Berita Kukar Terkini
Kisah Guru SD di Marangkayu Kukar, Ajarkan ke Siswa soal Dampak Tambang Ilegal Batu Bara
Ada kisah guru di Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur yang menceritakan pengalaman mengajar
Saat ini Nanang menjadi Fasilitator Guru Praktik untuk Kabupaten Sumenep, dikatakan Nanang, juga turut membagikan praktik baik di Tanoto Foundation, seperti pembelajaran aktif, pojok baca, dan karya siswa.
“Saya salut, ada yang dibimbing, sudah S2, tapi tetap mau mempelajari hal-hal baru," ujarnya.
"Dosen tersebut merasa belum penuh dengan pengalamannya,” ungkap Nanang menceritakan pengalamannya membimbing pendidik di Kabupaten Sumenep
Pembelajaran Proyek Batu Bara
Sejauh apapun, Nanang Nuryanto melangkah, ia tetap mengutamakan kualitas pembelajaran yang berlangsung di SDN 021 Marangkayu. Minggu lalu, Nanang mengajak siswanya untuk mengunjungi desa yang terdampak batu bara.
Sebanyak 31 siswa berjalan kaki sepanjang 3.5 km dari sekolah. Dalam pembelajaran ini, Nanang ingin siswanya mendapatkan beberapa karakter yang tertuang di profil Pancasila, yaitu kritis, gotong royong, dan mandiri.
Jalanan menuju desa tersebut rusak, banyak debu lalu lalang. Para siswa mengunjungi salah satu rumah di desa itu.
Baca juga: Kontribusi Perusahaan Batu Bara, Mau Wujudkan IKN Nusantara Jadi Kota Hutan Pintar
Siswa dipersilakan mengekspresikan rasa penasarannya apa yang terjadi di desa tersebut dan kenapa berbeda dengan desa yang ditinggali para siswa.
Dari diskusi penduduk, terdapat tambang illegal di desa tersebut. Makanya, banyak debu hitam.
Tentunya, kata Nanang, ini mengancam kesehatan penduduk sekitar, karena operasi tambang tidak mempertimbangkan keselamatan dan kesehatan sekitar.
Digali lebih dalam, penduduk mendapatkan ganti rugi dan kompensasi debu untuk membiarkan proses itu terjadi.
Baca juga: Di Mata Najwa, Warga Rusunawa Keluhkan Dampak yang Ditimbulkan oleh Batu Bara di Pelabuhan Marunda
Saat ini, tambang ilegal tersebut ditutup. Pada bagian refleksi perjalanan, Nanang bertanya kepada seluruh siswa mengapa lebih baik tambang tersebut ditutup.
Siswa menjawab setuju bahwa operasi tambang itu lebih banyak membawa keburukan daripada kebaikan karena dilakukan ilegal tanpa pertimbangan keselamatan.
“Yang untung sedikit saja, tapi yang menghirup udara kotor batu baranya satu desa,” tutup Arman, salah satu siswa Rais.
(TribunKaltim.co/Budi Susilo)
Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel