Berita Ekbis Terkini

Isu Harga Pertalite Naik Ramai Beredar, Penjelasan Pertamina, Ekonom: Perlu Realokasi Anggaran

Isu harga Pertalite naik ramai beredar, berikut ini penjelasan Pertamina. Ekonom mengatakan perlu ada realokasi anggaran ke subsidi energi.

Editor: Amalia Husnul A
Tribun Jateng/Hermawan Handaka
Ilustrasi. Suasana di SPBU COCO 41502.02 Sultan Agung Kota Semarang, November 2020 lalu. Isu harga Pertalite naik ramai beredar, berikut ini penjelasan Pertamina. Ekonom mengatakan perlu ada realokasi anggaran ke subsidi energi. 

Ia berharap revisi perpres bisa rampung bulan ini.

"Kita harus ubah Perpres dulu, mudah-mudahan (bulan ini selesai) karena harus sosialisasikan dulu," kata Arifin.

Realokasi Anggaran

Dikutip TribunKaltim.co dari kompas.com, Pemerintah dinilai perlu untuk mempertahankan harga bahan bakar minyak (BBM) PT Pertamina (Persero) jenis Pertalite di level Rp 7.650 per liter.

Ini guna meredam laju inflasi, di mana pada saat bersamaan menjaga daya beli masyarakat.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Nailul Huda mengatakan, kenaikkan harga Pertalite dapat mendongkrak pertumbuhan indeks harga konsumen (IHK).

Menurutnya, hal itu berpotensi membua laju inflasi menembus angka 7 persen secara tahunan (year on year/yoy).

"Saat ini inflasi kita sudah mencapai 4,94 persen dan jika ada kenaikkan BBM akan membuat inflasi semakin tinggi. Bisa mencapai lebih dari 7 persen jika Pertalite dinaikkan," ujar dia, kepada Kompas.com, Selasa (16/8/2022).

Nailul menyadari, apabila pemerintah tidak melakukan penyesuaian harga Pertalite, anggaran subsidi BBM akan semakin membengkak.

Asal tahu saja, sampai saat ini pemerintah sudah menganggarkan Rp 502 triliun untuk subsidi energi termasuk BBM.

Oleh karenanya, Nailul merekomendasikan kepada pemerintah untuk melakukan penyesuaian harga bensin selain Pertalite, seperti Pertamax, yang saat ini harganya masih lebih rendah dibanding bensin sejenis yang dijual oleh badan usaha penyedia BBM lainnya.

Kenaikkan harga Pertamax memang berpotensi menyebabkan adanya pergeseran konsumsi bensin menuju Pertalite. Ini yang perlu menjadi perhatian pemerintah nantinya.

"Saya merasa jika harga Pertalite dinaikkan akan menjadi beban bagi masyarakat dan konsumsi rumah tangga bisa terkontraksi, ini berbahaya bagi pertumbuhan ekonomi yang tengah membaik," tutur Nailul.

Sementara itu, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan, di tengah ancaman inflasi global, pemerintah perlu mempertahankan, bahkan menambah anggaran subsidi BBM.

Hal itu bisa dilakukan oleh pemerintah dengan melakukan relokasi anggaran belanja, khususnya yang berkaitan dengan proyek pembangunan.

Halaman 3/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved