pemerintahan Vladimir Putin bahkan mengancam balik negara-negara barat.

Ancaman ini berlaku jika Amerika Serikat dan negara-negara Barat melanjutkan larangan ekspor minyak Rusia.

Baca juga: Rusia Siapkan Poseidon? Senjata Maut yang Bisa Hancurkan Ukraina Dalam Sekejap

Rusia mengancam balik akan menutup pipa gas utamanya yang selama ini memasok kebutuhan gas alam ke Jerman. jika larangan tersebut tetap berlanjut. 

Dilansir dari BBC, Selasa (8/3/2022) Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak mengatakan "penolakan terhadap ekspor minyak oleh Rusia akan menyebabkan konsekuensi bencana bagi pasar global."

Hal itu juga akan menyebabkan harga minyak naik lebih dari dua kali lipat menjadi 300 dolar AS per barel.

AS telah menjajaki kemungkinan larangan dengan sekutu sebagai upaya untuk menghukum Rusia atas invasinya ke Ukraina.

Namun Jerman dan Belanda menolak rencana itu pada Senin kemarin.

Baca juga: Tak Peduli Ancaman Nuklir Rusia, Zelensky Minta Biden Turunkan No Fly Zone di Langit Ukraina

UE mendapatkan sekitar 40 persen gasnya dan 30 persen minyaknya dari Rusia, dan tidak memiliki pengganti yang mudah jika pasokannya terganggu.

Dalam pidatonya di televisi pemerintah Rusia, Novak mengatakan tidak mungkin untuk segera menemukan pengganti minyak Rusia di pasar Eropa.

"Ini akan memakan waktu bertahun-tahun, dan masih akan jauh lebih mahal bagi konsumen Eropa. Pada akhirnya, mereka akan paling dirugikan oleh hasil ini," katanya.

Menunjuk keputusan Jerman bulan lalu untuk membekukan sertifikasi Nord Stream 2, pipa gas baru yang menghubungkan kedua negara, ia menambahkan embargo minyak dapat memicu pembalasan.

"Kami memiliki hak untuk mengambil keputusan yang cocok dan memberlakukan embargo pada pemompaan gas melalui pipa gas Nord Stream 1 yang ada," katanya.

Rusia sendiri merupakan produsen gas alam terbesar di dunia dan produsen minyak mentah terbesar kedua di dunia, setiap langkah untuk memberikan sanksi kepada industri energinya akan sangat merusak ekonominya sendiri.

Ukraina telah meminta Barat untuk mengadopsi larangan seperti itu, tetapi ada kekhawatiran itu akan membuat harga melonjak.

Kekhawatiran investor akan embargo mendorong harga minyak mentah Brent naik menjadi 139 dolar AS per barel.

Sementara, harga rata-rata bensin di Inggris juga mencapai rekor baru yakni 155 poundsterling atau sekitar Rp 2.900.000 per liter. (jika dikonversi ke rupiah dengan kurs 1 dolar Rp 14.000).

Baca juga: HARAPAN UKRAINA Soal Dapat Jet Tempur Pupus, Amerika tak Berkutik, Polandia Ketakutan Diancam Rusia

Hubungan Rusia & Amerika Serikat Makin Panas, Keduanya Saling Ancam

Di tengah perang yang tak kunjung usai antara Rusia dengan Ukraina, kini hubungan Amerika Serikat (AS) dengan Rusia makin memanas.

Hal itu tak terlepas dari sejumlah sanksi yang diberikan Amerika Serikat kepada Rusia, imbas dari perang di Ukraina.

Rusia pun tak tinggal diam mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat, negara yang dipimpin Vladimir Putin itu pun balas memberikan sanksi.

Kali ini, Rusia menghentikan penjualan roket ruang angkasa ke Amerika Serikat.

Bahkan, pihak Rusia mengolok-olok Amerika Serikat dengan "sapu terbang" jika ingin menjelajah ruang angkasa.

Kepala Badan Antariksa Rusia (Roscosmos) Dmitry Rogozin mengatakan, industri peluncuran Amerika Serikat (AS) harus “naik sapu mereka” ke luar angkasa, saat ia mengumumkan diakhirinya penjualan roket dengan perusahaan AS.

Rusia menjual dan memelihara mesin RD-180, yang digunakan pada tahap pertama roket Atlas V United Launch Alliance (ULA), sejak pertengahan 1990-an.

Sejauh ini, dari 122 yang dikirim, 98 telah digunakan.

Orang-orang melarikan diri dari kota Irpin, sebelah barat Kyiv, pada 7 Maret 2022. Pasukan Rusia menyerang kota-kota Ukraina dari udara, darat dan laut pada hari Senin, dengan peringatan bahwa mereka sedang bersiap untuk menyerang ibukota Kyiv, karena warga sipil yang ketakutan gagal untuk melarikan diri.
Orang-orang melarikan diri dari kota Irpin, sebelah barat Kyiv, pada 7 Maret 2022. Pasukan Rusia menyerang kota-kota Ukraina dari udara, darat dan laut pada hari Senin, dengan peringatan bahwa mereka sedang bersiap untuk menyerang ibukota Kyiv, karena warga sipil yang ketakutan gagal untuk melarikan diri. (Aris Messinis / AFP)

“Dalam situasi seperti ini (dihantam sanksi) kami tidak dapat memasok AS dengan mesin roket terbaik dunia kami. Biarkan mereka terbang dengan sesuatu yang lain, sapu mereka, saya tidak tahu apa," kata Rogozin di televisi Pemerintah Rusia, sebagaimana dilansir Daily Mail pada Jumat (4/3/2022), dilansir dari Kompas.com.

ULA sudah mulai bekerja untuk mengganti mesin RD-180 di Atlas V, menandatangani kesepakatan pada 2014 dengan Blue Origin milik Jeff Bezos untuk mesin BE-4.

Selain mengakhiri penjualan mesin ke AS, Rusia menarik diri dari proyek bersama dengan Jerman, dan perjanjian peluncuran dengan Badan Antariksa Eropa, serta mengancam AS dengan diakhirinya kerja sama Stasiun Luar Angkasa Internasional.

Badan antariksa Rusia juga telah menutupi bendera AS dan Inggris pada roket Soyuz - melukis V untuk mendukung militer negaranya, dan mengumumkan pergeseran menuju pembangunan satelit pertahanan di masa depan.

Ketika Rusia mengirimkan roket ke AS untuk digunakan oleh ULA, mereka diberikan bantuan teknis tentang integrasi dengan roket, untuk memastikan semuanya berjalan lancar.

Dari 122 roket yang dikirim sejauh ini, 24 masih disimpan di gudang.

Rusia kemudian mengatakan tidak akan memberikan dukungan, pemeliharaan, atau bantuan apa pun untuk mesin tersebut ke depan.

Baca juga: Selain Amerika Serikat, Ini Daftar Negara yang Dirilis Rusia Jadi Musuhnya, Inggris hingga Korsel

Mesin ini, yang digunakan dalam roket ULA Atlas V dan Antares, adalah salah satu yang paling kuat dan andal yang pernah dibuat, dan telah digunakan selama dua dekade.

Namun, peluncuran dari roket-roket ini tidak sejalan dalam hal frekuensi dengan kendaraan peluncuran generasi baru seperti SpaceX, atau bahkan keluarga Long March buatan China.

Menanggapi langkah Rusia, Tory Bruno, Kepala ULA, mengeklaim dalam sebuah wawancara dengan Verge bahwa mereka memiliki cukup RD-180 untuk melewati transisi, bahkan tanpa dukungan atau pasokan Rusia.

Meskipun akan ada beberapa masalah jangka pendek untuk beberapa penyedia peluncuran AS sebagai akibat dari tindakan Rusia, industri secara keseluruhan dinilai kemungkinan tidak akan terpengaruh.

Insinyur kedirgantaraan AS Robert Zubrin mengatakan tentang komentar Roscomos "kami punya banyak sapu", mengacu pada berbagai penyedia peluncuran. (*)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Rusia Ancam Tutup Aliran Gas ke Jerman Jika Larangan Ekspor Minyak Berlanjut

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved