Berita Internasional Terkini

300 Miliar Dolar Milik Rusia Dibekukan, Medvedev Sebut Amerika dan Uni Eropa Nodai Reputasi Sendiri

Cadangan mata uang asing senilai 300 miliar Dollar milik Rusia dibekukan oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa imbas perang Ukraina.

Penulis: Rita Noor Shobah | Editor: Heriani AM
AFP
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev. Cadangan mata uang asing senilai 300 miliar Dollar milik Rusia dibekukan oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa imbas perang Ukraina. 

TRIBUNKALTIM.CO - Cadangan mata uang asing senilai 300 miliar Dollar milik Rusia dibekukan oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa imbas perang Ukraina.

Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia Dmitry Medvedev pun menyebut Amerika Serikat dan Uni Eropa menodai reputasinya sendiri.

Bukan hanya itu, Dmitry Medvedev sanksi berat yang diterima Rusia justru akan jadi bumerang bagi AS, UE dan sekutunya.

Bahkan kini sejumlah negara tengah membahas penjualan migas dengan mata uang lokal bukan Dollar atau Euro.

Hal ini menyusul keputusan Rusia yang menegaskan importir migas Rusia harus membayar dalam mata uang rubel.

Baca juga: Putin Dalam Bahaya, Intelijen Inggris Bocorkan Pembangkangan Militer Rusia, Tembak Pesawat Sendiri?

Baca juga: Ukraina Serang Balik Rusia, Gudang Senjata Pasukan Putin Hancur Lebur Diterjang Rudal Balistik

Tatanan keuangan baru dunia akan segera berproses, dan negara barat tidak akan memiliki suara utama lagi di dalamnya.

Hal ini dikemukakan mantan Presiden Rusia, Dmitry Medvedev, seperti dikutip Russia Today, Rabu (30/3/2022).

Sanksi hebat yang dijatuhkan pada Rusia oleh AS, Uni Eropa, dan sekutu mereka terkait konflik Ukraina telah gagal melumpuhkan negara itu.

“Sebaliknya, kembali ke barat seperti bumerang," tulis Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia itu di Telegram. "Ini menyakitkan bagi teman kita di Eropa dan luar negeri," imbuhnya.

Sementara barat melanjutkan upaya sia-sia untuk membatasi Rusia, dunia secara bertahap bergerak menuju logika baru hubungan ekonomi global; menuju perbaikan sistem keuangan.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan dengan para pemenang hadiah budaya negara melalui tautan video di kediaman negara Novo-Ogaryovo di luar Moskow pada 25 Maret 2022. Presiden Putin pada 25 Maret mengecam Barat karena mendiskriminasi budaya Rusia, dengan mengatakan hal itu seperti upacara pembakaran buku oleh pendukung Nazi pada tahun 1930-an.
Presiden Rusia Vladimir Putin mengadakan pertemuan dengan para pemenang hadiah budaya negara melalui tautan video di kediaman negara Novo-Ogaryovo di luar Moskow pada 25 Maret 2022. Presiden Putin pada 25 Maret mengecam Barat karena mendiskriminasi budaya Rusia, dengan mengatakan hal itu seperti upacara pembakaran buku oleh pendukung Nazi pada tahun 1930-an. (Mikhail KLIMENTYEV / SPUTNIK / AFP)

“Amerika bukan lagi penguasa planet bumi,” imbuhnya. Menurut Medvedev, AS dan UE telah "menodai reputasi mereka" lewat langkah memblokir cadangan bank sentral Rusia.

“Tidak mungkin mempercayai mereka yang membekukan rekening negara lain; mencuri aset bisnis dan milik pribadi orang lain, mengorbankan prinsip kesucian milik pribadi,” kata Medvedev.

Setelah pecahnya konflik di Ukraina pada akhir Februari, AS dan UE membekukan hampir setengah dari cadangan mata uang asing Rusia, senilai $300 miliar.

Washington membentuk Satuan Tugas khusus, KleptoCapture, untuk mengawasi penerapan sanksi terhadap Moskow dan menyita aset individu dan entitas yang melanggarnya.

Prospek meninggalkan dolar dan euro dalam transaksi perdagangan, menurut Medvedev kini menjadi semakin realistis.

“Era mata uang regional akan datang,” lanjutnya. Rusia menegaskan selepas 31 Maret 2022, mereka hanya akan menerima pembayaran untuk gas dalam rubel.

Baca juga: Tak Jadi Gabung NATO, Zelensky Sebut Ukraina akan Jadi Negara Netral, Setujui Permintaan Rusia

Keputusan itu berlaku untuk negara-negara yang mereka nilai tidak bersahabat. Utamanya AS dan Uni Eropa.

Sementara Cina, India, dan Arab Saudi telah membahas peralihan ke yuan, rupee, dan mata uang rubel dalam perdagangan minyak mereka.

Meski begitu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan proses peralihan pembayaran rubel untuk pengiriman ekspor gas Rusia akan memakan waktu, dan tidak akan segera dimulai minggu ini.

“Proses ini lebih berlarut-larut karena alasan teknis,” katanya kepada wartawan, seraya menambahkan importir akan diberi waktu untuk menyesuaikan.

Awal pekan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan pemerintah untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengalihkan semua pembayaran untuk gas alam Rusia dari importir "tidak ramah" ke rubel, mulai 31 Maret.

Baca juga: NATO Terpecah 2 Kubu, Perancis-Jerman Ingin Rusia-Ukraina Damai, Polandia cs Tak Percaya Putin

Langkah ini menargetkan negara-negara yang mengobarkan perang ekonomi melawan Rusia dengan memberlakukan berbagai sanksi dan membekukan cadangan mata uang asing negara itu.

Eropa menjadi konsumen terbesar gas Rusia. Sebanyak 40 persen kebutuhan gas untuk industri dan pembangkit listrik di Eropa bergantung pasokan Rusia.

Negara-negara Eropa, seperti Jerman dan Prancis menolak system pembayaran menggunakan rubel. Polandia bahkan telah memutuskan akan menghentikan impor migas dari Rusia.(Tribunnews.com/RussiaToday/xna)

IKUTI BERITA LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Medvedev Yakin Dolar AS dan Euro Takkan Lagi Dominasi Keuangan Dunia

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved