Berita Kukar Terkini
Pesut Mahakam di Ambang Kepunahan, Peneliti Sebut Penyebab Kematian Tertabrak Tongkang Batubara
Keberadaan pesut mahakam menjadi daya tarik bagi warga di Hulu Mahakam. Tak jarang, mereka terlihat berkejar-kejaran di sungai, sambil sesekali melo
Penulis: Miftah Aulia Anggraini |
TRIBUNKALTIM.CO, TENGGARONG - Keberadaan pesut mahakam menjadi daya tarik bagi warga di Hulu Mahakam.
Tak jarang, mereka terlihat berkejar-kejaran di sungai, sambil sesekali melompat.
Namun keberadaan hewan endemik di Kalimantan Timur ini kian punah, kemunculan pesut Mahakam pun sangat jarang dijumpai karena populasinya yang makin terancam.
Bahkan pesut mahakam sudah di ambang kepunahan, salah satu penyebab kematian pesut karena tertabrak tongkang batubara.
Banyak tongkang batubara yang berseliweran di Sungai Mahakam membuat beberapa ekor pesut mati karena tertabrak.
Baca juga: Ketua DPRD Kukar Abdul Rasid Dukung Perlindungan Pesut Mahakam

Yayasan Konservasi Rare Aquatic Species of Indonesia (YK-RASI) mencatat ada 67 ekor pesut mahakam pada akhir 2021 lalu.
Peneliti pesut di Sungai Mahakam, Danielle Kreb mengatakan, monitoring ini dilakukan dengan metode yang lebih akurat.
Identifikasi pesut mahakam yang penampakannya tertangkap kamera, dilakukan dengan metode yang sudah berstandar.
Dalam enam tahun terakhir, jumlah pesut mahakam tercatat fluktuatif, dari 61–75 ekor tiap tahun. Adapun jumlah kelahiran pesut, rata-ratanya lima ekor per tahun.
"Angka kematiannya juga sama," ujar Danielle Kreb.
Baca juga: Inilah Biaya dan Cara Berwisata ke Desa Pela Kukar, Surganya Pesut Mahakam
Menurutnya, jumlah populasi hewan bernama latin Orcaella brevirostris di Sungai Mahakam itu sudah di ambang kepunahan.
Danielle menjelaskan, ada beragam penyebab kematian pesut. Tak bisa dipungkiri, sebab kematian pesut mahakam ini banyak berkaitan dengan aktivitas manusia, salah satunya terjerat jaring nelayan.
Tahun lalu saja, ada dua ekor pesut mati karena terperangkap jaring.
Penyebab kematian lainnya adalah pesut mengonsumsi racun ikan, penyetruman ikan, dan tertabrak kapal-kapal tongkang batu bara.
“Pada Agustus 2022, ada satu bayi pesut mati. Penyebabnya belum diketahui,” katanya.