IKN Nusantara
Aku Rukun, Tonjolkan Desain Keragaman Beragama Indonesia di Desain IKN Nusantara
Aku Rukun, tonjolkan desain keragaman beragama Indonesia di desain IKN Nusantara
Penulis: Rafan Arif Dwinanto | Editor: Robin Ono Saputra
TRIBUNKALTIM.CO - Para pemenang sayembara konsep perancangan kawasan dan bangunan gedung di Ibu Kota Nusantara atau IKN Nusantara telah diumumkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPRR), Selasa (28/6/2022).
Dilansir dari Kompas.com, desain yang disayembarakan terdiri dari Kompleks Istana Wakil Presiden (Wapres), Perkantoran Legislatif, Yudikatif, serta Peribadatan.
Sayembara ini mulai dibuka pada 28 Maret 2022 lalu, hingga akhirnya ditetapkan pemeringkatan tiga karya terbaik pada 20 Juni 2022-22 Juni 2022 oleh Menteri PUPR Basuki Hadimuljono bersama dengan dewan juri.
Salah satu pemenang desain sayembara konsep perancangan kawasan dan bangunan gedung di IKN Nusantara adalah Aku Rukun.
Baca juga: Lanal Balikpapan Bakal jadi Lantamal, Kekuatan Pertahanan Laut IKN Nusantara
Karya firma arsitektur Titik Garis Bidang ini menempati posisi juara dua dalam kategori Kompleks Peribadatan pada sayembara yang diselenggarakan oleh Kementerian PUPR tersebut.
Setidaknya, ada 13 arsitek Titik Garis Bidang yang terlibat dalam rancangan Aku Rukun.
Mereka adalah Mei Mumpuni, Rego Nugroho, Iko Daeng, Dhanendra Prathama, dan Bondan Ramadhana.
Kemudian, Niken Larasati, Josia Rastandi, Darmawan David, Feri Susanto, Agus Setiawan, Faris de Indonesia, serta Nindya Pratiwi.
Prinsipal Titik Garis Bidang Mei Mumpuni menjelaskan latar belakang dari tema desain kompleks peribadatan yang diusulkan tersebut.
Baca juga: BPN Siapkan Lahan, IKN Nusantara Punya Bandara VVIP Plus Pangkalan TNI Angkatan Udara
Menurutnya, kemajemukan beragama di Indonesia adalah rahmat dari Tuhan Yang Maha Esa (YME) yang harus disyukuri.
"Melalui perbedaan, kita bisa saling memberi dan saling menerima, saling asah, asih, dan asuh yang disertai dengan semangat persaudaraan yang tinggi dalam bingkai Indonesia," ungkapnya kepada Kompas.com, Sabtu (2/7/2022).
Salah satu solusi dalam menghadapi tantangan kehidupan umat beragama di Indonesia adalah menjalin kerukunan.
Dalam Indeks Kerukunan Umat Beragama (KUB) di Indonesia memang cukup tinggi yaitu 73,83 (rentang 0–100).
Baca juga: Perintah Khusus Jokowi ke Polri, Amankan Pembangunan IKN Nusantara Agar Tepat Waktu
Ini merupakan Data Pusat Penelitian dan Pengembang (Puslitbang) Kementerian Agama (Kemenag) pada tahun 2019 silam.
Namun, hal ini justru menjadi sebuah pekerjaan besar bagi untuk tetap menjaga stabilitas kerukunan umat beragama pada masa mendatang.
"Dengan dasar pemikiran ini, kami mengusulkan kerukukan umat bergaama sebagai tema desain kompleks peribadatan IKN," tambah Mei.
Dalam konsep beragama, terdapat hubungan yang erat antara Tuhan YME, manusia, dan alam semesta. Hubungan tersebut terpola tiga arah yaitu hubungan dengan Tuhan sebagai makhluk ciptaannya.
Kemudian, hubungan dengan manusia sebagai makhluk sosial, dan hubungan dengan alam semesta sebagai makhluk Tuhan yang mengatur dan memanfaatkan kekayaan alam.
Setidaknya, ada enam agama yang diakui di Indonesia mempunyai tata cara beragama (ibadah) yang berbeda dan memiliki kekhasan masing-masing.
Baca juga: IKN Nusantara di Kalimantan Timur Pegang 5 Prinsip Konsep Desain, Simak Penjelasannya
Keenamnya mengusung hubungan tiga arah tersebut. Sehingga, pola hubungan ini menjadi konsep dasar Titik Garis Bidang dalam merancang dan menata kawasan bangunan peribadatan yang harmonis dan bermanfaat.
Dengan begitu, tiga pola ini dengan cara menempatkan fungsi ibadah utama pada kontur atau posisi tertinggi pada masing lahan bangunan peribadatan untuk hubungan dengan Tuhan YME.
Untuk pola hubungan dengan alam, memanfaatkan kondisi yang berkontur semaksimal mungkin.
Lalu, memasukkan sinar matahari sebanyak mungkin ke dalam bangunan, dan menciptakan visual ke alam sekitar di masing-masing ruang peribadatan sebagai bentuk rasa syukur, serta memanfaatkan teknologi ramah lingkungan.
Sementara pola hubungan dengan manusia diwujudkan dengan menciptakan sirkulasi manusia (pedestrian) yang menghubungkan semua bangunan peribadatan.
Sehingga, lokasi kompleks rumah peribadatan menjadi salah satu simpul tengaran penting pada Sumbu Kebangsaan untuk mencerminkan konsep citra kebangsaan pada segmen tematik 4, yaitu Kebhinekaan Indonesia serta Rumpun Keragaman.
Dengan demikian, dapat menjadikan kesatuan tidak terpisahkan dari konsep Sumbu Kebangsaan secara utuh dan keseluruhan. (*)