Berita Kaltim Terkini
Bontang Pilot Project Riset Bakteri Wolbachia untuk Nyamuk Aedes Aegypti
Penanganan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Kalimantan Timur terus menunjukkan grafik peningkatan signifikan
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Samir Paturusi
TRIBUNKALTIM.CO, SAMARINDA- Penanganan Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Kalimantan Timur terus menunjukkan grafik peningkatan signifikan.
Faktanya, pada semester awal rotasi kepemimpinan pejabat di Dinas Kesehatan (Dinkes) Kaltim memang dihadapkan tantangan DBD, Malaria hingga pandemi Covid-19 yang urung berakhir menjadi endemi.
Kepala Dinkes Kaltim, dr. Mulaimin Jaya, tak memungkiri ada sejumlah kendala. Namun, ini diakuinya sebagai tantangan agar segera melakukan gerak cepat dan inovasi jajarannya.
Fokus pada DBD, dia menyampaikan bahwa pencegahan dan penanganan di Kabupaten/Kota yang melapor ke pihaknya, juga terus memperlihatkan kerja positif.
"Ada dua kota, ini menarik. Pertama Kota Samarinda bekerja suatu lembaga terkait dengan uji varian dengue, DBD ini kan ada varian ini, D4 tidak berbahaya kalau meninggal faktornya banyak, nah kalau D2 itu tiruan. Kalau dikhawatirkan itu masyarakat tidak peduli. Ini sudah dilakukan setiap tahun oleh Samarinda," terangnya.
Baca juga: Fogging Dianggap Bukan Solusi Berantas DBD di Penajam Paser Utara
Baca juga: GAWAT, Tahun Ini Warga Terjangkit DBD di Bontang Capai 440 Kasus, 3 Orang Meninggal Dunia
Baca juga: DBD di Penajam Paser Utara Capai 43 Kasus, Kadinkes Sebut Upaya Pencegahan Bukan Dengan Fogging
"Di Kota Balikpapan ada pemberantasan sarang nyamuk, ada surat edaran dari Walikota inikan efektif. Termasuk abatisasi," sambung dr. Jaya.
Dua wilayah ini terlihat menonjol dibanding daerah lainnya, bukan karena tidak adanya penanganan dan pencegahan, tetapi lebih kepada Pemda-nya yang terus bersikap untuk terus mensosialisasi bahaya DBD.
dr. Jaya berharap daerah lain bisa mengikuti serta terus melakukan penanganan dan pencegahan ke masyarakat terkait DBD ini.
Sementara itu, Kota Bontang akan menjadi awal dari semua daerah yang dilakukan penelitian terkait bakteri Wolbachia pipientis yang dimasukkan ke dalam nyamuk Aedes Aegypti.
Riset ini sendiri diklaim berhasil menekan angka kasus infeksi demam berdarah dengue (DBD) hingga 77 persen.
Temuan tersebut menjadi harapan juga sebagai upaya eliminasi DBD di seluruh wilayah Indonesia.
Dalam informasi yang didapat, Proyek World Mosquito Program (WMP) Yogyakarta telah dilakukan sejak 2011.
Riset ini merupakan bagian rekayasa teknologi bakteri Wolbachia global yang dilakukan di 12 negara, hasil uji klinis penggunaan nyamuk Aedes ber-Wolbachia untuk menanggulangi DBD.
"Bontang pilot project nyamuk yang sudah diberi bakteri Wolbachia, namanya kan virus dengue, ini ada ditubuhnya nyamuk aedes aegypti, jadi si nyamuk diberi bakteri agar tidak virulence lagi," tegas dr. Jaya.
10 Kabupaten/Kota nantinya juga akan dijadikan pilot project Wolbachia pipientis, lanjut dr. Jaya, pertanyaannya kenapa Bontang, dia menyebut bahwa daerah ini menjadi salah satu wilayah penyebaran tertinggi DBD.