Terjawab Apa itu Mati Suri dan Apa yang Terjadi pada Tubuh, Cek Definsi dan Penyebab Secara Ilmiah
Sebenarnya apa itu Mati Suri? Simak penjelasannya secara ilmiah, defini dan kenapa sampai bisa terjadi
TRIBUNKALTIM.CO - Sebenarnya apa itu Mati Suri? Simak penjelasannya secara ilmiah, defini dan kenapa sampai bisa terjadi
Fenomena mati suri pernah ramai dibahas oleh warganet pengguna media sosial tahun 2021 lalu.
Perbincangan seputar topik tersebut bermula setelah seorang perempuan bernama Cassandra Scott mengungkapkan pengalamannya merasakan mati suri.
Diberitakan Kompas.com, Sabtu (11/9/2021), Scott ditemukan mengambang tertelungkup di Perairan Pantai Coogee, di Sydney, Australia.
Baca juga: Mantan Istri Sule Disebut Pernah 3x Mati Suri, Keluarga Lina Sempat Minta Jangan Dimandikan
Denyut nadinya sudah tidak ada, namun petugas penyelamat dan dokter unit gawat darurat yang kebetulan ada di lokasi tetap berusaha menghidupkannya kembali.
Ini bukan pengalaman mendekati kematian, karena Cassandra sempat meninggal dunia selama kurang lebih 15 menit. Jantungnya telah berhenti.
"Rasanya sedikit seperti tertidur dan sadar sedang tidur, tetapi tidak sedang bermimpi," kenang Cassandra. "Seperti tidak sadar secara sadar. Seperti itulah rasanya. Tidak ada cahaya. Tidak panas. Seperti samar-samar — itulah yang saya rasakan," kata dia.
Cassandra Scott adalah salah satu dari segelintir orang yang membagikan pengalaman kematian yang mereka ingat.
Bagaimana penjelasan mati suri secara medis?
Secara medis, mati suri disebut sebagai Lazarus syndrome atau sindrom Lazarus.
Melansir WebMD, 26 Juli 2021, sindrom Lazarus atau mati suri adalah kondisi langka, ketika seseorang yang tampaknya sudah mati menunjukkan tanda-tanda kehidupan lagi.
Kondisi tersebut biasanya beberapa menit setelah petugas kesehatan berhenti memberikan Cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau tindakan pertolongan pertama pada orang yang mengalami henti napas karena sebab-sebab tertentu.
Pada kasus yang dialami Cassandra Scott, ia hidup lagi 15 menit setelah petugas kesehatan berhenti melakukan CPR dan menyatakan bahwa ia sudah meninggal dunia.
Fenomena mati suri baru tercatat pada 1982, ketika pertama kali dijelaskan dalam literatur medis.
Sedangkan mati suri mulai disebut sebagai sindrom Lazarus pada tahun 1993.
Meskipun banyak orang yang mengalami fenomena Lazarus meninggal tak lama setelah "hidup kembali", namun sebuah penelitian menunjukkan bahwa hampir sepertiga orang yang mengalami hal tersebut bisa melanjutkan hidup dengan baik.
Baca juga: Agen Perjalanan Wisata Balikpapan Masih Mati Suri, New Normal Belum Beri Efek
Apa penyebab mati suri?
Melansir Healthline, 11 Januari 2021, banyak orang berpikir bahwa kematian terjadi segera setelah jantung berhenti berdetak dan pernapasan berhenti.
Kenyataannya, kematian adalah proses di mana semua organ tubuh yang diperlukan untuk hidup mengalami kegagalan.
Seseorang tidak benar-benar dianggap mati sampai fungsi semua organ tubuhnya, termasuk otak, berhenti secara permanen.
Secara medis, mati suri terjadi karena tenaga kesehatan menyatakan kematian terlalu cepat, biasanya segera setelah CPR dihentikan.
Setelah mengetahui tentang adanya sindrom Lazarus, para peneliti kini menyarankan kepada tenaga kesehatan untuk setidaknya menunggu 10 menit setelah CPR dihentikan sebelum mengumumkan kematian.
Selama 10 menit tersebut, tenaga kesehatan dapat mengawasi tanda-tanda kehidupan dari orang tersebut, seperti napas, batuk, gerakan anggota tubuh, atau kembalinya denyut nadi.
Apa yang membuat seseorang dapat hidup lagi?
Tidak diketahui kenapa sindrom Lazarus terjadi.
Akan tetapi, ada beberapa teori yang dapat menjelaskannya.
Berikut beberapa di antaranya:
Penumpukan udara
Penumpukan udara adalah penjelasan paling umum untuk sindrom Lazarus.
Hal ini berpotensi terjadi jika seseorang memiliki penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).
Ketika udara didorong ke paru-paru terlalu cepat selama CPR (hiperventilasi), tidak ada waktu untuk mengembuskannya sehingga udara menumpuk.
Baca juga: 7 Bulan Pasca Resmikan Pasar Tamrin Bontang Mati Suri, Pedagang Sembako Merugi
Saat udara menumpuk, tekanan di dalam dada meningkat. Tekanan itu menjadi sangat tinggi sehingga darah mengalami kesulitan bergerak melalui pembuluh darah dada ke jantung, dan jantung kesulitan memompa darah ke tubuh.
Ketika CPR berhenti, udara yang terperangkap mulai meninggalkan paru-paru, dan mengurangi tekanan di dada.
Akhirnya, darah dari tubuh dapat mengalir ke jantung dan dipompa ke seluruh tubuh.
Sirkulasi dapat kembali, dan itu akan terlihat seolah jantung orang tersebut telah mulai berdetak dengan sendirinya.
Efek obat yang tertunda
Obat-obatan yang diberikan selama CPR perlu mencapai jantung untuk bekerja.
Ketika penumpukan udara menghentikan darah kembali ke jantung, semua yang ada dalam darah, termasuk obat yang diberikan melalui infus, tidak akan bisa sampai ke sana.
Setelah penumpukan udara teratasi dan tekanan di dada cukup rendah, darah akan mengalir ke jantung, membawa obat bersamanya.
Jika obatnya efektif, maka sirkulasi akan kembali secara spontan.
Henti jantung sementara setelah defibrilasi
Selama CPR, defibrillator dapat digunakan untuk mengirim kejutan listrik ke jantung untuk mencoba memulai kembali atau mengatur ulang irama jantung yang tidak teratur.
Terkadang ada jeta antara kejutan listrik dan efeknya.
Jika jeda itu cukup lama, diperkirakan sirkulasi kembali secara spontan, bukan karena syok.
Penyebab lainnya
Beberapa kondisi seperti kadar potasium yang tinggi atau terlalu banyak asam dalam darah dapat menyebabkan jantung berhenti berdetak.
Kondisi ini biasanya diobati selama CPR, tetapi membutuhkan waktu untuk sembuh.
Jika tidak membaik sampai CPR berhenti, mungkin sirkulasi akan kembali secara spontan.
(*)
IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.