Tragedi Arema vs Persebaya

14 Siswa Tewas dalam Tragedi Stadion Kanjuruhan, Orangtua tak Sangka Anaknya di Ruang Jenazah

Selain itu tercatat enam siswa SMK Muhammadiyah yang luka-luka karena terkena gas air mata, sesak napas dan luka karena terinjak

Editor: Budi Susilo
Kolase Surya
Foto kanan: pelajar Kota Malang yang jadi korban tragedi Arema vs Persebaya. Sumiarsih, ibunda Ibnu Muhammad Rafi, korban tewas tragedi Arema vs Persebaya di stadion Kanjuruhan, Kota Malang, Jawa Timur. 

TRIBUNKALTIM.CO, MALANG - Usai laga Liga 1 Arema FC vs Persebaya Surbaya menjadi petaka yang tidak disangka-sangka. 

Saat itu usai laga Arema FC vs Persebaya Surabaya pecah, ada tindakan rusuh di stadion meskipun kala itu tidak ada suporter Persebaya Surabaya. 

Usut punya usut, banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya keruwutan di Stadion Kanjuruhan, antara lain gas air mata dan akses pintu keluar stadion yang sulit dijangkau. 

Kontan saja hal itu kemudian membuat korban jiwa yang tidak sedikit. Satu di antaranya ada remaja yang jadi korban, masih duduk di bangku sekolah menengah. 

Baca juga: Borneo FC Turut Berduka Atas Tragedi Kanjuruhan, Ponaryo: Ini Duka Semua Pelaku Sepak Bola Tanah Air

Inilah kisah cerita korban meninggal, tragis menonton sepakbola di Kanjuruhan Malang, sang orangtua sedih sangat mendalam. 

Sumiarsih berusaha tegar di hadapan para pencari berita. Wanita ini sangat sedih salah satu buah hatinya menjadi korban tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur.

Putranya, Ibnu Muhammad Rafi, menjadi salah satu korban dari 125 Aremania yang tewas usai laga Arema vs Persebaya Surabaya pada Sabtu (2/10/2022).

Rai yang siswa SMAN 10 salah satu korban yang meninggal diduga karena gas air mata yang ditembakkan polisi.

"Rafi di kelas ekonomi. Sama kakaknya sudah mau dibelikan di kelas VIP tapi ia minta di kelas ekonomi karena bersama teman-temannya," kata ibu tiga anak ini.

Sampai kemudian ada kerusuhan di stadion, kakak Rafi menelpon ibunya dan mengabarkan tentang kondisi di stadion yang rusuh parah.

Baca juga: Jokowi Datangi Keluarga Aremania Korban Tewas Tragedi Kanjuruhan dan Beri Santunan

Saat itu pukul 23.00 WIB. Kakaknya mencari Rafi dan tidak tahu kemana. Ditelpon juga tidak diangkat.

Kakaknya minta ibunya menelpon Rafi. Tapi kemudian ada nomer tidak dikenal masuk ke nomer HP-nya dan tidak ia angkat.

Ia memutuskan menelpon HP Rafi. "Sekali saya telpon, langsung diangkat. Tapi yang mengangkat perempuan," jelas Cece.

Wanita berhijab ini menanyakan mengapa HP anaknya kok dijawab suara perempuan.

Perempuan itu bertanya apakah ia ibunya Rafi. Ia menjawab iya.

Lalu ia diminta ke RSI Gondanglegi segera. Karena ia di Sawojajar dan jauh dari Gondanglegi, ia minta dua anaknya mencari Rafi di RSI Gondanglegi. Keluarga menyangka awalnya Rafi hanya dirawat.

Baca juga: Imbas Tragedi Kanjuruhan, Kapolres Malang Dicopot dan 9 Komandan Brimob di Polda Jatim Dinonaktifkan

Tapi ketika dicari di ruang perawatan tidak ada. Kemudian petugas RS menyarankan ke kamar jenazah. Kakaknya mencari kesana.

"Awalnya ya tidak menemukan. Karena saat dibuka kantong jenazah sampai leher kok beda," terangnya.

Hal ini karena korban tragedi ini terutama yang kena gas airmata, wajahnya menghitam dan melembung.

Karena gak enak hati, kakaknya kembali lagi melihat jenazah adiknya. Kantung jenazah dibuka sampai dada dan baru ketahuan jika itu Rafi.

"Kakaknya ya nangis. Saya dikabari ya nangis," kenangnya.

Anak bungsunya saat berangkat nonton memakai kaos biru Arema.

Ia lalu meminta jenazah Rafi segera dibawa pulang ke Sawojajar.

Dari pihak RS memang minta jenazahnya divisum. Tapi ia menolak. Alasan RS agar dilakukan visum agar dapat ganti asuransi.

"Tapi saat itu saya gak mikir lagi soal asuransi. Tapi bagaimana anak saya cepat pulang," imbuhnya.

Baca juga: Prihatin Atas Tragedi Kanjuruhan Malang, Jakariya Sebut Potensi Berdampak ke Porprov Kaltim 2022

Sehingga ia masih membayar biaya administrasi dan ambulans. Rafi dimakamkan di TPU Sawojajar di JL Sawojajar gg 19 pada Minggu pagi (2/10/2022) jam 09.00 WIB.

Saat dimandikan, ia melihat ada luka memar hitam di samping leher.

Selain itu keluar darah pada kedua telinganya.

Bahkan saat dimandikan, darah itu keluar terus.

Dari keterangan dua kakak Rafi pada Cece, suasana di stadion awalnya baik-baik saja. Penonton tertib. Tapi kemudian ada suporter yang ke lapangan dan kemudian ditarik ke tribun.

Lalu ada aksi penyemprotan gas airmata ke tribun.

"Kok gak air saja," cetusnya.

Ia melihat kejadian di Kanjuruhan sangat tragis karena banyak nyawa melayang.

Sumiarsih, ibunda Ibnu Muhammad Rafi, korban tewas tragedi Arema vs Persebaya di stadion Kanjuruhan, Kota Malang. Foto kanan: pelajar Kota Malang yang jadi korban tragedi Arema vs Persebaya.

Rumah Rafi banyak dikunjungi pentakziah. Termasuk guru-guru di SDN Sawojajar 6 dimana ia adalah alumnusnya.

Tiga guru awalnya datang agak siang tapi Ibu Rafi sedang menerima bantuan dari Mensos.

Kemudian kembali lagi agak sore dengan empat guru. Salah satu guru Rafi di SD itu adalah Nita yang pernah jadi wali kelas 3.

Baca juga: Tommy Inginkan Samarinda jadi Surganya Bagi Semua Suporter Klub, Cinta Damai

"Saya kalau mengingat kejadian ini jadi merinding dan ingat Rafi saat kelas 3 SD dulu. Anaknya aktif dan punya banyak kawan. Ia juga aktif di kesenian hadrah," ceritanya. Rafi berperawakan kecil. Meski sudah lulus, tapi sebagai alumnus kadang ia main ke sekolah.

Ia juga membaca berita di media soal kejadian di Kanjuruhan itu. Termasuk ada nama muridnya sehingga tahu jika Rafi jadi korban. 

14 Siswa Tewas

Tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur ternyata memakan korban sebanyak 14 siswa di Malang.

Kerusuhan setelah laga Arema vs Persebaya tersebut memakan korban setidaknya 125 orang suporter Arema FC atau Aremania pada Sabtu (2/10/2022).

Baca juga: Pelatih Arema Javier Roca Menangis Cerita Tragedi Kanjuruhan, Aremania Meninggal di Pelukan Pemain

Ke-14 siswa tersebut adalah pelajar SMP dan SMA dari beberapa daerah di Kota Malang.

Menurut Ketua MKKS SMKN Kota Malang, Hari Mulyono. pelajar yang meninggal dunia berasal dari sekolah negeri dan swasta.

Baca juga: Tragedi Arema vs Persebaya Hari Ini: 127 Tewas, Jadi Laga Sepakbola Paling Mematikan dalam Sejarah

"Meski bersekolah di Kota Malang, namun ada yang rumahnya di Kabupaten Malang," katanya, Senin (3/10/2022).

Berikut sebagian daftaranya:

- Clarita Discha Nophia Putri | SMKN 2 | Warga Dukuh Jemuraran, Desa Sukodadi, kecamatan Wagir, Kabupaten Malang

- Hildan Agit Agista | SMKN 2 | Warga Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang

- Tegar Ardian Yoga | SMKN 2 | warga Jalan Pdek No 22, Dusun Bunder, Pakistaji, Kabupaten Malang.

- Ibnu Muhammad Rafi | SMAN 10, Gilang Surya Ramdhan | SMKN 8

- Citra Ayu Amelia | SMKN 7

Korban meninggal lainnya adalah dua siswa dari SMKN 4, satu siswa dari SMKN 5 dan satu siswa dari SMK PHRI 2.

Lalu di SMKN 9 ada satu siswa meninggal dan serta satu siswa SMPN 8 yang juga tewas.

Sementara di SMKN Muhammadiyah tercatat satu siswa meninggal dunia.

Sedangkan siswa yang mengalami luka-luka, diantaranya enam soiswa dari SMKN 2 yang patah tulang hingga dirawat di RS Ramdani Husada dan RSAA.

Selain itu ada yang dirawat di rumah karena terluka akibat pukulan di kepala, terbentur hingga terkilir.

Selain itu tercatat enam siswa SMK Muhammadiyah yang luka-luka karena terkena gas air mata, sesak napas dan luka karena terinjak.

Ada juga yang retak tulang rusuk dan tangan kanan.

Untuk di SMKN 7, ada empat siswa yang mengalami luka-luka dan di SMKN 6 ada enam siswa yang terluka.

Di SMKN 5 ada satu siswa terluka dan di SMKN 4 ada empat pelajar yang terluka.

Korban meninggal lainnya adalah dua siswa dari SMKN 4, satu siswa dari SMKN 5 dan satu siswa dari SMK PHRI 2.

Lalu di SMKN 9 ada satu siswa meninggal dan serta satu siswa SMPN 8 yang juga tewas.

Sementara di SMKN Muhamaddiyah tercatat satu siswa meninggal dunia.

Sedangkan siswa yang mengalami luka-luka, diantaranya enam siswa dari SMKN 2 yang patah tulang hingga dirawat di RS Ramdani Husada dan RSAA.

Selain itu ada yang dirawat di rumah karena terluka akibat pukulan di kepala, terbentur hingga terkilir.

Selain itu tercatat enam siswa SMK Muhammadiyah yang luka-luka karena terkena gas air mata, sesak napas dan luka karena terinjak.

Ada juga yang retak tulang rusuk dan tangan kanan.

Untuk di SMKN 7, ada empat siswa yang mengalami luka-luka dan di SMKN 6 ada enam siswa yang terluka.

Di SMKN 5 ada satu siswa terluka dan di SMKN 4 ada empat pelajar yang terluka.

(Sylvianita Widyawati/Musahadah)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Dikira Hanya Luka Ringan, Kakak Temukan Rafi Sudah Menjadi Jasad di Kamar Jenazah

Join Grup Telegram Tribun Kaltim untuk mendapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari. Caranya klik link https://t.me/tribunkaltimcoupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved