Berita Kubar Terkini
Kolaborasi Pembelajaran Aktif ala SMPN 1 Siluq Ngurai Kutai Barat, Eksperimen Membuat Magnet
Para pelajar SMPN 1 Siluq Ngurai di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur menghadapi kendala saat pandemi Covid-19
TRIBUNKALTIM.CO, SENDAWAR - Para pelajar SMPN 1 Siluq Ngurai di Kabupaten Kutai Barat, Provinsi Kalimantan Timur menghadapi kendala saat pandemi Covid-19 yang dituntut untuk tidak belajar secara tatap muka di kelas.
Namun hal itu tidak membuat patah semangat untuk terus belajar. Ada cara lain yang dilakukan oleh guru SMPN 1 Siluq Ngurai.
Kepada TribunKaltim.co, Nurul Chasanah, S.Pd.Gr, guru di SMPN 1 Siluq Ngurai, menjelaskan hal itu pada Selasa (5/4/2022) melalui press rilis yang dikirim via online.
Katanya, pada pembelajaran daring banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 Bukan jadi Syarat untuk Gelar Pembelajaran Tatap Muka
Baca juga: Asyiknya Belajar Sejarah ala Pelajar SDN 001 Barong Tongkok, Memakai Media Kliping
Baca juga: Polsek Barong Tongkok dan Tim Gugus Tugas Covid-19 Pantau Penerapan Prokes Saat PTM
Mulai dari jaringan tidak mendukung secara optimal, tidak mempunyai smartphone android maupun pulsa data.
Saat kebijakan, pembelajaran tatap muka terbatas diterapkan di SMPN 1 Siluq Ngurai, Kutai Barat, ternyata sebagian besar siswa kelas 9 mengalami keterlambatan dalam menyerap pembelajaran.
Dan siswanya pendiam, seolah-olah tidak semangat dalam belajar.
Untuk itu, Nurul mencoba menggabungkan pembelajaran aktif dengan eksperiman pada materi cara membuat magnet sederhana.
Langkah pertama, menentukan tujuan yang hendak dicapai yaitu siswa dapat membuat magnet dengan tiga cara sederhana dan menganalisis kekuatan magnet yang ada pada paku besi.
Disini siswa diberi kebebasan menentukan variasi dan langkah-langkah percobaan agar dapat mengeksplor kemampuan siswa.
Baca juga: Dukung PAUD, Tanoto Foundation Dirikan Rumah Anak SIGAP di 22 Lokasi, Kukar Ikut Terpilih
"Siswa kelas 9 terdiri dari tiga rombongan belajar, setiap rombel dibagi 2 sesi dan setiap sesi terdiri dari 10 sampai 15 siswa," ungkapnya.
Nurul melakukan apersepsi dengan membawa sebuah benda kemudian siswa menebak benda magnet yang dibawa.
Respon yang didapat dari peserta didik, bahwa hampir semua tahu jika benda yang dibawa tersebut adalah magnet.
Lalu Nurul melempar pertanyaan ke kelas untuk memancing diskusi siswa.
"Pertanyaan, apakah kalian tahu cara membuat magnet? pertanyaan ini dilakukan untuk mendorong siswa melakukan percobaan dan mengetahui pemahaman pengetahuan awal siswa," katanya.