Berita Balikpapan Terkini
Kisah Komunitas Seribu Guru Balikpapan, Terjang Badai hingga Bimbing Upacara Perdana Murid
Komunitas Seribu Guru tersebar di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya kota Balikpapan.
Penulis: Ardiana |
TRIBUNKALTIM.CO, BALIKPAPAN - Komunitas Seribu Guru tersebar di beberapa wilayah di Indonesia, salah satunya kota Balikpapan.
Dengan tagline "Traveling and Teaching", Komunitas Seribu Guru Balikpapan mengunjungi beberapa pelosok Kalimantan demi mengajar anak-anak, Kamis (1/12/2022).
Komunitas yang ada sejak 2015 ini beranggotakan 20 orang dengan tambahan beberapa Volunteer tidak tetap melalui open recruitment.
Setiap berkunjung ke suatu daerah, mereka selalu memberikan pembelajaran sekolah, motivasi, hingga hadiah dari donatur pada anak-anak.
"Setelah beberapa menit, kita isi dengan materi motivasi, games, heart to heart dan ngasih gift kayak tas, alat tulis dan lain-lain. Itu dananya dari donatur," ujar salah satu Volunteer tetap, Sintya.
Baca juga: 14 Perguruan Tinggi Dirangkul Pemkab Kukar, Buat Program Beasiswa Sarjana Bagi Seribu Guru
Sintya mengaku, daerah yang paling jauh ia jajaki bersama sukarelawan lain untuk mengajar adalah kawasan Teluk Sumbang, Biduk-Biduk.
"Sepengalaman aku, paling jauh ke teluk sumbang, ujungnya Berau. 20 jam lewat darat dari Balikpapan," ucapnya.
Sintya bersama Komunitas Seribu Guru tersebut bahkan pernah menerjang badai demi mengunjungi Desa Salissingan, Pulau Balabagan.
Ia mengaku, sempat tersiksa dengan ketinggian gelombang air laut yang membuat kapal mereka terguncang.
Baca juga: Ikuti Jejak Kedua Orangtua, Alya Fadila Ikhlas Jadi Guru dan Mengabdi untuk Negeri
"Kita berangkat dari Manggar jam 4 subuh karena airnya baru naik. Perjalanan yang biasanya ditempuh 6 sampai 8 jam, kita tempuh 12 jam karena badai, gelombang dan hujan," katanya.
"Kita semua muntah karena tersiksa banget. Sampai didaratan kondisi kita gak bisa berdiri. Jadi tidur dulu dipasir karena badan masih goyang," kenangnya.
Selain kisah tersebut, Sintya mengaku sangat bangga saat membimbing anak-anak di Desa Mentawir, Sepaku, untuk upacara memperingati 17 agustus pertama kalinya, setelah 20 tahun lebih tidak dilaksanakan.
"Responsnya luar biasa banget. Mereka antusias banget. Jadi bangga, bahagia. Mereka ngerasain lagi yang namanya upacara 17-an dari tahun 1998 gak upacara," tuturnya.
Baca juga: Hadiri Upacara Peringatan Hari Guru di Berau, Seno Apresiasi Program Merdeka Belajar
Sintya membeberkan, upacara yang saat itu digelar di sekolah, bahkan disaksikan oleh perangkat desa dan tetua desa yang menggunakan pakaian adat.
"Mereka antusias banget. Mereka bilang, mereka cuman tahu dari pelajaran, cuman belum pernah praktik lagi kayak gimana bacain undang-undang, dan lain-lain," ucapnya. (*)