Berita Paser Terkini

Pengrajin Atap Daun Nipah, Salah Satu Bisnis UKM Paser yang Tak Tergerus Zaman

Meski berbagai industri telah menciptakan berbagai produk dengan bahan berkualitas, rupanya atap dari daun Nipah masih di cari berbagai kalangan.

Penulis: Syaifullah Ibrahim | Editor: Aris
TRIBUNKALTIM.CO/SYAIFULLAH IBRAHIM
Salah satu warung yang masih menggunakan atap Daun Nipah yang ada di Desa Sungai Tuak, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur, Jumat (12/8/2022). (TRIBUNKALTIM.CO/SYAIFULLAH IBRAHIM). 

TRIBUNKALTIM.CO, TANA PASER - Meski berbagai industri telah menciptakan berbagai produk dengan bahan berkualitas, rupanya atap dari daun Nipah masih banyak di cari berbagai kalangan masyarakat.

Tak sedikit cafe-cafe modern maupun rumah makan menggunakan daun Nipah sebagai atap guna menambah nuansa estetik, yang dapat memanjakan mata pengunjung.

Nipah merupakan tumbuhan jenis palem (palma) biasanya tumbuh dilingkungan hutan bakau daerah pasang surut tepian sungai. Karena memiliki banyak kegunaan, tak sedikit warga biasa memanfaatkan daun nipah tersebut menjadi atap.

Baca juga: Dugaan Asusila Kakek kepada Anak-anak SD di Penajam Paser Utara, Psikiater Diterjunkan

Seperti yang dilakukan Rahma, warga RT 4 Gang Rawa Singgah, Desa Rantau Pajang, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Kalimantan Timur.

Ia mengaku melakoni Usaha Kecil Menengah (UKM) berupa Kerajinan daun nipah sebagai profesi yang digeluti dari warisan turun-temurun orangtuanya.

Sekitar 40 tahun lalu semasa anak-anak, Rahma sudah mulai belajar dan membantu orangtuanya menjahit daun nipah menjadi atap. Saat itu, atau sebelum tahun 90-an masih banyak rumah warga utamanya di pedesaan menggunakan atap nipah.

Baca juga: Buka High Level Meeting, Bupati Paser Berharap TP2DD Percepat Pembangunan Digitalisasi Daerah

"Ini usaha turun temurun dari orang tua, yang jelas saya sudah bekerja atap daun nipah ini sejak kecil sekitar 40 tahun lalu sampai sekarang," kata Rahma, Jumat (12/8/2022).

Untuk mendapatkan daun nipah, wanita pekerja keras ini harus menelusuri sungai Kandilo di pagi hari menggunakan perahu ketinting dengan waktu tempuh sekitar satu jam.

Kemudian, setelah beberapa jam mengumpulkan daun nipah Rahma pun kembali sebelum waktu Zuhur.

"Dari sini jam 08.00 berangkat melalui jalur sungai menggunakan perahu ketinting, jam 11.00 sudah ada di rumah kembali. Dapat daun nipah kadang 5 sampai 6 ikat, isinya satu ikat itu sekitar 20 lembar daun nipah," terangnya.

Baca juga: Sat Resnarkoba Polres Paser Amankan Pasutri Diduga Edarkan Sabu

Setelah bahan baku berupa daun nipah itu sudah berada di rumah atau dilokasi, proses pembuatan atap mulai dilakukan, dengan menggunakan tulangan bambu sepanjang 1,4 meter.

Setelah itu, satu-persatu daun nipah dilipat lalu dijahit saling berhubungan antara satu dengan daun lainnya.

"Satu lembar atap daun nipah hanya memerlukan waktu sekitar 5 menit, rata-rata setiap orang bisa mengerjakan 25 hingga 100 lembar bagi yang cepat perharinya," kata Rahma.

Untuk karyawan kata Rahma, ada sebanyak 10 orang, namun jika orderan banyak pekerjanya bisa sampai 15 orang, dengan jumlah karyawan sebanyak itu per harinya dapat memproduksi 10 ribu lembar atap daun nipah.

Baca juga: Buka High Level Meeting, Bupati Paser Berharap TP2DD Percepat Pembangunan Digitalisasi Daerah

Upah untuk tiap karyawan dihitung perlembar dengan besaran Rp 500, jika karyawan memproduksi 100 lembar maka upahnya Rp 50 ribu.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved