Berita Samarinda Terkini
KTNA Sebut Kaltim Suplus Padi Namun Faperta Unmul Ungkap Hal Lain
Dalam diskusi juga banyak membahas terkait sumber pangan serta apa yang dapat dikembangkan untuk energi baru di Kaltim
Penulis: Mohammad Fairoussaniy | Editor: Samir Paturusi
Bicara food estate ada tanah yang fungsional untuk digunakan langsung sektor pertanian ada juga yang belum siap atau lahan baru, lahan gambut yang baru dibuka ini sekarang yang sedang terus dikembangkan.
"Dalam ilmu pertanian butuh 35 tahun untuk mematangkam lahan tersebut (untuk subur), artinya masa adaptasi, itu tanah baru normal. Yang sekarang seperti di Cirebon, itu dulu tanah rawa, saya baca sejarah, belajar mengembangkan tanah dari situ, itu memang sudah berpuluh tahun dirawatnya," terang M. Yadi Sofyan Noor.
"Problem terbesar disitu pada saat menggunakan alat berat, itu melanggar budaya Kalimantan. Ada batasan pemakaian traktor. Nah dulu saat masuk krisis pangan stop, kita nggak gagal, lalu kembali proyek ini dilanjutkan dibawah kementerian pertahanan," sambungnya.
Proyek food estate yang dikatakan gagal di oleh beberapa pihak ditanggapi pula oleh Guru Besar Fapertan Unmul yang juga Dekan, Prof. Rusdiansyah.
Menurutnya bisa saja gagal karena sisi pengelolaan, pemerintah belum memaksimalkan kekurangan dalam pematangan lahan untuk digarap.
Dalam segi penelitian, pihaknya ingin ada pengelolaan serius dalam segi pemaksimalan unsur tanah yang harus dipenuhi agar tumbuhan mengakar dan kuat.
Baca juga: Pekan Daerah KTNA XI-2021 Kaltim di Kubar Terancam Batal
"Food estate harus ada keseriusan pemerintah. Tanah itu memang 35 tahun agar dapat matang, namun bisa dikelola serius, terlebih di Kaltim sendiri kini mengembangkan ketahanan pangan untuk IKN. Ada beberapa yang bisa dikembangkan dan jadi pusat penelitian," tegasnya. (*)
