Perajin Atap Daun Nipah, Bisnis UKM Paser yang Tak Tergerus Zaman

Atap dari daun Nipah masih banyak dicari berbagai kalangan masyarakat karena memiliki banyak kegunaan.

Penulis: Syaifullah Ibrahim | Editor: Diah Anggraeni
Tribunkaltim.co/Syaifullah Ibrahim
Salah satu warung yang masih menggunakan atap daun Nipah yang ada di Desa Sungai Tuak, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser, Minggu (17/7/2022).  

TRIBUNKALTIM.CO - Berbagai industri telah menciptakan berbagai produk dengan bahan berkualitas.

Meski demikian, atap dari daun Nipah masih banyak dicari berbagai kalangan masyarakat.

Tak sedikit kafe modern maupun rumah makan menggunakan daun Nipah sebagai atap, guna menambah nuansa estetik, yang dapat memanjakan mata pengunjung.

Baca juga: Sambut IKN, UMKM di Penajam Paser Utara Dilatih Melek Digital

Nipah merupakan tumbuhan jenis palem (palma) yang biasanya tumbuh di lingkungan hutan bakau daerah pasang surut tepian sungai.

Karena memiliki banyak kegunaan, tak sedikit warga biasa memanfaatkan daun nipah tersebut menjadi atap.

Seperti yang dilakukan Rahma warga RT 4 Gang Rawa Singgah, Desa Rantau Pajang, Kecamatan Tanah Grogot, Kabupaten Paser.

Ia mengaku melakoni usaha kecil dan menengah (UKM) berupa kerajinan daun nipah sebagai mata pencaharian secara turun-temurun.

Sekitar 40 tahun lalu atau tepatnya semasa anak-anak, Rahma sudah mulai belajar dan membantu orangtuanya menjahit daun nipah menjadi atap.

Saat itu sebelum tahun 90-an memang masih banyak rumah warga, utamanya di pedesaan menggunakan atap nipah.

"Ini usaha turun temurun dari orangtua, yang jelas saya sudah bekerja atap daun nipah ini sejak kecil sekitar 40 tahun lalu sampai sekarang," kata Rahma, Jumat (17/7/2022).

Baca juga: Buka High Level Meeting, Bupati Paser Berharap TP2DD Percepat Pembangunan Digitalisasi Daerah

Untuk mendapatkan daun nipah, wanita pekerja keras ini harus menelusuri Sungai Kandilo di pagi hari menggunakan perahu ketinting dengan waktu tempuh sekitar satu jam.

Kemudian, setelah beberapa jam mengumpulkan daun nipah, Rahma pun kembali sebelum Zuhur.

"Dari sini jam 08.00 berangkat melalui jalur sungai menggunakan perahu ketinting, jam 11.00 sudah ada di rumah kembali. Dapat daun nipah kadang 5 sampai 6 ikat, isinya satu ikat itu sekitar 20 lembar daun nipah," terangnya.

Setelah bahan baku berupa daun nipah itu sudah berada di rumah atau di lokasi, proses pembuatan atap mulai dilakukan dengan menggunakan tulangan bambu sepanjang 1,4 meter.

Setelah itu, satu per satu daun nipah dilipat, lalu dijahit saling berhubungan antara satu dengan daun lainnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved