Mata Lokal Memilih

Ancaman Cak Imin terkait Isu Duet Prabowo - Ganjar Pranowo, Koalisi Gerindra dan PKB Terancam Pecah

Ancaman Cak Imin terkait isu perjodohan Prabowo - Ganjar Pranowo. Koalisi Gerindra dan PKB terancam pecah, lalu apa untung dan rugi kedua partai?

Editor: Amalia Husnul A
Instagram prabowo/cakiminnow-YouTube Najwa Shihab
Muhaimin Iskandar - Prabowo Subianto - Ganjar Pranowo. Ancaman Cak Imin terkait isu perjodohan Prabowo - Ganjar Pranowo. Koalisi Gerindra dan PKB terancam pecah, lalu apa untung dan rugi kedua partai? 

Umam membeberkan alasan mengapa koalisi ini hampir dipastikan bubar.

Mulanya, ia mengungkit bahwa pada awalnya, Cak Imin cukup legowo atau menerima menjadi cawapres Prabowo.

Baca juga: Gerindra dan PKB Masih Bersikukuh Calonkan Tokoh Masing-masing untuk Capres 2024, Koalisi Pecah?

Diketahui, Muhaimin didorong oleh PKB menjadi capres. Muhaimin sendiri juga percaya diri menjadi capres 2024.

"Namun Prabowo dan Gerindra sendiri tampak tidak percaya dengan kapasitas Cak Imin dalam mendongkrak elektabilitasnya guna memenangkan kontestasi Pilpres 2024," ujar dia.

Sehingga, lanjut Umam, meskipun sudah deklarasi koalisi, nama cawapres tetap dikosongkan.

Lebih lanjut, dia menilai Gerindra bermain dua kaki dengan tetap mencari tokoh potensial cawapres yang bisa membantu mewujudkan Prabowo sebagai Presiden.

"Ada nama Khofifah masuk dalam daftar nama potensial tersebut, termasuk nama Puan Maharani yang jelas memiliki mesin politik riil di PDI-P," papar Umam.

Kehilangan basis suara Nahdliyin

Di sisi lain, Umam mengungkapkan peluang untung rugi jika Prabowo Subianto tidak jadi menggandeng Muhaimin sebagai cawapres, melainkan dengan Ganjar Pranowo.

Menurutnya, Gerindra juga dinilai bakal kehilangan suara untuk memenangkan Prabowo.

Utamanya suara dari basis pemilih Islam.

"Yang pasti, jika Prabowo tidak jadi menggandeng Cak Imin, maka dukungannya dari basis pemilih Islam akan mengalami defisit," kata Umam.

Dia menilai, ada dua alasan mengapa suara dari basis pemilih Islam untuk Prabowo akan berkurang jika tak jadi menggandeng Muhaimin atau Cak Imin.

Pertama, kelompok Islam konservatif dinilai sudah terlanjur kecewa dengan pilihan Prabowo masuk di pemerintahan.

"Sedangkan basis pemilih Nahdliyyin selaku representasi dari kelompok Islam moderat tidak mudah dimobilisir karena Prabowo tidak menggandeng tokoh Nahdliyyin dan trauma para Kiai pasca Pemilu 2014 dan 2019 masih cukup kuat," tutur dia.

Adapun tokoh Nahdliyyin yang dimaksud yaitu Cak Imin yang juga warga Nahdlatul Ulama (NU).

Sebaliknya, Muhaimin disebut bebas mencari komposisi baru untuk merespons duet Prabowo-Ganjar.

PKB justru akan leluasa mencari komposisi baru itu dengan membangun narasi politik Islam moderat di panggung demokrasi Indonesia.

Baca juga: Respon PDIP, Demokrat dan PKB Soal Pertemuan Anies dengan Gibran, Pengamat: Bukan Cari Restu Jokowi

(*)

Mata Lokal Memilih Lainnya

Berita Prabowo Subianto Lainnya

Berita Ganjar Pranowo Lainnya

Berita Cak Imin Lainnya

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved