Berita Nasional Terkini
Rocky Gerung Komentari KTT G20: Side Event KTT Harusnya Ramah pada Masyarakat Sipil
Pengamat politik Rocky Gerung bersama Hersubeno Arief soroti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.
Penulis: Amilia Lusintha | Editor: Amilia Lusintha
TRIBUNKALTIM.CO - Pengamat politik Rocky Gerung bersama Hersubeno Arief soroti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali.
Jurnalis Senior Hersubeno Arief yang merupakan teman diskusi Rocky Gerung menyampaikan kekhawatirannya pada sisi domestik.
"Ada kecenderungan anti demokrasi, kemudian membenturkan sesama civil society (masyarakat sipil), atau rakyat dengan rakyat," kata Hersubeno Arief dalam tayangan Rocky Gerung Official pada Selasa, (15/11/2022).
Dalam tayangan tersebut, Hersubeno Arief juga menyoroti adanya pintu masuk Universitas Udayana (Unud) di tutup karena gelaran G20.
Terlebih lagi diskusi terbuka Mahasiswa Unud sempat diminta untuk melakukan screening dari pihak kampus, yang justru dibaca sebagai bentuk pembubaran diskusi tersebut.
Mengomentari hal tersebut, Rocky Gerung mengatakan bahwa terdapat penghinaan pada civil society.
"Ini semacam penghinaan pada masyarakat sipil, G20 itu di desain justru untuk menghidupkan pikiran alternatif," ujar Rocky Gerung.
Rocky Gerung mengatakan jika melihat KTT KTT lainnya, justru side event selalu ramah terhadap masyarakat sipil.
Disampaikan oleh Rocky Gerung bahwa para pemimpin dari G20 selain state administrator juga terdapat pebisnis yang ingin mendengar suara dari milenial, lingkungan, dan lainnya.
Dengan tujuan supaya para pebisnis ini mengetahui gaya bisnis apa yang akan dilakukan di masa depan.
Baca juga: Rocky Gerung: Ketidakhadiran Putin dan Zelensky dalam Forum G20 di Bali Tidak Ada Nilainya
"Itu yang gak terjadi di Bali, justru di halangi. Greenpeace gak boleh mengucapkan protes lingkungan," ujar Rocky Gerung.
Padahal menurut Rocky Gerung, banyak perusahaan besar yang sekarang ingin green economy dan mereka ingin tahu poin dari Greenpeace
"LBH punya dalil dari dulu bahwa G20 itu adalah kumpulan kapitalis, dan dikendalikan oleh negara besar," kata Rocky Gerung.
"Oleh karena itu, gak apa-apa mereka bersidang tetapi kami juga harus memprotes itu," lanjut Rocky Gerung.
Menurut Rocky Gerung, Human Rights harusnya dihormati karena dasar dalam bergaul menurutnya adalah apa alat ukur G20 tersebut.
Baca juga: Di G20, Jokowi Pastikan IKN Nusantara Siap Jadi Tuan Rumah Olimpiade 2036
"Kan mesti diukur dengan kemampuan menghidupkan solidaritas, kemampuan mengembalikan keasrian lingkungan, yang semua itu fungsi dari masyarakat sipil," ujar Rocky Gerung.
Rocky Gerung menyampaikan bahwa jika Bali disterilkan artinya yang berada di ruang sidang tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
"Itu bahayanya, kalau negara masuk ikut campur hanya karena ketakutan, takut data-data di Kalimantan dan Papua di bongkar oleh Greenpeace, sementara dua menteri yang menguasai dua lahan tersebut berada di dalam ruang sidang misalnya," komentar Rocky Gerung.
(*)