Berita Internasional Terkini

Ancaman Baru Bagi Pasokan Pangan Dunia Atas Perang Rusia vs Ukraina, Uni Eropa Dihantui Krisis

Aksi penyerangan militer Rusia ke Ukraina bukan sekadar pada dampak kerusakan di negara Ukraina

Editor: Budi Susilo
AFP/ALEXANDER NEMENOV
Seorang tentara Rusia berpatroli di teater drama Mariupol, dibom 16 Maret lalu, pada 12 April 2022 di Mariupol, ketika pasukan Rusia mengintensifkan kampanye untuk merebut kota pelabuhan yang strategis, bagian dari serangan besar-besaran yang diantisipasi di Ukraina timur, sementara Presiden Rusia membuat kasus menantang untuk perang di tetangga Rusia. 

TRIBUNKALTIM.CO, HELSINKI - Aksi penyerangan militer Rusia ke Ukraina bukan sekadar pada dampak kerusakan di negara Ukraina

Selain muncul korban jiwa dan harta, ternyata perang yang berkecamuk tersebut memberi efek buruk bagi ekonomi. 

Bukan saja ekonomi Ukraina, akan tetapi secara meluas ke belahan dunia yang lain. 

Seperti halnya, dikabarkan, negara-negara eropa terkena getah pahit dari perang ini, ada ancaman krisis pangan. 

Baca juga: Di Tengah Perang Rusia vs Ukraina, TNI Bersiap Pamer Kekuatan Bareng Militer Amerika Serikat

Baca juga: ISIS Manfaatkan Perang Rusia vs Ukraina, Lakukan Serangan Beruntun ke Pusat Kota di Wilayah Israel

Baca juga: Pemerintah Inggris Bekukan Aset Dua Rekan Bisnis Roman Abramovich di Chelsea, Begini Faktanya

Perang Rusia dan Ukraina tak hanya memicu krisis di antara kedua negara tersebut, namun juga menghadirkan ancaman baru bagi pasokan pangan dunia.

Saat konflik di Ukraina berlanjut, banyak orang di seluruh dunia khawatir dengan kenaikan harga makanan pokok seperti gandum, minyak sayur dan gula pasir.

Rusia dan Ukraina yang disebut sebagai lumbung pangan global, telah menyumbang sekitar 29 persen dari ekspor gandum global, 19 persen dari ekspor jagung, dan 78 persen dari eskpor minyak bunga matahari.

Namun perang telah mengganggu produksi pangan, karena Rusia telah melarang ekspor biji-bijian, dan panen di Ukraina menjadi tidak pasti, yang berakibat pada melonjaknya harga pangan.

Dikutip dari dw.com, Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyoroti indeks harga pangan global telah mencapai titik tertinggi sepanjang masa, pada bulan Maret tahun ini.

Di wilayah Uni Eropa, harga makanan, alkohol dan tembakau telah naik 4,1 persen pada Februari lalu, dari sebelumnya pada bulan Januari yaitu 3,5 persen.

Baca juga: 37 Hari Perang Rusia-Ukraina, Dukungan untuk Putin Naik, Biden Terpaksa Lepas Cadangan Minyak Mentah

Pakar pertanian di BirdLife, Ariel Brunner mengatakann krisis pangan telah mengancam negara-negara yang bergantung dengan impor pangan dari Ukraina.

“Penting untuk diingat bahwa ancaman nyata terhadap ketahanan pangan ada di negara-negara miskin, terutama di negara-negara yang sangat bergantung pada impor dari Ukraina, seperti di Timur Tengah dan Afrika Utara. Di Eropa, ini lebih merupakan masalah inflasi. Sereal, minyak bunga matahari dan beberapa komoditas lainnya mungkin akan mengalami kejutan pasokan. Tetapi penting untuk dipahami bahwa ini dalam waktu dekat" jelas Ariel Brunner,.

Perdagangan pangan UE dengan Rusia dan Ukraina

Uni Eropa (UE) telah menjadi mitra dagang berbagai produk pangan dari Rusia dan Ukraina. Ekspor pertanian pangan UE dari impor Rusia termasuk minyak sayur, gandum, bahan pakan ternak dan pupuk untuk pertanian. Sementara itu, Ukraina menyumbang 36 persen dari impor sereal ke Uni Eropa dan 16 persen dari minyak sayur.

Namun menurut Komisi Eropa, UE mengaku dapat dengan mudah mengatasi ketidakstabilan yang disebabkan oleh perang di Ukraina.

Sumber: Tribunnews
Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved