Berita Berau Terkini
17 Tahun Mengabdi Jadi Guru Honor di Long Sului Berau, Ini Harapan Yuliana Pandadi
17 Tahun mengabdi menjadi seorang Tenaga Pendidik di Long Sului, Yuliana Pandadi (53) punya harapan besar untuk anak-anak Berau di wilayah yang jauh
Penulis: Renata Andini Pengesti | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, TANJUNG REDEB- 17 Tahun mengabdi menjadi seorang Tenaga Pendidik di Long Sului, Yuliana Pandadi (53) punya harapan besar untuk anak-anak Berau di wilayah yang jauh dari akses layak.
Baru saja, Yuliana mendapatkan penghargaan tepat pada peringatan Hari Kartini sebagai perempuan berjasa dan berprestasi dibidangnya masing-masing.
Yang langsung diberikan oleh Pemprov Kaltim dan Bupati Berau Sri Juniarsih.
Tentu, gelar tersebut sangat layak Ia dapatkan. Sebab, 17 tahun mengabdi bukanlah hal yang mudah layaknya membalikkan telapak tangan, namun dibalik itu semua, Yuliana memiliki tekad kuat untuk terus mengabdi.
“Saya tentu sangat berterimakasih, bisa mendapatkan penghargaan itu dan langsung diserangkan oleh pimpinan. Penghargaan itu, juga menjadi tanggung jawab yang besar,” ungkapnya kepada Tribunkaltim.co, Jumat (22/4/2022).
Baca juga: Raih Top BUMD Award 2022, Dirut Perumdam Batiwakkal Berau Ungkap Sejumlah Terobosan yang Dilakukan
Baca juga: Kapolres Berau Pecat dengan Tidak Hormat Dua Anak Buahnya yang Terlibat Narkoba dan Desersi
Baca juga: Guru Berprestasi Asal Long Sului Berau Yuliana Padandi Raih Penghargaan OASE-KIM
Diakuinya, perjalanan selama 17 tahun mengabdi tentu banyak cerita yang terjadi, baik cerita yang menyenangkan, juga beberapa cerita yang bisa menimbulkan perasaan pilu.
Salah satu contohnya, masih banyak Ia temukan anak murid yang tidak punya kesempatan untuk bersekolah ke jenjang yang lebih tinggi, walalupun hanya sebatas SMP.
Sejak awal, Yuliana telah mengajar di SDN 002 Long Sului. Dengan keterbatasan akses jalan, jaringan, ternyata hingga saat ini tetap menjadi rutinitas untuk terus membagi ilmu.
Yuliana, bukan lah warga asli Long Sului, bukan juga berasal dari Kecamatan Kelay, ataupun Berau. Ia adalah anak asli suku Toraja.
Pada tahun 2005, sekolah tersebut sempat ditutup, lantaran tidak ada guru yang mampu untuk bertahan untuk mengabdi.
Saat itu, hanya ada seorang pengawas dan suaminya yang menjadi guru. Karena, kurangnya tenaga, pengawas sekolah tersebut menawarkan kepada Yuliana untuk membantu sekolah tersebut.
Tidak lama berpikir, Ia pun ikut mengabdi, sama seperti sang suami. Dan, pada masa itu, mereka berdua belum bertempat tinggal di Long Sului. Keduanya, masih tinggal di Long Lancim.
“Saya ingat, gaji pertama di tahun 2005 itu, hanya Rp 100 ribu. Awalnya memang menemani suami, kami berdua adalah perantau,” bebernya.
Sebelum menuju Long Sului, Yuliana bersama dengan suaminya menunggu adanya kobil perusahaan untuk ikut naik ke sekolah. Begitu juga dengan pulangnya, jika tidak ada mereka bahkan sempat bermalam.
Pernah suatu ketika, saat keduanya bermalam di suatu pendopo di dekat sungai, sang suami bermimpi sedang terapung. Kemudian Keduanya terbangun, dan ternyata benar, bahwa saat itu kondisi sudah banjir. Sebab, wilayah Kelay hingga saat ini masih menjadi wilayah rawan banjir.
Hingga akhirnya, mobil perusahaan tersebut tidak bisa lagi beroperasi.
Kemudian, meski lupa di tahun pastinya, Yuliana menyewa mobil selama sebulan sebesar Rp 150 ribu dan hingga kini mencarter kapal sebulan sebesar Rp 3 juta untuk penyebrangan.
“Sekarang, kami sudah di Long Sului, suami saya sudah pindah tapi juga masih di Kelay. Kadang pakai penyebrangan dengan kapal kalau ambil gajian di Tanjung Redeb. Tidak ada akses mudah, jaringan juga sudah rusak. Dulu sempat ada,” bebernya.
Selama Yuliana turun ke Tanjung Redeb, banyak warga yang ikut menitip untuk berbelanja, begitu juga dirinya pasti akan memanfaatkan waktu untuk membeli bahan pakan yang masih kurang tersedia.
Walaupun, keseluruhan masyarakat di Kelay, punya pekerjaan untuk berburu dan berkebun.
“Ya begitulah kira-kira sejak awal untuk mengajar penuh dengan perjalanan panjang, tapi anak-baak di sini harus tetap mendapatkan pendidikan,” ungkapnya.
Saat ini, murid di SDN 002 Long Sului, hanya sebanyak 30 murid, dan Yuliana mengajar untuk anak kelas satu.
Baca juga: DPPKBP3A Berau Prihatin, Kasus Prostitusi Online di Bawah Umur dan Pemerkosaan Marak
Tidak hanya akses yang sulit, adapun ditemui oleh Yuliana, tidak sedikit dari anak-anak muridnya yang sulit untuk ke sekolah. Alasannya tentu saja ikut orangtua untuk bekerja di kebun.
Tidak jarang juga, Ia membuka kelas hingga ke dalam hutan, agar anak-anak bisa tetap belajar. Dan hal itu sudah jauh berlangsung sejak sebelum pandemi Covid-19 hadir.
“Saya kadang ajak semua murid ke tempat orangtua mereka kerja, kita belajar semua di sana, tapi tetap harus sekolah. Saya tidak mau ada yang ketinggalan sekolah. Sayang foto-foto belajar di hutan sudah habis kebanjiran Februari awal tahun kemarin, padahal itu kenangan yang saya ingin perlihatkan ke masyarakat,” ungkapnya.
Meski begitu, yang terpenting bagi Yuliana, belajar harus menjadi kebutuhan utama untuk anak-anak Long Sului.
“Saya ikut sedih, ketika sudah lulus SD, ada yang tidak melanjutkan SMP karena jauh. Ada yang langsung ikut membantu orangtua bekerja, dan ada yang menikah juga. Ini sebenarnya yang harus menjadi perhatian dari pemerintah,” tegasnya.
Sejauh ini, Yuliana banyak menyaksikan guru yang bergantian masuk untum mengabdi di sana. Untuk sekarang saja, hanya terdapat 4 guru honorer lainnya dan kepala sekolah yang berstatus PNS.
Jika ditanya mengenai status kepegawaiannya tersebut, Yuliana belum berkesempatan dalam pengangkatan tahun 2006 saat itu.
Tetapi hal itu tidak mengecilkan hatinya. Ia hingga kini terbukti mengabdi dengan suka cita dan penuh harapan besar.
“Walaupun kami di daerah terpencil susah kendaraan, banyak kendala di jalanan untuk mengajar disitu, yang saya pikirkan adalah bagaimana caranya orang kampung tetap dapat pendidikan,” tutupnya. (*)
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel